13

46 9 3
                                    

"Hah .... " Helaan napas mengawali pagi yang kurang bagus. Entah kenapa hari ini Aera tidak enak badan pun wajahnya juga kelihatan pucat.

Sindy yang baru datang langsung menempelkan punggung tangan pada jidat Aera. Merasakan sehangat apa suhu tubuhnya.

"Kau demam?" tanya Sindy setelah menurunkan tangan.

Aera menggeleng. "Tidak, aku hanya pusing," ujarnya lirih seraya merebahkan kepala di kedua tangan yang dia lipat di atas meja.

"Sudah sarapan?" tanya Sindy khawatir melihat temannya yang jarang sakit ini tiba-tiba sakit.

Aera menggeleng sebagai jawaban, Sindy menghembuskan napas kasar.

"Kau harus makan, jika tidak, sakitmu akan tambah parah, aku akan ke kantin membelikan roti dan sekotak susu, oke?" Tanpa menunggu persetujuan Aera. Sindy sudah berlari pergi keluar kelas.

Di kelas, hanya ada beberapa murid saja yang baru datang, karena lumayan  pagi Aera berangkat ke sekolah. Aera menutup kedua mata mencoba menghilangkan rasa pusing di kepala.

Tujuh menit berlalu, Aera merasakan pergerakkan di sampingnya. Aera yakini bahwa Sindy sudah kembali dari kantin. Aera masih menutup mata menunggu celotehan Sindy, tetapi yang ditunggu tak kunjung buka suara.

Perlahan kedua kelopak mata itu terbuka dan hal yang pertama Aera lihat adalah wajah Taehyung yang kini juga tengah menatapnya. Posisi Taehyung juga sama seperti Aera, dengan kedua tangan di lipat di atas meja seraya merebahkan kepala di sana.

Aera tidak terkejut dengan keberadaan Taehyung yang tiba-tiba, entahlah, mungkin karena dia tengah sakit. Perlahan sebelah tangan Taehyung terulur menyentuh jidat. Satu hal yang Taehyung rasakan 'hangat' seperti orang demam pada umumnya.

"Kenapa bisa sampai sakit?" tanya Taehyung setelah menurunkan tangan.

"Mungkin karena kelelahan."

"Kau belum sarapan, kan? Aku mengambil ini dari Sindy tadi," ujar Taehyung dan menegakkan tubuh. Mengambil satu kotak susu pisang dan sebungkus roti cokelat.

Aera juga menegakkan tubuhnya dan berdecak geli mendengar perkataan Taehyung barusan. "Kau merebutnya dari Sindy?"

"Tidak, aku hanya mengatakan kalau aku saja yang membawakan ini untukmu." Sambil membukakan bungkus roti, tak lupa membukakan kotak susu sebelum menggesernya ke hadapan Aera. "Makanlah," titah Taehyung dan Aera langsung memakan roti tersebut.

"Ngomong-ngomong di mana sekarang Sindy?" Aera menoleh ke arah pintu kelas. Tidak ada tanda-tanda jika Sindy akan memasuki kelas.

"Dia sedang bersama Jimin, aku menitipkannya," jawab Taehyung santai. Aera menoleh cepat ke arahnya dan berdecak.

"Cih, kau pikir Sindy itu barang apa." Taehyung hanya menggidikkan bahu acuh.

"Makan dulu sampai habis, setelah itu terserah kau mau apa." Taehyung  kembali pada posisi awalnya. Melipat kedua tangan di atas meja lalu merebahkan kepala tanpa mengalihkan pandangan dari wajah pucat Aera.

Aera yang di tatap seperti itu merasa risih.

"Kenapa menatapku seperti itu? Apa kau juga lapar?" Aera menyodorkan roti yang tinggal setengah. Taehyung menggeleng dan mendorong pelan tangan Aera, menyuruh untuk kembali memakan roti.

"Aku hanya heran kenapa saat sakit seperti ini kau tetap manis dan cantik." Senyum kotak menghiasi wajah tampan Taehyung.

"Hyaa ... bersyukurlah karena aku sedang sakit, kalau tidak sudah kutendang kau!"

"Uuu ... takutnya, saat kau sakit kau tidak galak, aku bersyukur untuk itu, tapi ... melihat kau sakit seperti ini membuatku tidak tega." Aera hampir tersedak susu yang tengah dia tenggak kala mendengar ucapan Taehyung.

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang