Manakala

596 119 0
                                    

Beltz menatap String dengan aneh. Dia diam saja dan berusaha menatap jauh-jauh. Dia hendak melangkah pergi, namun tangan String sudah mencengkeram pundak tentara Inggris itu dengan tangannya.

"Shit!" Batin Beltz.

"Ada berita baru untukku?" Tanya String.

Beltz berbalik dengan kaku. Dia masih merasa bersalah pada String setelah menyewa gadis kala itu. Dia tak mau mengingatnya. Tidak sekarang.

"Umm," Beltz bingung menjawabnya.

"Apa?"

"Umm, ada beberapa kapal dari Nipon yang mendarat di Utara. Kata berita yang beredar mereka hanya pedagang. Tapi di dalam kapal mereka ada senjata," ucap Beltz.

"Kita harus hati-hati dengan mereka," balas String. "Bagaimana tanggapan markas pusat?"

"Mereka mengirim penyelidik. Kedudukan mereka semakin kuat akhir-akhir ini," jawab Beltz.

String mengambil nafas panjang. Suara kerincingan bel dari kuda dokar-dokar yang lewat menghiasi pagi itu. String menatap jauh ke luar gerbang. Iring-iringan itu kemudian berhenti tak jauh dari tempat String dan Beltz berdiri.

Seorang laki-laki dengan pakaian Jawa turun dari kereta kuda serta membawa sebuah keris di tangannya.

Laki-laki itu memutar bola matanya menatap sekeliling. Dia berhenti pada String yang berdiri tak jauh.

"Tuan String?" Ujarnya yang langsung berjalan diikuti para abdi di belakangnya.

"Apa saya pernah bertemu anda?" Tanya String langsung.

Laki-laki itu tertawa kecil. "Saya datang untuk bertemu Tuan Thomas"

"Dia sudah mati," ujar String langsung.

Beltz memelotot pada String. Dia menyengir sebelum akhirnya tersenyum pada laki-laki di depannya.

"Saya tunjukkan tempat Tuan Thomas," ujar Beltz kemudian pergi diikuti laki-laki berbaju adat Jawa tersebut.

String hanya memincingkan senyum mengejek. Dia hendak pergi, namun matanya menatap sekelebat seorang gadis di dalam kereta kuda.

Gadis bermata biru itu menatap String dari balik tirai yang bergerak-gerak di tiup angin. Tatapannya malu-malu saat String balas menatapnya.

Gadis itu kemudian menutup tirai keretanya dengan perlahan. Nampak belum puas memandangi String, dia nampak melirik lagi sebelum tirai itu benar-benar tertutup sepenuhnya.

String mengalihkan perhatiannya. Gadis di dalam kereta itu memang cantik. Namun baginya itu tak cukup menarik.

Dia berjalan ke luar gerbang. Langkahnya ringan menatap kanan dan kiri. Jalanan berkerikil itu tak terlalu ramai di siang hari. Hanya beberapa mobil yang melintas atau keluar-masuk. Dia menatap jauh ke kiri. Beton pembatasan itu berhenti tepat di belakang gedung yang ditinggali Siwi. Beton itu kemudian digantikan besi spiral tinggi yang melilit pada beberapa pohon kelapa.

Pikiran String berputar-putar. Mencari akal agar dia bisa membawa Siwi pergi. Lebih baik mereka pergi jauh-jauh dari tempat ini dari pada menyaksikan Siwi di eksekusi mati.

Dia berjalan perlahan ke kiri. Menyusuri tembok yang mengelilingi markasnya dengan tenang. Dia mengambil beberapa batu dan iseng melemparkannya ke tanah lagi.

Pemuda itu berhenti. Dia menatap sekitar. Keadaan sekitarnya memang sepi. Namun tak dipungkiri kalau ada beberapa orang di jalan yang sedang menikmati bentangan sawah dan menjernihkan pikiran di luar markas.

Hanya beberapa memang. Namun String benar-benar ingin pergi dengan diam-diam dari tempat ini bersama Siwi. Dia diam di tempat. Menatapi jalan dalam diam. Menekuri kakinya sendiri dan berfikir, memangnya Siwi mau kabur bersamanya?

About StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang