Semburat cahaya membuat String kembali menatapnya. Dia kemudian melambai dan berlari masuk ke gerbang itu.
Gerbang dari kayu tersebut tertutup kemudian. String menyeka keringatnya, lalu beberapa tentara berlari ke arahnya. Membawakannya air dan sesekali bertanya. Namun String hanya menjawab dengan gamblang dan singkat, tak berniat untuk melanjutkan dongengnya.
String menengguk air itu dengan cepat. Ia kemudian menatap beberapa tentara Inggris yang mengangkat beberapa kotak obat ke mobil mereka.
String hanya melirik sekilas. Ia kemudian berjalan ke sisi bangunan rumah sakit.
Mata String membulat saat pamannya keluar dari kantor dan menghampiri String yang menatap dengan wajah acuh tak acuh.
"Dari mana?" Tanya Thomas.
"Tanah jajahan" ujar String melangkah begitu saja meninggalkan pamannya.
"Oh, tunggu-tunggu!"
String kemudian menoleh. Tatapannya sudah tak suka. Dia berbalik, menghadap pamannya yang hendak melangkah pergi.
"Kau pasti melakukan sesuatu pada orang tua Siwi?" Tantang String dengan berkacak pinggang.
Thomas diam. Dia menatap dengan netra birunya yang berkilat. Lalu tersenyum sinis ke arah String.
"Kau tidak usah susah-susah memikirkan mereka. Toh mereka bukan orang tua kandung Siwi" Thomas melangkah ringan ke sisi kantornya.
String sedikit terkejut. "Memangnya kemana orang tua kandungnya?"
Nada String nampak tegas. Dia maju satu langkah mendekati pamannya.
Pamannya hanya sedikit menoleh. "Yah, pembalasan yang setimpal untuk para pengkhianat" Dia kemudian melangkah cepat. Mungkin tak mau ditanyai macam-macam oleh String.
String hanya memincingkan senyum mengejek. Dia kembali ke bilik kamarnya dan duduk di atas ranjang.
Dia menyeka beberapa keringat yang berjatuhan dari atas kepalanya. Kepalanya sudah berat, apalagi hidupnya.
Mata sayunya kini mulai memejam. Membaringkan tubuhnya yang letih kembali ke peraduan. Matanya memejam dan dia kembali ke buaian mimpi.
***
Tiupan angin itu yang membuat String percaya bahwa Siwi ada di ruangan tersebut. Namun aneh, tak ada suara. Tak tanda kehidupan.
String kemudian mengais kantong celananya. Mencari korek api karena biasanya di kantong itu dia menyimpannya.
Korek perak itu kemudian berpendar. Menampakkan ruangan gelap dengan satu pintu di hadapan String. Pintu itu kemudian sedikit terbuka. Mata String membulat saat menatap gadis kecil yang familiar di ingatannya.
Gadis kecil itu meringkus sembari memegangi pintu kayu di sampingnya. String kenal wajah itu. Wajah Siwi yang beberapa tahun belakangan ini selalu muncul di mimpinya.
"Siwi, kemarilah!"
Suara seorang wanita menggema. Lalu Siwi ditarik ke dalam pintu itu dan menghilang.
String cepat-cepat mengikuti. Matanya menatap seorang wanita bersanggul dengan kebaya putih duduk di pinggir kasur sembari memegangi tangan Siwi.
Wanita itu lalu bangkit dan melewati String seakan String tak pernah ada. Dia kemudian menutup pintu dan kembali ke arah putrinya.
Suara seorang pria kemudian membuat String menoleh. Suara dobrakan di pintu lain terdengar keras sekali.
String acuh, lalu kembali menatap Siwi. Namun dilihat Siwi sudah memanjat jendela di ruang itu dibantu wanita dengan kebaya putih. Seakan ingin melarikan diri.
Jendela langsung ditutup. Tepat sekali saat seseorang merangsek masuk.
String cepat-cepat menyingkir. Matanya terbelalak kaget saat melihat pamannya Thomas berdiri sembari menodongkan senjata dengan wajah sangat marah.
Seorang koloni lainnya kemudian masuk sembari mendorong pria setengah baya yang memar di pipi dan lengannya.
Suara mereka tak terdengar di telinga String. Namun rasa sesak, penuh dendam, ketakutan, dan rasa ingin membunuh itu menyeruak jelas sekali di atmosfer ruangan itu.
Wanita itu menatap dengan penuh geram tanpa sedikitpun menampakkan ketakutan saat senjata pistol itu menempel di keningnya.
Sekilas String melihat sosok Siwi dari wanita tersebut. Tak kenal takut. Itu mengingatkannya saat Siwi memukulnya beberapa tahun lalu.
String lalu menatap wajah pamannya yang seakan penuh dendam. Pelatuk itu kemudian di tarik dan suara tembakan terdengar memekakkan telinga.
String menahan nafasnya saat wanita itu jatuh ke atas kasur dengan bersimbah darah.
Tembakan terjadi lagi. Memberondong wanita dan laki-laki pribumi itu dengan membabi buta.
String ingin berlari menahan tembakan itu namun tubuhnya tak bisa digerakkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About String
Historical FictionThe Netherland Diary Nb: (Sequel dari cerita Batavia, oleh Indiani Ling) *ORIGINAL COVER BY UNKNOWN* *COVER EDIT BY INDIANI LING*