بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد
JADIKAN ALQURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA****
Sugeng dalu...
Maaf cuma sekelumit. Ide lagi ngambang, ndak bisa diajak kompromi.Votement nggih... Biar saya merasa kalau cerita ini diminati. Kalaupun kurang pada suka mungkin suatu saat bisa saya tarik dari wattpad.
****
Sajak rindu pada Pencipta jagat terus menggema, wirid terucap dari bibir Gus Lana tanpa jeda. Sebuah nama tiba-tiba meluncur dari bibir kala ia menghadap Sang Pencipta dalam sujud menghamba. Dalam semoganya selalu meminta pada Allah agar sosok yang lekat dalam benak segera hadir. Berharap rindunya pada seorang hamba Allah segera bertuan. Entah dimana dan kapan.
Terhitung hampir tiga tahun usahanya mencari sosok wanita yang dulu sempat diharapkan menjadi istrinya. Namun, kala itu keadaan tidak memungkinkan hingga akhirnya rencananya untuk melamar wanita itu berubah haluan pada sosok lain. Membuat wanita yang ia harapkan menjadi istri kecewa dan berakhir pergi. Mungkin jika diberi kesempatan mengulang kejadian itu, Gus Lana pasti tidak akan berbuat ceroboh yang berakibat membuatnya nelangsa.
Pandangan Gus Lana yang semula pada gelaran sajadah teralih, matanya fokus pada satu objek. Menatap sebuah benda di samping ranjang yang semalam diletakkan begitu saja di sana sebab kantuknya sudah tidak tertahan dan tubuhnya juga sangat lelah. Berniat membukanya esok hari, dan sekarang waktunya.
Perlahan jari besarnya seolah dituntun meraba benda itu. Sebuah kotak kiriman yang tadi malam baru sampai. Entah apa isinya, bahkan ia sendiri pun belum membuka. Yang pasti kotak itu kiriman dari teman wanita masa lalunya itu ketika di pondok dulu.
Hatinya menuntun tangan besarnya segera membuka kotak itu dengan tak sabaran. Merobek kertas yang membungkus tergesa-gesa, penasaran apa yang ada di dalamnya. Berharap mendapat petunjuk yang berharga dari kotak tersebut. Ketika kotak itu benar-benar terbuka, seketika mata pria itu membulat sempurna. Wajahnya pias, matanya menelisik setiap bagian benda yang dilihatnya sekarang. Sebuah hijab warna pastel tersimpan rapi dalam kotak tersebut.
Tubuhnya bergetar. Dengan hati-hati, perlahan tangannya mengambil benda itu diiringi degupan jantung tak keruan. Ketika berhasil dalam genggaman, secarik kertas kecil tanpa sengaja terjatuh dari lipatan hijab itu. Dengan cepat dipungut dan dibaca. Matanya terpejam sesaat, memikirkan kalimat terakhir dalam kertas itu tertulis nama pemilik hijab. Seketika membuatnya mengenang kembali kisah yang menyangkut benda itu meski terjadi pada masa silam.
Sebuah kejadian yang menyebabkan ia dan pemilik hijab itu seperti musuh bebuyutan ketika bertatap muka dan hijab dalam genggamnya itulah yang menjadi saksi. Tuduhan kabur dari pondok yang ia berikan pada wanita itu ternyata keliru. Wanita itu menaiki tangga bambu hanya untuk mengambil jemurannya yang menyangkut di pagar. Mungkin terdengar konyol, benar-benar pertemuan pertama yang sebenarnya cukup memberikan kesan kurang enak, tapi dari situlah kisah mereka bermula.
Kilasan kepingan memorinya itu terus berputar hingga berakhir menampilkan wajah sendunya ketika mengantar kepergian wanita itu dari pesantren. Ia hanya mampu mengamati wajah wanita itu dari jauh. Tidak ada keberanian muncul untuk sekedar menyampaikan salam perpisahan, karena dirinya saat itu sudah melamar wanita lain. Menjaga hati sosok yang ia lamar meski hatinya sendiri merasa kehilangan ketika wanita itu pergi. Merasakan hal itu hatinya bertanya, apakah benar keputusan yang telah ia ambil? Ternyata ia kembali meragu. Dan keraguan itulah yang akhirnya membuatnya mencari wanita masa lalunya itu.
Akhir dari masalah sebab keputusannya itu yang berakhir dengan membatalkan pernikahannya. Memberikan kesempatan sosok lain menjadi suami dari wanita yang hampir menjadi istrinya.
Dia menggeleng samar usai tersadar dari kisah masa itu. "Mengapa sesulit ini menemukanmu? aku hanya ingin mengikatmu dengan simpul halal. Hanya itu. Tidak ada kekecewaan bagimu dan keraguanku memutuskan seperti saat itu." Gus Lana mengusap wajahnya kasar.
Dirinya hanya butuh bersabar. Ia yakin semua butuh proses. Allah tahu dan telah memilihkan jalan terbaik untuknya bertemu dengan gadis itu.
Ya Allah, ampunilah ia jika selama ini menjadi pendosa. Menjatuhkan cinta yang besar pada seorang hamba. Tapi mohon, jika takdi-Mu yang menuntunnya dalam berbuat, maka permudahkanlah ia menjemput takdirnya. Karena ia yakin, dibalik semua liku kisahnya dari-Mu, pasti ada hal indah yang segera menghadirkan bahagia. Keyakinannya penuh pada-Mu akan akhir bahagia kisahnya.
****
"Malam itu aku dan Mas Rizal tidak menyangka teman lama kita dari pondok akan datang ke rumah. Dan saat itu juga kami baru mengetahui kalau ternyata ia tengah mencari keberadaan Mbak Fany."Mata Fany mengerjap dengan bibir yang semula tersenyum memudar. Pengakuan tiba-tiba itu membuatnya membeku.
"Dia datang?"
"Iya, Mbak. Dan kami memutuskan memberikan hijab itu padanya."
"Maaf Mbak Fany, kalau aku ndak bisa menjaga amanah." Kepala wanita yang berucap itu menunduk.
"Tapi aku masih menyimpan rahasia yang Mbak katakan kemarin padaku. Sungguh, Mbak. Aku hanya memberikan benda itu dan alamat lama saja, tidak memberikan alamat rumah Mbak yang sekarang," sambungnya.
Fany mengembuskan napas. Mengikis amarah dengan sebuah maaf dan senyuman. Karena memang apa yang terjadi tidak sepenuhnya kesalahan sosok di depannya ini. "Tidak apa, aku tahu kamu ndak tega dengannya. Lagi pula, dengan ataupun tidak kamu berikan padanya, itu tidak berarti apa-apa." Fany mengusap punggung tangan wanita yang ada di depannya.
Fany meninggalkan lawan bicaranya itu dengan lega. Karena semua rahasia ternyata masih tersimpan rapi meski satu barang miliknya sudah ada padanya tapi, tidak masalah. Karena ia tidak akan memberi celah lagi masa lalu itu kembali. Berusaha mencukupkan semuanya tanpa mau memberi kesempatan.
🍃🍃🍃🍃
Siapa sebenarnya sosok yang bersama Fany?
Siapa sebenarnya Gus Lana?
Semarang, 28 September 2019
Revisi 30/3/21
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Hati (End)
SpiritualProses Revisi Spinoff My Future Gus, Aku berada di tempat ini untuk mencari ilmu, melupakan luka yang pernah tertoreh dahulu. Menggapai cinta yang sebenarnya, cinta pada sang pemilik setiap hembusan nafas. Namun ditengah kobaran semangat mencari ilm...