03

56 13 1
                                    


"Tiba-tiba aku tidak nafsu makan, apa wirusu itu mencampurkan sesuatu pada makanan ini?" monolog Aera sedikit curiga pada piring makanan di depannya.

"Wirusu?" tanya Sindy bingung. Dia menatap Aera meminta penjelasan.

"Virus, Kim Brengsek itu adalah virus yang harus dibasmi!" Tiba-tiba Aera beranjak dari kursi membuat Sindy kembali bingung. "Aku mau ke toilet dulu."

"Aish, perempuan itu benar-benar!"

🎭

Aera membasuh kedua tangan setelah keluar dari toilet, menatap pantulan di kaca seraya bermonolog, "Hah, kenapa hidupku seperti ini? Kenapa kehidupanku tidak bisa seperti orang lain? Sangat menyebalkan!"

Aera sejemang terdiam saat tiba-tiba bayangan seorang Kim Taehyung yang sering dielu-elukan di sekolah kini terlintas di benaknya. "Aku bahkan tidak tahu kenapa aku sangat membenci Taehyung, bukan benci ... aku hanya tidak suka saat orang-orang mengatakan dia manusia sempurna karena di dunia ini tidak ada yang sempurna."

"Karena kau iri." Suara itu membuat Aera berbalik dan mendapati Yuna, Hoshi dan Fanny di depan pintu kamar mandi.

Fanny menutup pintu di belakangnya menggunakan sebelah kaki. Kini mereka berempat hanya saling pandang dan terdiam.

"Aish, aku sebenarnya tidak takut dengan mereka ... tapi ini di tempat sempit dan mereka bertiga, bagaimana ini?" batin Aera sedikit resah. Kedua bola matanya bergerak liar.

"Omo, sedang memikirkan apa? Memikirkan bagaimana caranya kabur?" Smirk Hoshi, bersedekap dada.

"Lupakan, kau tidak akan kami lepaskan kali ini." Senyum sinis menghiasi wajah perempuan berambut cokelat.

"Fanny!" Yuna mengisyaratkan Fanny untuk memberikan benda yang sedari tadi Fanny bawa. Cepat, Fanny memberikan kaleng bertulisan beer kepada Yuna. "Ayo, buat rubah ini terbang ke langit ketujuh." Hoshi dan Fanny lantas memegangi lengan Aera sebelum perempuan itu dapat menghidar.

"I-ini tidak adil! Jangan main keroyokan!" teriak Aera mencoba melepas cekalan Hoshi dan Fanny di kedua lengan. Memberontak hebat.

"Diamlah! Aish!" Kesal Hoshi saat Aera semakin memberontak. "Cepat, Yuna! Rubah ini benar-benar liar!"

Semuanya langsung terdiam saat Yuna menampar pipi Aera keras.

"Diamlah, Bodoh!" Mencengkram rahang Aera kuat, meminumkan paksa beer tersebut.

"Ha Ha Ha Ha," tawa ketiganya puas. Mereka meminumkan beer tersebut secara bergantian hingga Aera mulai sempoyongan, lima kaleng beer sukses membuat kepala Aera pusing dan membuatnya ambruk, tetapi tidak membuat pingsan.

"Jangan lupakan ini teman-teman." Fanny berjalan ke arah tasnya yang di taruh di depan pintu dan mengambil enam telor dan tepung. Fanny membagikan beberapa telor kepada Yuna dan Hoshi.

"Seharusnya kau tahu konsekuensinya karena membuat masalah kepada kami!" ujar Hoshi mulai melempari telor ke arah kepala Aera.

Suara telor beradu dengan bagian tubuh Aera memenuhi toilet, bau amis dan alkohol jelas tercium tajam.

Aera berdecak, menatap mereka sayu. "Pecundang! 3 lawan 1. Benar-benar memalukan!" kekeh Aera tak gentar.

"Perempuan ini benar-benar!" Saking kesalnya mereka langsung menuangkan tepung ke badan Aera tanpa ampun.

"Mati saja kau!" teriak Yuna seraya menendang lutut Aera kuat. Aera meringis menahan sakit.

"Dasar kalian tidak berguna," lirih Aera seraya menatap lekat. "Kalian hanya sampah masyarakat!"

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang