Mata String menyipit. Dia menghembuskan nafas panjang sebelum memutuskan untuk kembali ke dalam markas. Laki-laki berpakaian Jawa yang menurut String aneh itu lagi-lagi menatap String dan tersenyum. Dia tak berkata apapun dan memilih untuk pergi bersama para abdinya setelah menyelesaikan urusan dengan Thomas.
"Tuan Thomas akan adakan pesta nanti malam. Ada beberapa pejabat yang datang. Katanya kau disuruh bersiap," ujar Beltz tiba-tiba.
"Kenapa kau malah seperti pemandu wisata orang tadi?" Balas String.
"Dia pemilik perusahaan kopi," ujar Beltz. "Orang kaya. Istrinya juga orang Belanda. Sangat cantik, apalagi putrinya."
"Nikahi saja putrinya. Kau juga akan jadi kaya," sembur String.
String pergi meninggalkan Beltz. Tak ada yang hendak dia kerjakan selain duduk-duduk menatap beberapa tentara berlatih menembak.
"Jangan lupa nanti sore," bentak Beltz dari kejauhan. Memperingatkan pemuda yang menegak segelas bir di dapur terbuka itu dengan cepat.
***
"Ah, dia keponakanku" ujar Thomas.
"Ayahnya Vadam meninggal beberapa tahun lalu. Dan sekarang dia sudah seperti putraku sendiri," lanjutnya.
String hanya melirik sekilas pada pamannya. Dia tak berniat membuat keributan apalagi di tengah-tengah meja yang dipenuhi para petinggi.
String diam saja di pembicaraan tersebut. Lantunan lagu yang terdengar lembut memenuhi udara malam itu. Beberapa gelak tawa terdengar dari belakang String. Dari arah barak para tentara yang mungkin kini sedang berpesta bir.
String menoleh. Dia mendengar tawa lagi. Nampaknya lebih menyenangkan di sana dari pada di meja penuh basa-basi tak penting.
String tak tahan lagi. Dia ingin bangkit berdiri, namun belum sempat dia berdiri. Salah seorang petinggi mendahuluinya.
"Saya suka lagu ini," Ujarnya.
Beberapa dari mereka kemudian ikut berdiri dan berdansa dengan istri-istri mereka. Sedangkan Thomas dan String masih duduk di kursi mereka.
"Huh, kasian sekali dirimu. Menua tanpa cinta," ujar String pada pamannya dan langsung bangkit untuk pergi.
Dia melepaskan kancing paling atas bajunya. Tak tahan, dia langsung bergabung dengan beberapa tentara di barak lainnya.
"Ah, sahabatku," Beltz langsung memeluk String saat menatap batang hidung pemuda itu.
Bau bir tercium ke mana-mana. Beltz sempoyongan. Dia langsung duduk dan menarik String untuk duduk di sebelahnya.
"Kenapa dia?" Tanya String.
Yang lain hanya tertawa keras. String menatap Beltz yang sudah terlihat mabuk berat. Di tangannya sebuah botol bir yang masih penuh langsung di sodorkan ke arah String.
"Kau harus mencobanya" ujar Beltz.
String tersenyum tipis. Dia lalu menegak cairan di dalam botol tersebut dengan cepat. Seluruh badannya seakan bergetar hebat. Pandangannya buyar namun dia seakan mendapatkan suntikan semangat yang sangat besar setelah meminumnya. Dia ingin meminumnya lagi dan lagi.
"Ada yang kurang," ujar Beltz kemudian.
Dia menatap teman-temannya yang sama mabuknya seperti dia. Beltz lalu menatap String yang setengah badannya dia biarkan tertidur di atas meja. Tak kuasa lagi untuk duduk tegak.
"Kita butuh para gadis"
KAMU SEDANG MEMBACA
About String
Historical FictionThe Netherland Diary Nb: (Sequel dari cerita Batavia, oleh Indiani Ling) *ORIGINAL COVER BY UNKNOWN* *COVER EDIT BY INDIANI LING*