Dua hari berlalu Taehyung tidak masuk sekolah, Aera sangat khawatir dibuatnya, pasalnya Taehyung tidak sekali pun mengabari Aera setelah malam itu.
"Jungkook! Jimin!" seru Aera berlari menghampiri kedua sahabat Taehyung.
"Jangan berlari kau bisa jatuh." Jungkook dan Jimin tahu betul apa yang akan Aera tanyakan kepada mereka, apa lagi kalau bukan soal Taehyung.
"Apa Taehyung sudah mengabari kalian?" Menunggu jawaban Jungkook dan Jimin penuh harap. Kedua pria itu saling pandang untuk beberapa detik hingga mereka menggeleng bersamaan.
"Taehyung belum mengabari kami, Aera," ujar Jungkook jujur. Sama halnya dengan Aera, mereka juga mengkhawatirkan Taehyung yang tidak kunjung memberi kabar.
Taehyung bak di telan bumi, bahkan Jimin dan Jungkook tidak tahu di mana Taehyung berada sekarang. Saat mereka menyambangi kediaman Taehyung, pria berhidung mancung itu tidak ada di sana.
"Kalian tidak berbohong 'kan?" Aera nampak tidak percaya.
"Untuk apa kami berbohong, Aera? Kami juga mengkhawatirkan Taehyung, kenapa dia bisa tiba-tiba menghilang tanpa kabar seperti ini. Kami sudah mencarinya ke rumah namun Taehyung tak ada di sana," jelas Jimin akan siratan ke khawatiran.
"Kalian sahabatnya bagaimana bisa tidak tahu?" ujar Mark yang baru saja keluar dari kelas. Jimin dan Jungkook langsung memasang wajah tak suka, manusia satu ini sangat suka mencampuri urusan pribadi orang dan selalu mencurigai orang, tepatnya mencurigai Jimin dan Jungkook.
"Hey, kau pikir aku dan Jungkook berbohong tentang keberadaan Taehyung sekarang, hah?" tanya Jimin menatap kesal Mark.
"50:50," ujar Mark santai membuat Jimin menggeram marah.
"Sudahlah, Aera. Percayalah, kami tidak tahu keberadaan Taehyung saat ini. Kami berjanji jika mendapatkan kabar tentang Taehyung kami akan memberitahumu segera. Ayo, Jimin." Jungkook menarik paksa lengan Jimin, karena sedari tadi Jimin dan Mark terus bertatapan layaknya ingin berkelahi.
"Kau tidak ingin ke kantin?" tanya Mark, disambut gelengan, Aera memilih berlari menuju atap.
🎭
Menatap layar ponselnya yang tengah mencoba menghubungi Taehyung. Tersambung, tetapi tidak pernah diangkat. Sudah kesepuluh kali Aera menghubungi Taehyung, tapi hasilnya nihil.
"Sepertinya ada yang tengah galau," kekeh Yuna yang kini sudah berdiri di belakang Aera. Menghembuskan napas kasar sebelum memutar badan, menghadap perempuan menyebalkan itu.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Aera dingin.
Yuna menyeringai. Entah ke mana dua teman yang selalu mengekori, kali ini Yuna hanya sendiri. Perlahan Yuna melangkah mendekati Aera.
"Sepertinya Taehyung sudah bosan denganmu." Bersedekap dada menatap Aera remeh.
"Siapa kau, jangan sok tahu." Melakukan hal sama, bersedekap dada balas menatap Yuna remeh.
"Percayalah, Aera sebenarnya Taehyung tidak benar-benar menyukaimu. Aku mengenal Taehyung sejak sekolah dasar, apa kau tahu jika Taehyung saat SMP adalah bad boy? Sangat suka mempermainkan perasaan perempuan, setelah bosan dia akan mencampakkannya."
Aera memilih bungkam. Sungguh, mempercayai perempuan di depannya ini benar-benar sulit.
"Aku yakin, Taehyung hanya mempermainkanmu saja, setelah apa yang kau lakukan dua tahun ini membuat dia muak dan berencana mempermainkanmu melalui perasaan. Jika iya betapa menyedihkannya dirimu." Smirk Yuna saat melihat perubahan wajah Aera. Sepertinya Aera mulai ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game Of Love [KTH] || [END]
FanfictionCerita klasik perjalanan cinta anak remaja. Menceritakan awal hubungan dari benci menjadi cinta. Aera si tengil yang sering mencari gara-gara si tampan, Taehyung.