12

42 7 1
                                    

Sinar matahari menerobos masuk melalu sela gorden. Hari ini libur, Aera yang masih bergelut dengan selimut tebalnya benar-benar tidak berniat untuk membuka mata.

Suara ketukkan pintu dan teriakkan ibu sedari tadi membuat Aera bergerak gelisah, perasaan kesal dan masih mengantuk menjadi satu. Aera bergerak seperti arah jarum jam di ranjang.

"Aera bangun!!! Ini sudah jam sembilan apa kau tidak lapar?!" teriak ibu dari balik pintu tanpa menghentikan ketukkan. "Aera bangun! Kasihan Taehyung sedari tadi menunggumu di bawah!"

Bagai mantra ajaib, setelah mendengar nama Taehyung, Aera langsung mendudukkan badan, bola mata membesar dan mulut menganga.

"I-ibu bilang apa tadi?" Aera berharap jika pendengarannya pagi ini kurang baik. "Ibu!" panggil Aera namun tidak ada jawaban bahkan ketukkan yang memengangkan telinga sudah tak terdengar lagi. Namun, tak lama suara ketukkan kembali muncul.

Aera beranjak dari ranjang, menuju pintu kamar yang terkunci, membuka kunci lalu membuka pintu tersebut.

"Ibu bilang apa tadi?" Aera terkesiap saat tahu siapa yang berdiri di depannya sekarang. Bawah sadar Aera berteriak untuk menghindar dari pria di depannya ini. Melangkah mundur, mendorong daun pintu itu jika saja tangan kokoh Taehyung tidak menahannya agar pintu tak menutup. "Pergi dari sini!" pekik Aera tanpa berhenti mendorong pintu.

Taehyung terkekeh geli melihat wajah kesal bercampur takut di raut wajah Aera sekarang. "Kenapa? Tidak ingin bertemu denganku?" tanya Taehyung dan semakin mendorong pintu itu agar terbuka lebar.

"Kau benar-benar sialan, Kim Taehyung." Suara Aera terdengar seperti orang pasrah membuat Taehyung kembali terkekeh. "Tadi malam kau kemari dan sekarang kau sudah berada di sini, maumu apa?! Aku akan berhenti menjahilimu, jadi pergilah."

Tubuh Aera langsung terhuyung kebelakang saat Taehyung mendorong pintu kuat membuat pintu terbuka lebar. Taehyung melangkah masuk ke dalam kamar minimalis itu, Aera membulatkan matanya. Berani sekali pria itu memasuki kamar perempuan perawan.

"Ma-mau apa? Keluar! Atau aku teriak!" Ancamnya sambil menunjuk wajah Taehyung.

Taehyung menutup pintu kamar menggunakan sebelah kaki. Alih-alih keluar dari kamar. Taehyung malah semakin melangkah menghampiri, Aera mau tak mau melangkah mundur.

"Kau bilang apa tadi? Mau berhenti menjailiku?" Taehyung memastikan.

"Eoh, a-aku mengaku kalah." Aera memejamkan mata sebentar saat merasakan punggungnya sudah bersentuhan dengan pintu kamar mandi.

"Kau takut? Ahhh, apa karena kejadian tadi malam?" Tebak Taehyung, senyuman jail terukir di wajahnya.

"Tidak! Untuk apa aku takut! Kau memang kurang ajar tadi malam. Aku mengaku kalah karena aku sudah lelah berhadapan denganmu." Bohong Aera. Jujur saja kelakuan Taehyung tadi malam membuat Aera sedikit trauma. Oh, ayolah bahkan Aera tidak pernah berpelukkan dengan seorang pria kecuali ayahnya sendiri, tetapi dengan mudahnya Kim sialan itu mengambil ciuman pertamanya tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Benarkah? Atau karena aku mengambil ciuman pertamamu?" Goda Taehyung membuat wajah Aera memerah karena malu dan emosi yang bercampur menjadi satu.

"Taehyung kau .... " Menunjuk wajah Taehyung, pria itu menggenggam telunjuk Aera dan menurunkan tangan Aera.

"Jangan menunjukku jika tidak ingin kejadian tadi malam terulang kembali," ujar Taehyung dingin tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Aera. Sebelah tangan Taehyung terulur kebelakang tubuh Aera membuat perempuan itu membeku.

Pintu kamar mandi yang berada di belakang Aera dibuka oleh Taehyung, Aera langsung menoleh kebelakang.

"Cepat bersihkan tubuhmu, aku menunggu di bawah."

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang