01

242 26 25
                                    


Perempuan berseragam SMA tengah berdiri di depan gerbang sekolah. Maniknya bergerak liar mencari sosok pria yang sudah dua tahun menjadi incaran ke jahilannya. Assa! smirk menghiasi wajah manis perempuan itu tatkala melihat sosok yang sedari tadi dia cari.

Kedua kaki mungil memasuki gerbang sekolah, dengan perlahan membuka bungkus ice cream, lalu sesekali menjilat ice cream tersebut. Terlihat semakin mempercepat langkah kala target tepat di depan mata. Hingga ....

Kedua bahu mereka saling beradu.

"Astaga!"

Aera berpura-pura kaget, lalu mendelik sinis ke arah Taehyung. Berakting jika tabrakan barusan tidak ada unsur kesengajaan.

Netra cokelat Aera menatap ke arah seragam Taehyung yang kini kotor sebab ice cream yang dia pegang tadi.

"Ice cream-ku terbuang percuma gara-gara Kim brengsek ini," gerutu Aera pelan.

"Kau yang menabrakku lalu kau juga yang marah-marah."

Nada bicara Taehyung membuat Aera hampir tertawa. Sepertinya Aera akan berhasil membuat Taehyung emosi. Kini beberapa murid mulai tertarik pada drama yang Aera lakoni, mereka berkumpul menonton dua manusia yang tidak pernah akur sejak menjadi murid baru.

"Kau yang menabrakku, Kim Taehyung-ssi." Aera ber-smirk menatap wajah Taehyung. "Seragammu kotor juga bukan salahku karena kau yang menabrakku, harusnya kau ganti rugi karena membuat ice cream-ku terbuang percuma." Lanjutnya.

"Aish, si Bodoh itu. Apa lagi yang dia lakukan?!" geram Sindy melihat kelakuan temannya dari jarak beberapa meter.

Taehyung tersenyum seakan tidak pernah terjadi apa pun, merogoh kantong, mengeluarkan sapu tangan yang selalu dia bawa, perlahan tangan kekar itu melap seragamnya yang kotor. "Tidak apa-apa, memang aku yang salah." Senyuman manis tak luntur kala Taehyung mengakui kesalahan yang jelas-jelas tidak diperbuat olehnya.

"Taehyung benar-benar seorang pangeran!"

"Bahkan dia tidak pernah marah kepada siapa pun termasuk pada Aera."

"Taehyung benar-benar sempurna!"

"Aera cuma cari perhatian saja kepada Taehyung!"

Aera mendengar bisik-bisik memuja untuk Taehyung dan ejakan sarkastik untuk dirinya dari para murid, membuat Aera meradang.

"Si Brengsek ini benar-benar!" batin Aera geram.

"Ini!" Sebelah tangan memegang uang terulur di depan Aera,. "Apa ini cukup untuk mengganti ice cream-mu? Sudah, 'kan? Kalau begitu aku permisi". Meraih sebelah tangan Aera sebab perempuan itu hanya bergeming, menaruh beberapa lembar won di tangan Aera dan berlalu pergi tanpa mempedulikan wajah Aera yang memerah karena emosi yang memuncak.

"Dia pikir dia siapa!" Aera meremas uang kertas di tangannya, ingin sekali melempar uang tersebut ke wajah si Brengsek itu.

"Sangat murahan, hanya karena uang rela mempermalukan diri di depan umum, cih." Salah satu murid berponi mencibik terang-terangan Aera kala kerumunan sudah bubar.

"Jelas-jelas dia yang selalu membuat masalah dengan Taehyung, tapi seakan-akan Taehyunglah yang mencari masalah dengannya. Hoy! Aera, pakailah sedikit otakmu." Kali ini perempuan sedikit berisi ikut berceletuk.

Lalu temannya yang memiliki wajah orang Eropa ikut menimpali, "Di sini kita tahu derajat seseorang dapat dilihat dari perilakunya, pun jika dia miskin maka kelakuannya murahan." Setelahnya tawa menggelagar dari ketiganya.

"Jangan mengatai temanku!" Sindy yang semula diam di samping Aera akhirnya angkat bicara. Tentu dia tidak terima kala temannya dijelek-jelekkan kendati perilaku Aera sering membuat Sindy mengelus dada.

Game Of Love [KTH] || [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang