Aera menghentikan langkah tepat di depan gerbang sekolah. Menghela napas berat, ada rasa takut di benak saat teringat pem-bully-an menimpa dia kemaren.
"Tidak, tidak perlu takut Aera. Mereka hanya seonggok manusia tidak berguna, kau tidak perlu takut!"
Meyakinkan diri sendiri. Memantapkan langkah memasuki gerbang, tetapi tiba-tiba dia kembali terdiam kala melihat Taehyung dan Jimin tengah melintas di depan. Manik Aera bergerak mengikuti pergerakkan Taehyung.
"Ah ... karena aku sudah terlanjur bermain maka kita hanya bisa melanjutkan permainan ini, 'kan? Ayo, kita lihat siapa yang akan kalah di akhir."
Menggeleng kepala sembari menepuk-nepuk pipi saat sekelebat bayangan Taehyung melintas di pikiran.
"Apa yang barusan terjadi? Kenapa si Brengsek itu masuk kedalam pikiranku yang suci ini. Tidak, Aera, kau akan menang!" Mengangguk yakin.
"Menang apa?" tanya Sindy tiba-tiba membuat Aera terkejut.
"Aish ... bikin kaget saja!"
Sindy terkikik. "Maaf, tapi ... menang apa?" Ulang Sindy, dia sedikit penasaran.
"Tidak ada, kemaren aku bermain cindy crush dan aku menang." Sindy memukul lengan Aera kuat, mendapat jawaban tak sesuai harapan. "Kemaren ke mana? Kenapa tiba-tiba menghilang? Apa kau tahu aku benar-benar mengkhawatirkanmu?"
"Itu .... " Aera mengusap tengkuk, bingung. " Itu .... "
"Itu, itu apa?! Jawab!" geram Sindy melihat kelakuan temannya.
"Kemaren aku ketiduran di ruang kesehatan. Kepalaku sakit sekali dan aku juga mengantuk. Maaf, tidak mengabarimu dan terima kasih sudah mengantarkan tasku ke rumah." Aera terpaksa berbohong, tidak ingin membuat Sindy cemas. Dia pun memeluk Sindy erat. "Maaf." Mendongak agar dapat melihat ekspresi Sindy.
"Eeemm ... tapi jangan diulangi lagi. Lepas, aku tidak bisa bernapas!" Aera langsung melepaskan pelukan lalu menarik Sindy memasuki gerbang. Sekilas Sindy menatap perempuan itu dari samping, menyadari jika ada yang janggal. Pasalnya saat dia memeriksa ruang kesehatan tidak ada presensi Aera sama sekali di sana.
🎭
Mereka saling bercanda menuju kelas, tetapi tak lama Aera diam dan menghentikan langkah saat tatapan matanya bertemu dengan mata Taehyung.
"Ayo kita lihat siapa yang akan kalah di akhir permainan."
Kata-kata Taehyung terus terngiang di pikiran, Aera merasa tidak nyaman.
"Ada apa?" tanya Sindy menatap Aera yang terus menggelengkan kepala.
"Tidak apa-apa. Ayo!" Aera kembali melanjutkan langkah, bergegas memasuki kelas.
Tak lama bel masuk berbunyi. Pun di tengah pelajaran Aera malah melamun, Sindy yang melihat langsung menyenggol lengan Aera.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanyanya dengan suara pelan.
"Memikirkan rencana untuk membuat Taehyung kesal hari ini," jawab Aera santai.
"Eeyy ... hentikan, jangan membuat keributan lagi." Tidakkah damai sehari saja itu menyenangkan.
"Sindy, Aera, berhenti mengobrol. Apa kalian mau dikeluarkan dari kelas?!" Ancaman Somi ssaem membuat Aera dan Sindy langsung bungkam, memilih memperhatikan ssaem yang tengah menjelaskan materi pelajaran di depan.
Saat bel istirahat berbunyi dan hampir semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut atau sekedar ke toilet. Namun, Sindy malah mendapati Aera yang tengah berlarian di halaman kelas dengan ranting digenggaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Love [KTH] || [END]
FanfictionCerita klasik perjalanan cinta anak remaja. Menceritakan awal hubungan dari benci menjadi cinta. Aera si tengil yang sering mencari gara-gara si tampan, Taehyung.