Tersesat

1.2K 162 11
                                    

String membidik. Lalu dalam satu tarikan dia menarik pelatuknya. Suara tembakan terdengar diiringi suara riuh mereka yang kocar-kacir mencari perlindungan. Suara tembakan menghiasi malam itu.

String berpindah agak maju. Matanya terus membidik, namun ia mendengar suara nafas di belakangnya. Lalu sebuah moncong senapan menempel di pelipis kanannya.

"Jatuhkan!" Ujar laki-laki tua yang berdiri di samping String.

String menjatuhkan senjatanya. Ia kemudian bangkit untuk berdiri. Matanya melirik ke laki-laki itu.

"Suruh pasukan mu berhenti menembak!"

"Stop!"

"I say Stop!" Lanjut String.

Suara tembakan berhenti. Mereka menatap ke arah String yang berdiri di ambang kematian.

String melirik ke kanan dan ke kiri. Tak ada siapa-siapa yang keluar dari balik semak-semak. String tahu orang di sebelahnya sendirian.

String membalikkan badannya. Ia memegang senapan di tangan laki-laki itu dengan tangan kirinya, lalu memegang tangan si laki-laki dengan tangan kanannya.

Senapan itu String rebut. Ia langsung menendang perut si laki-laki. Si laki-laki terjengkang ke belakang, menatap tekejut pada String.

String membidik di antara ujung senapannya. Laki-laki itu mundur perlahan, tangannya menggapai-gapai tanah. Ia lalu bangkit.

String berlari mengejar. Sedangkan Beltz yang berdiri di belakang String berusaha mengikuti. Namun String dan laki-laki itu melesat dan hilang di antara deret semak-semak.

Beltz berhenti. Matanya menyipit, berusaha menebak posisi String sekarang. Seorang kompeni lain memegang pundaknya. Di berucap sangat pelan. Beltz menatap ke arah dalamnya hutan. Dia akhirnya berbalik dan meninggalkan tempat tersebut.

***

Nafas String memburu. Dia kenal dengan laki-laki itu. Dia yakin, dia pernah bertemu dengannya. Di suatu tempat, di suatu waktu. Tapi String ragu, walaupun begitu dia terus mengejar si laki-laki.

Mata String yang coklat cerah menatap di antara malam. Dia hanya mengandalkan pendengaran dan gerakan daun yang bergoyang di hadapannya.

String menembakkan senjatanya. Laki-laki di depannya tersungkur. String mendekat, gerakannya waspada.

Laki-laki itu mundur ketakutan. Dalam cahaya temaram rembulan. String menatap mata cekung dan tubuh kering tersebut.

"Pak Handro?" String tekesiap.

Matanya membulat. Tubuhnya kaku, dia diam di tempat. Senapan masih mengacung ke arah kepala orang yang ada di hadapannya.

"Dimana putriku!" Bentak Pak Handro.

String terdiam. Wajahnya pucat pasi.

"Katakan String!"

String mundur. Dia belum siap mengaku atas kejahatannya. Matanya menatap sayu, badannya gemetar.

"Ak, aku-" String menghindari tatapan itu.

Dia tak bisa berfikir jernih. Dia ingin berteriak meminta tolong. Tapi tak bisa. Suaranya serak, dia ingin meminta tolong untuk membebaskannya dari kejahatan yang sudah dia buat.

"DIMANA PUTRIKU!" Pak Handro berteriak nyaring.

Dia bangkit dan mendorong String hingga dia terjengkang. String pasrah, tubuhnya lemas. Dia sangat lemah saat berurusan dengan apapun yang menyangkut dengan Siwi.

Tubuhnya lunglai. Sedangkan Pak Handro menyeka darah yang mengucur dari pundaknya.

"Dimana dia" tanya Pak Handro lagi.

"Dia akan mati" String menjawab. Matanya menatap lurus. Seakan menusuk pandangan Pak Handro yang tiba-tiba seluruh tenaganya terkuras habis.

About StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang