"Tidak" String menjawab dengan singkat.
Temannya menyengir. "Apa-apaan? Kita juga butuh hiburan"
"Kau boleh menikmati yang lainnya. Tapi bukan yang bernama Siwi"
"Kenapa?" Temannya penasaran. Namun tiba-tiba senyum nakal tesungging di bibirnya. "Aaa, kenapa kau tak bagi-bagi?"
"Diam kau!" Bentak String.
"Jadi itu incaranmu. Aku akan berusaha mendahuluimu"
"Jika kau sentuh gadis itu" String mengangkat senapannya. Mengarahkan senapan itu pada temannya sendiri. "Aku akan membunuhmu"
Darrr
Tembakan itu nyaris membelah tengah kepala sang prajurit yang rambutnya sama dengan String. Beltz, teman String itu berasa diguncang kemarahan yang hebat.
"What the fuck String"
(Apaa-apaan ini?)Ia marah-marah, namun String tak menggubris. Yang ia tatap kini hanyalah papan target di hadapannya.
"Intinya, kau menyentuhnya saja akan kubunuh. Apalagi jika kau menciumnya atau perlakuan hubungan yang lebih parah dari itu. Akan ku pastikan potongan tubuhmu dikubur di mata angin yang berbeda"
"Oke, oke. Santai, aku hanya bercanda"
Beltz tertawa. Ia kemudian duduk di tanah, menyaksikan String berlatih dengan senjatanya.Apa memang terlihat seperti itu? Batin String.
***
Deru mobil terdengar jelas. Mengiringi para kompeni bersenjata itu menuju kematian mereka mungkin. Tubuh String bergoyang kala mobil yang ia tunggangi melewati jalanan yang tidak rata.
Ia melirik ke kanan dan ke kiri. Rumah-rumah penduduk yang terbuat dari kayu berjejeran di antara bentangan sawah.
String menatap beberapa anak kecil yang tengah memikul sesuatu yang berat. Melihat juga beberapa wanita yang hanya menunduk dan diam saat mobil tersebut melintas.
Deru mobil melambat, String melirik ke depan. Ada seorang pemuda di sana, berdiri sembari membawa golok panjang.
"Kau mau apa?" Tanya teman String di balik kemudi.
Dia tidak menjawab. String melompat turun, ia memperhatikan si pemuda yang tak lebih tua darinya.
String menembakkan senjatanya. Namun peluru melesat tak mengenai si anak laki-laki, tapi melewatinya dan menembus semak belukar di belakang mereka. Pekik-an suara terdengar.
"We zijn aangekomen"
(Kita sudah sampai)String memukul bahu temannya yang mengemudi. Dia lalu berdiri dan memberi isyarat.
Beberapa orang pribumi keluar dari semak-semak. Pekik suara senapan menggelegar menjelang malam hari itu.
String bersembunyi di balik mobil tank mereka. Menatap lurus dan membidik.
"Granaat!"
(Granat!)Seorang laki-laki pirang di belakang String melemparkan granat. String meringkus di balik tank.
"String!"
Salah seorang memanggil String. String sempat menengok, namun sudah terlambat. Jangkauan temannya sudah tak bisa ia gapai.
Suara dentuman granat terdengar memekak-kan telinga. String terpental, senapannya terlepas dari tangannya sendiri.
Semua terdengar berdengung. String terguling dan menatap langit yang menjelang malam. Hanya langit yang terlihat seperti jalan karena deretan dahan pohon itu yang menemaninya dalam dengungan yang menyakitkan.
"String, wake up!"
(String, bangun!)String mengerjapkan matanya. Suara tembakan yang pertama kali ia dengar. Ia dapat melihat teman di sebelahnya menunduk menghindari tembakan.
Tubuh String serasa di tarik. Langit di atasnya nampak ikut bergerak, lalu muncul wajah Beltz di hadapannya. Ia dengan sibuk menarik String mundur.
"Wakker worden, dom. Word wakker! Ik kan je niet altijd slepen!"
(Bangun, bodoh! Bangun! Aku tidak bisa selalu menyeretmu)String mengerang, tubuhnya serasa diguncang. Semua suara dapat ia dengar kembali, suara tembakan. Suara Beltz dan suara kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
About String
Historical FictionThe Netherland Diary Nb: (Sequel dari cerita Batavia, oleh Indiani Ling) *ORIGINAL COVER BY UNKNOWN* *COVER EDIT BY INDIANI LING*