08

38 7 1
                                    

Menghembuskan napas kasar, menatap hoodie milik Taehyung  menggantung di gagang pintu lemari.

"Kenapa pria itu semakin hari semakin berani kepadaku? Apa dia benar-benar mengambil peran di permainan ini? Jika iya, aku tidak tahu rencana busuk apa yang kini dia rencanakan."

Berbaring di atas kasur, mencoba menerka apa yang akan Taehyung lakukan besok.

🎭

Taehyung kini berada di kediaman Jungkook. Diq tidak pernah betah berada di rumah terlalu lama, apa lagi jika di rumah itu ada Donghaan.

"Di mana Jimin?" Biasanya Jimin akan selalu ada di tengah-tengah mereka. Namun, kini pria seputih mochi itu tidak terlihat batang hidungnya.

"Mungkin dia akan terlambat sedikit," jawab Jungkook acuh, sibuk pada game di ponsel.

Tak lama Jimin datang dengan kantong plastik yang terlihat penuh.

"Dari mana saja?" tanya Jungkook melihat Jimin yang sudah duduk di sampingnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam plastik.

"Aku tadi ke minimarket sebentar, hanya membeli beberapa soda dan cemilan," jawab Jimin, memberikan botol soda pada Jungkook dan Taehyung.

"Ohh ...  terima kasih," ucap keduanya setelah menerima.

"Jadi ...  kenapa kita harus berkumpul di sini?" tanya Jimin sambil menatap kedua teman bergantian.

"Kau tahu aku tidak pernah betah berada di rumah sejak kepergian ibu," tutur Taehyung membuat Jungkook dan Jimin mengangguk mengerti.

"Ayahmu benar-benar keterlaluan, Tae. Kenapa dia bisa menuduhmu sebagai alasan ibumu meninggal, jelas-jelas itu semua adalah kecelakaan," tutur Jungkook, Jimin menatap Taehyung lalu mengangguk setuju dengan perkataan Jungkook barusan.

Taehyung menghembuskan napas kasar mendengar perkataan Jungkook, memilih merebah badan di kasur Jungkook. Sebelah lengannya menutupi mata.

"Mungkin ayah benar, ibu meninggal karena aku." Tentu jawaban Taehyung membuat Jungkook dan Jimin menggeleng tidak setuju.

"Tae, bagaimana bisa kau menyalahkan dirimu sendiri padahal kau tahu itu semua bukan salahmu. Semua itu murni kecelakaan." Jimin menahan kesal agar tidak meledak di depan Taehyung. Lagi-lagi Taehyung menyalahkan diri atas kepergian ibunya.

"Seandainya ibuku tidak menyelamatkanku waktu itu pasti ibu masih hidup sekarang." Ada getar di suara Taehyung.

"Dan kehilanganmu begitu, Tae? Ibumu sangat mencintaimu, dia rela berkorban menyelamatkanmu agar kau bisa bertahan hidup. Jadi berhenti menyalahkan dirimu sendiri karena aku yakin ibumu pasti sedih melihat putranya terus-terusan menyalahkan diri sendiri." Jimin tidak peduli dengan suara yang sudah naik satu oktaf, dia hanya ingin Taehyung sadar jika semua ini bukan salah pria itu.

Taehyung kembali mengingat kejadian yang menimpa dia dan orang tuanya beberapa tahun lalu.

࿔࿔࿔࿔

Beberapa tahun lalu.

Keluarga kecil itu tengah melakukan perjalanan menuju Jeju. Sudah menjadi kebiasaan keluarga Kim jika musim panas tiba akan mengadakan liburan bersama ke tempat indah di Korea Selatan, dan tujuan mereka kali ini adalah pulau Jeju.

Awalnya, semua berjalan dengan mulus, bernyanyi dan bercanda di sepanjang jalan menuju bandara, sesekali bergurau dan menceritakan masa kecil Taehyung yang sangat nakal dan aktif.  Hingga, seperkian detik kemudian sebuah mobil di depan mobil keluarga Taehyunh terjadi tabrakkan beruntun, membuat Donghaan refleks membanting stir untuk menghindari kecelakaan. Namun, sialnya mobil mereka malah terjun ke dalam jurang dan tenggelam di laut.

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang