Mata String langsung terbuka. Keringat membasahi tubuhnya yang bertelanjang dada itu seakan baru saja lari tiada henti.
Tubuhnya gemetar seluruhnya. String bangkit dengan tangan yang serasa lemas. Dia kemudian duduk di pinggiran kasur.
Matanya menatap semburan cahaya dari balik tirai yang sedikit terbuka. Dia kemudian mengusap seluruh wajahnya.
String bangkit. Menyahut bajunya dan langsung keluar sembari mengenakan baju kehijauan miliknya.
Langkahnya gusar. Ia kemudian naik ke sebuah bukit kecil yang memisahkan gedung militer tempatnya tinggal dengan deret penjara di sisi lain.
Gerbang besi berduri itu terlihat di mata String. Gedung berbentuk 'L' yang dilingkari pagar besi listrik itu nampak lebih menonjol dari penjara lainnya karena asap yang mengepul dari salah satu bangunannya.
String turun. Dia mengeluarkan pistolnya lalu menembak ke udara saat berada di hadapan pagar besi yang memisahkannya dengan gedung penjara perempuan yang nampak lusuh.
"Hei, keluar!"
Bentak String. Namun alih-alih mendapati mereka segera keluar. Para tawanan di dalam sana nampak enggan untuk meladeni String.
String lalu membuka gerbangnya dan lagi-lagi menembakkan pistol ke angkasa.
Seorang gadis yang familiar bagi String lalu keluar dengan langkah mantap. Menatap dengan tajam ke arah mata coklat String yang menunggu dengan sabar.
"Ada apa?" Tantang Siwi.
"Katakan padaku apa masalah Thomas dengan keluargamu?"
"Pergilah!"
Siwi hendak berbalik, namun String langsung menarik tangan gadis itu dengan kencang dan menatap dengan tajam.
"Katakan!"
"Memangnya saat kau membawaku ke tempat ini. Kau dijanjikan apa oleh pamanmu?"
String diam. Dia tak sanggup menjawab karena waktu itu ia hanya diberitahukan untuk membawa ikut Siwi ke Batavia sebagai tamu undangan mereka. Namun String harus berjanji karena waktu itu Thomas berbohong kalau hal itu adalah misi rahasia. Dan hanya Thomas dan String yang bisa membawa Siwi ke Batavia.
Polosnya String waktu itu bisa sangat semangat dengan "misi rahasianya" tanpa memperdulikan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua.
"Apa hubungannya orang tuamu dengan Thomas?"
"Bukan urusanmu"
Beberapa wanita di belakang Siwi nampak mengintip dari balik tembok-tembok gedung sembari menyaksikan dengan perasaan was-was.
"Katakan saja dasar wanita!" String menarik tubuh Siwi lebih dekat ke arahnya.
Siwi melengos.
"Kau tak perlu tahu" Ujar Siwi dengan perlahan.
"Hallo? Wat deed u daar, Meneer String?"
(Hei? Apa yang kau lakukan di sana, Tuan String?)String menoleh. Seorang tentara lainnya berdiri di depan pagar sembari menyengir ke arah String.
"Ik hoorde een schot. Is alles goed?"
(Saya mendengar tembakan. Apa semuanya baik-baik saja?)"Ja, ik vraag alleen deze vrouw"
(Ya, saya hanya menginterogasi wanita ini)Koloni itu kemudian mengangguk-angguk perlahan dan kemudian pergi meninggalkan tempat itu.
String kembali menatap Siwi yang balas menatapnya.
"Kata saja. Apa susahnya!"
Siwi menyingkir. Dia melepaskan tangannya dari genggaman String lalu hendak pergi.
"Arghh" String mengacak rambutnya frustasi. "Kau wanita paling keras kepala yang pernah kutemui"
"Thomas yang membunuh orang tuaku. Jasadnya lalu dikubur sehari setelahnya tanpa aku hadiri. Sekarang kau tahu kenapa pamanmu itu sangat membenciku? Aku putri seorang pengkhianat, tapi aku berbangga atas semua itu" Air mata kemudian mengalir di kedua mata Siwi.
Dia langsung melangkah kembali bersama yang lain. Meninggalkan String dengan pikirannya sendiri yang dengan langkah cepat langsung pergi meninggalkan tempat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About String
Historical FictionThe Netherland Diary Nb: (Sequel dari cerita Batavia, oleh Indiani Ling) *ORIGINAL COVER BY UNKNOWN* *COVER EDIT BY INDIANI LING*