17

40 7 1
                                    

Aera memilih berdiam diri di kamar setelah pulang sekolah beberapa jam yang lalu. Menatap ponselnya yang saat pulang sekolah tadi dikembalikan oleh Sindy bukannya Taehyung.

"Brengsek," gumam Aera pelan dengan siratan kesedihan. Entah kenapa menurut Aera bukan hanya Taehyung saja yang salah saat itu, tetapi dia juga tidak mendengarkan permintaan Taehyung untuk tidak mengangkat panggilan dari Mark.

Ngomong-ngomong tentang Mark, pria itu ternyata satu kelas dengan Taehyung, membuat Aera merasa tidak nyaman.

Beberapa pesan masuk, Aera langsung membuka pesan tersebut. Lagi-lagi dari Taehyung, sudah duapuluh kali Taehyung mengirimi Aera pesan yang hanya berisikan permintaan maaf.

-Oke, aku tahu kau pasti masih sangat kesal, kecewa, marah atau apa pun itu, tapi kumohon, Aera. Maafkan aku. Aku tahu tindakkanku saat itu sungguh keterlaluan, aku tidak bermaksud melakukan itu. Sungguh.

Itulah isi pesan terakhir dari Taehyung. Aera sangat ingin membalas pesan tersebut, tetapi egonya terlampu tinggi hanyar sekedar membalas 'Ya'.

"Ahhh, aku mengalami perjolakkan batin!" pekik Aera tertahan dan menghempaskan badan ke atas ranjanh ranjang.

Aera tertegun dan langsung memposisikan badan duduk menatap jendelanya yang baru saja dilempari sesuatu.

"Siapa malam-malam begini menjailiku?" Sedikit menghentakkan kaki kala berjalan menuju jendala, dengan tidak sabaran Aera membuka jendela.

"Siapa yang berani-beraninya mela .... " Aera langsung bungkam saat matanya melihat sosok di bawah sana tengah tersenyum seraya melambaikan tangan. Cepat, Aera kembali menutup jendela kamarnya. "Kenapa dia ada di sini?" monolog Aera gelisah.

Taehyung tersenyum kecut saat melihat reaksi Aera barusan. Sepertinya akan sulit meminta maaf kepada Aera kali ini. Namun, bukan Taehyung namanya jika menyerah begitu saja, sudah cukup Taehyung memberi waktu untuk Aera di sekolah tadi.

"Kang Aera!" seru Taehyung membuat Aera tersentak kaget. Maaf, bisakah kau turun?! Ah, setidaknya buka jendela kamarmu, aku hanya ingin meminta maaf dan membicarakan sesuatu yang penting."

Setelah mengungkapkan keinginan, Taehyung menunggu hampir sepuluh menit lamanya, tapi sosok yang ditunggu tak kunjung menampakkan diri. Kembali, Taehyung hanya bisa tersenyum miris.

"Baiklah, kau bisa dengarkan aku saja, tanpa bertemu denganku. Aku benar-benar menyesal, Aera. Aku mohon maafkan aku." Taehyung terdiam beberapa saat, Aera yang sedari tadi mendengarkan dibuat penasaran, apakah Taehyung masih ada di sana?

Akan tetapi, tidak lama suara Taehyung kembali terdengar. "Aku mengaku kalah, Kang Aera. Kau pemenangnya di permainan ini." Aera sedikit bingung dengan perkataan Taehyung satu ini. "Baiklah, aku akan pulang, selamat malam, semoga mimpi indah."

Rasanya Aera ingin berlari keluar dari rumah dan menghampiri Taehyung, meminta jawaban atas pertanyaan yang menumpuk di kepala. Saat mendengar Taehyung berpamitan, lekas Aera membuka jendela.

"Kau mengaku kalah?!" tanya Aera sedikit berteriak membuat Taehyung yang baru beberapa langkah menjauhi rumah terhenti. Lekas Taehyung membalikkan badan lalu tersenyum.

"Eoh!" jawab Taehyung.

"Aku pikir saat di ruang kesehatan waktu itu, permainan ini sudah berakhir."

"Belum, namun malam ini benar-benar sudah berakhir, dan aku yang kalah."

"Kenapa?" tanya Nk penasaran.

"Turunlah. Berteriak seperti ini mengganggu tetangga, bahkan ibu dan ayah sedari tadi sudah berada di ambang pintu." Taehyung menoleh ke arah ayah dan ibu yang entah sedari kapan sudah berdiri di ambang pintu. Menyadari atensi keduanya ketahuan buru-buru memasuki rumah, hal tersebut sukses membuat Taehyung tersenyum geli.

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang