11

32 9 0
                                    

Aera menyentuh bibir saat kesadarannya mulai kembali seperti sedia kala.

"Tidak mungkin," gumamnya pelan, dia masih menyangkal jika kejadian beberapa waktu yang lalu adalah kenyataan.

"Sindy!" Memekik memanggil nama sang teman lalu berlari hendak memasuki rumah, tepat di depan pintu langkah Aera terhenti, pasalnya pintu tiba-tiba terbuka, menampakkan sosok yang baru saja membuat kosong kepala Aera. Bahkan orang tua Aera kini berdiri di samping kanan dan kiri Taehyung.

"Hya! Kenapa baru mau masuk rumah setelah Taehyung berpamitan mau pulang." Ibu menatap Aera kesal.

"I-itu ..., " jawab Aera terbata.

"Tidak apa-apa, Ibu. Mungkin Aera sedang ingin sendiri," jelas Taehyung, menatap Aera penuh arti.

Apa dia bilang tadi?! Ibu?! Batin Aera menjerit tidak terima.

Aera menatap Taehyung nyalang, mulut sudah terbuka ingin memberikan cacian kepada Taehyung jika saja sekelebat bayangan di ayunan tidak melintas di kepala. Menggelengkan kepala, sesekali memukulnya membuat orang tuanya menatap Aera bingung.

"Terlalu lama berada di luar rumah membuat putri kita menjadi tidak waras," ujar ayah membuat ibu mendelik tidak suka.

"Hya! Aera, apa yang terjadi kepadamu?" tanya ibu.

Aera tidak menjawab pertanyaan ibu, dia masih sibuk mengenyehkan bayangan menyeramkan itu.

Taehyung yang sedari tadi diam kini mulai melangkah mendekat. Aera belum menyadari kehadiran Taehyung di depannya karena kedua mata tertutup rapat, dia terus menggelengkan kepala. Taehyung menunduk dan membisikkan sesuatu.

"Ciuman pertamamu? Jika iya, berarti aku sangat beruntung."

Aera membeku, pejamnya perlahan terbuka melirik wajah Taehyung dari samping, mimik kesal tidak Aera tutupi. Taehyung yang menyadari jika Aera tengah meliriknya pun melakukan hal yang sama. Kini keduanya saling berpandangan.

"Brengsek!" Pelan namun penuh penekanan, hanya dapat didengar oleh mereka berdua saja.

Taehyung terkekeh geli mendengarnya  menegakkan badan, dia berbalik untuk berpamitan kepada orang tua Aera. Setelah berpamitan kepada mereka, kembali, Taehyung berbalik menghadap Aera, tangannya terangkat untuk mengacak rambut perempuan yang masih menatap Taehyung penuh permusuhan.

"Tidurlah, jangan bergadang, okay," ujar Taehyung. Dia melambaikan tangan saat meninggalkan pekarangan rumah.

"Kisah cinta anak remaja benar-benar manis." Senyum manis menghiasi wajah ibu.

Aera yang masih dilanda rasa kesal langsung menorobos masuk ke dalam rumah dan berlari menuju kamar.

Aera menutup pintu kamar kuat hingga menimbulkan suara brak nyaring. Dia mengambil ponsel yang terletak di nakas, mencari nama Sindy. Aera langsung menekan tombol panggil, menempelkan benda pipih itu di telinga.

"Sindy di sini." Suara ceria dari sebrang sana mengawali sambungan telepon.

"Sindy." Suara yang terdengar hampir seperti rengekkan itu membuat Sindy bingung, karena Aera tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Kenapa? Kenapa? Ada apa dengan suaramu itu?"

"Aku benar-benar kesal, Sindy .... " Menghirup oksigen rakus sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku benar-benar aaaaaaaa bagaimana ini!!" teriak Aera, di lain tempat Sindy menjauhkan sedikit ponsel dari telinga.

"Kenapa Kang Aera, hemm? Ceritakan pelan-pelan dan jangan berteriak, suaramu itu membuat telingaku menangis," ujar Sindy dengan suara lembut dibuat-buat.

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang