16

34 8 1
                                    

Taehyung mengernyit, pasalnya wajah  yang tadi panas akibat sinar matahari tiba-tiba tidak merasakan panas lagi melainkan teduh, seperti ada yang menghalangi sinar itu untuk mengenai wajahnya. Perlahan mata yang semula tertutup perlahan terbuka dan hal pertama yang Taehyung lihat adalah wajah Aera yang menatapnya bingung.

"Kau menghalangi sinar mataharinya," gumam Taehyung mendorong pelan badan Aera ke samping kanan agar sinar matahari kembali menerpa wajah, tetapi bukan Aera namanya kalau dia mau mengalah dan membiarkan sinar matahari itu kembali menerpa wajah Taehyung. Maka dari itu dia kembali berdiri di depan wajah Taehyung, menunduk sedikit agar sinar matahari tidak menyinari wajah tampan itu.

"Kenapa kau ada di sini?" tanya Aera sambil bersedekap dada.

"Kau tidak lihat aku sedang apa?" ujar Taehyung malas, kembali menutup matanya.

"Kau bolos pelajaran olahraga?" tebak Aera.

"Eoh," jawab Taehyung santai. Aera memutar bola mata kesal dengan kelakuan Taehyung sekarang.

"Apa sesuatu terjadi? Kenapa hari ini kau sangat menyebalkan!" Dengan nada sedikit kesal.

Taehyung tiba-tiba berdiri, dan kini sudah berdiri di hadapan Aera, perempuan itu tanpa sadar melangkah mundur karena kaget.

"Aku menyebalkan?" tanya Taehyung balik.

"Bu ... bukan begitu."

Taehyung melangkah maju, sedangkan Aera melangkah mundur.

"Aku tidak mengikuti pelajaran olahraga bukan karena aku membolos, tapi karena aku benci olahraga. Lalu kenapa kau ada di sini? Apa kau sebenarnya yang tengah membolos?" tatapan Taehyung membuat Aera. terintimidasi.

"Di kelasku sedang jam kosong makanya aku ke sini, ke-kenapa kau semakin maju dan menatapku seperti itu? Kau membuatku takut." Pengakuan Aera yang malah membuat seringaian muncul di wajah Taehyung.

"Jadi kau takut padaku?" tanya Taehyung memperjelas.

Kini mereka sudah berada di pembatas atap, punggung Aera sudah menyentuh pembatas, sedangkan Taehyung yang berdiri di hadapan Aera lantas mengurung tubuh mungil Aera dengan kedua lengannya.

"A-apa yang kau lakukan?" tanya Aera gagap. Jantung Aera berdetak tidak karuan di dalam sana.

"Apa aku menyebalkan?" tanya Taehyung, ekspresinya sulit dijabarkan.

"Kenapa bertanya seperti itu?" bukannya menjawab Aera malah bertanya balik.

"Jawab saja pertanyaanku, Kang Aera," ujar Taehyung dingin.

"Kau sedikit menyebalkan, dulu kau memang sangat menyebalkan, tapi sekarang sudah sedikit berkurang, karena aku sudah tidak terobsesi untuk mencari kesalahanmu lagi," jelas Aera. Taehyung hanya manggut-manggut. "Taehyung, bisa tidak jangan posisi seperti ini, ini membuatku sedikit tidak nyaman." Jujur, Aera merasa risih dalam kungkungan Taehyung.

"Kenapa? Apa jantungmu membuat tidak nyaman karena berdebar terlalu cepat?" seringai Taehyung.

"Percaya diri sekali, kata siapa aku berdebar. Cih, Kim brengsek ini," decak Aera, memilih memalingkan wajah ke samping.

"Aku rindu saat kau memanggilku dengan sebutan itu," kekeh Taehyung. Menelengkan kepala menatap wajah Nk. "Kang Aera," panggil Taehyung lembut, tetapi tak membuat perempuan itu menoleh.. "Aera, aku ...," ucapan Taehyung tersela saat ponsel Aera tiba-tiba berbunyi. Taehyung berdiri tegap di hadapan Aera, melipat tangannya di dada.

Aeea merogoh ponsel yang berada di saku seragam, melihat nama siapa yang tertera di layar ponsel saat ini.

"Siapa?" tanya Taehyung penasaran.

"Mark," ujar Aera pelan, berniat mengangkat telepon tersebut. Namun, belum sempat Aera menggeser tombol hijau di ponselnya tiba-tiba suara Taehyung menginterupsi agar dia tidak mengangkat telepon tersebut.

"Jangan diangkat."

"Kenapa? Mungkin saja penting." Aera hampir menggeser ikon berwarna hijau, tapi sambungan telepon sudah terputus.

"Bisakah saat bersamaku kau hanya fokus padaku saja? Lupakan Mark Mark sialan itu! Tidak di taman tidak di sini selalu ada pria itu, Mark! Mark! selalu dia!" Emosi Taehyung tiba-tiba tersulut membuatnya refleks memegang dada yang tiba-tiba berdenyut sakit. Menggigit bibir bawah menahan.

"Taehyung, kau baik baik saja?" Aera khawatir melihat Taehyung yang menahan rasa sakit, sebelah tangan menggenggam sebelah tangan Taehyung yang kini meremas dadanya.

"Kau tahu, Aera. Aku sakit." Kini tangan Taehyung yang menggenggam tangan Aera dan menempelkannya di dada bidangnya. "Aku sakit di sini ..., " Jeda Taehyung. Entah apa maksud Taehyung, Aera masih belum paham. "Bisakah saat berdua denganku lupakan pria lain dan fokus hanya kepadaku," pinta Taehyung dengan nada lirih, tetapi tersirat kekesalan.

"Mungkin saja itu panggilan penting, tapi kenapa kau seperti ini Taehyung, kau .... "

"Sudah kubilang aku cemburu," sela Taehyung. "Apa .... " kembali, suara ponsel Aera berbunyi menandakan panggilan masuk. Taehyung mengusap wajah kasar, memilih membuang wajah saat Aera menatapnya.

Taehyung tahu betul siapa yang menelpon AerA saat ini. Siapa lagi kalau bukan Mark, Mark itu. "Jangan diangkat," titah Taehyung, menatap dingin Aera.

"Mungkin ini penting, apa salahnya mengangkatnya sebentar." Rasanya Taehyung ingin meledak menghadapi sikap keras kepala Aera.

"Bisakah kau mendengarkanku sekali saja? Jangan diangkat, atau sesuatu akan terjadi," ancam Taehyung, terdengar tidak main-main.

"Aku tidak takut dengan ancamanmu!" Dan benar saja, Aera menggeser ikon hijau itu, tetapu dengan cepat Taehyung merebut ponsel dari genggaman Aera. "Apa yang kau laku .... " Aera tersentak kaget saat Taehyung tiba-tiba membungkam bibirnya dengan bibir pria itu.

Dia memberontak mencoba melepaskan ciuman kasar itu, tetapi sayang, Taehyung yang tengah tersulut emosi malah terus memperdalam ciumannya hingga ia merasakan pipinya basah. Taehyung langsung menyudahinya dan menatap Aera yang tengah terisak.

Satu tamparan mendarat sempurna di pipi Taehyung.

"Brengsek!" ujar Aera penuh penekanan, berlalu meninggalkan Taehyung sendirian di atap.

"Shit! Kau benar-benar brengsek, Kim Taehyung!" teriak Taehyung, menghapus air mata Aera yang masih berada di pipinya. "Sial! Sial!" Taehyung memukuli kepalanya beberapa kali, bahkan dia tidak mempedulikan sesak di dada.

🎭

Aera menangis sesegukkan di depan cermin kamar mandi, kedua tangan bertumpu pada pinggir wastafel. Entah kenapa hatinya terasa sakit atas perlakuan Taehyung barusan, Taehyung benar-benar sangat kasar.

"Aku membencimu, Kim Taehyung," gumam Aera parau menatap pantulan diri di cermin. Buru-buru Aera menyalakan keran dan membasuh wajahnya.

****
Tbc

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang