27

74 3 1
                                    

-Kang Aera-

Aku mengacak rambut frustasi. Masih dengan gaun yang dikenakan saat pertunangan tadi, kini aku berada di taksi menuju rumah sakit. Aku merutuki diri yang bodoh, air mata mengalir deras saat ingatan di mana Sindy memarahi u beberapa jam yang lalu setelah acara pertunanganku dan Mark selesai.

🎭

Sebelumnya ....

"Apa yang kau lakukan, Aera?!" Sindy menatap marah. Aku menatapnya bingung karena dia terlihat kesal.

"Ada apa, Sindy? Apa yang aku lakukan?" Bersyukur karena hanya ada kami berdua di kamar ini. Jadi tidak ada yang melihat Sindy meledak seperti ini.

"Kau tidak membaca pesanku? Apa kau tahu Taehyung kemari?"

Taehyung kemari? Bahkan aku tidak mendapat kabarnya seharian ini.

"Baiklah, maafkan aku. Aku memang tidak sempat membaca pesanmu tadi malam karena ponselku mati. Dan soal Taehyung, aku tidak tahu jika dia kemari."

"Di mana ponselmu sekarang?"

Sebelumnya aku tidak pernah melihat Sindy semarah ini. Mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas, buru-buru menyalakan ponsel.

"Kenapa kau marah seperti ini Sindy?" Jujur saja aku sedikit risih melihat tatapan tidak bersahabat Sindy. Pun ini pertama kalinya dia memberikan tatapan seperti itu.

Sindy menatap ponsel yang menyala. "Aku memang bodoh, tapi aku tidak menyangka bahwa kau lebih bodoh dariku, baca pesanmu dan renungkan. Maka kau akan mendapat jawaban kenapa aku semarah ini kepadamu."

Lekas aku membuka pesan Sindy tadi malam dan membaca isi pesan tersebut. Menutup mulut, tidak percaya pada apa yang aku baca kini.

"Sindy." Suara bergetar, menatap Sindy tak percaya. Sorot mata Sindy terlihat sendu. "Jadi obat yang selama ini Taehyung konsumsi bukanlah vitamin. Bukan, 'kan?" Berharap Sindy menggeleng, tidak membenarkan dugaanku. Namun, Sindy malah mengangguk seraya meremas pelan pundakku.

"Kau tahu obat itu untuk penderita apa?" tanya Sindy, sedangkan aku memilih diam tidak menanggapi. Di pesan itu Sindy tidak memberitahukan obat itu untuk penderita penyakit apa. Mungkin Sindy menginginkan aku agar mencari tahu sendiri. Namun, memikirkannya saja membuatku takut setengah mati, sepekulasi buruk meronta-ronta di kepala.

"Sebenarnya aku ingin kau mencari tahu sendiri." Benarkan. "Aera, obat itu dikonsumi penderita gagal jantung."

Dadaku tiba-tiba berdenyut nyeri, air mata mengalir deras, tangan bergetar kala mencoba menghubungi Taehyung. Ponselnya tidak aktif. Memilih berlari keluar untuk mencari keberadaan Jungkook dan Jimin, aku berharap mereka masih berada di sini.

Netraku menangkap sosok dua pria itu yang terlihat tergesa-gesa berlari kecil ke arah mobil sedan hitam.

"Jungkook! Jimin!" teriakku, berlari kencang ke arah mereka.

Sial! Kaki tiba-tiba tersandung hingga aku jatuh tersungkur. Jimin dan Jungkook berlari menghampiri dan membantuku berdiri.

"Hey, Aera. Apa yang kau lakukan?" tanya Jimin. Aku meringis sepertinya kakiku sedikit terkilir akibat sepatu berhak tinggi ini.

"Jim, Kook, di mana Taehyung?"

"Untuk apa menanyakannya?" tanya Jungkook, nada suaranya terdengar tidak suka.

"Aku ingin bertemu dengannya! Kenapa kalian juga menyembunyikan penyakit Taehyung kepadaku selama ini!" Kedua wajah pria itu terlihat terkejut.

"Ka ... kau sudah tahu?" tanya Jungkook masih dengan wajah terkejutnya.

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang