JADIKAN ALQURAN SEBAGAI BACAAN YANG PALING UTAMA
'Jangan yakin bahagia, jika harapan bukan disandarkan pada Allah semata'
____________
Hari ini adalah usaha terakhir Kang Fikri merayu wanita pilihannya. Harapan dan doa selalu beriringan memberi keyakinan akan kabar baik nantinya. Kesempatan kali ini tak boleh diabaikan. Kang Fikri dengan langkah santai mendekati Fany yang tengah menyapu halaman ndalem. Mata menatap lekat Fany, menyorot gerak-gerik wanita berparas ayu tersebut. Dengan satu kata dan isyarat, pria itu berhasil membuat wanita yang tengah memegang gagang sapu lidi itu berjalan mengikutinya menuju emperan toserba milik pondok yang masih tutup.
"Apakah jawaban untuk saya telah berubah?"
Dalam hati, Fany terus merancau kata maaf. Belum sanggup membalas ucapan Kang Fikri. Membuatnya menunduk dalam.
"Apakah arah hatimu telah pasti pada satu keputusan?" pertanyaan Kang Fikri itu terdengar lirih. Membuat kebungkaman Fany menjadi luruh. Mengangkat wajah lalu menatap sejenak Kang Fikri sebelum akhirnya kembali menunduk.
Gagang sapu lidi dalam genggaman Fany dilepaskan. Menyandarkan benda itu di dinding toko sebelah kanan tubuhnya. Kalimat Kang Fikri masih menggantung. Belum ada niatan Fany membalas meski waktu cukup lama telah bergulir.
Dengan titik embun mata di sudutnya, bibir Fany akhirnya bergerak merangkai kata demi kata hingga membentuk kalimat yang mungkin akan terdengar menyakitkan bagi Kang Fikri. "Maaf, aku tidak bisa, Kang."
Bagai daun kering diterpa angin kencang, gugur sudah harapan Kang Fikri, merasa kecewa. Tidaklah benar terlalu berharap pada manusia, harusnya Kang Fikri menggantung harap pada pemilik takdir. Maka tak akan ada kata kecewa.
"Kenapa?"
"Maaf, Kang. Aku tidak bisa menerimamu."
Tanpa penjelasan gamblang, ternyata penantiannya tidak terbayar. Kehendak Allah tetap lain dari harapan dan perkiraan.
"Jika kamu masih mengira saya telah menikahi Fatma, itu tidak benar. Fatma menikah dengan pria pilihannya. Pernikahan beberapa tahun lalu antara saya dan Fatma tidak pernah terjadi," jelas Kang Fikri.
"Maafkan aku, Kang. Aku telah menerima pria pilihan Ayahku." Fany tetap kukuh pada pilihan awalnya.
Dengan berat hati Kang Fikri berjalan meninggalkan Fany sendiri di depan toserba pondok usai memberi ucapan selamat. Jika dulu dia sering mencuri pandang saat berpapasan dengan Fany, mungkin sekarang akan berubah. Mana mungkin dia bisa bertingkah sesuka hati dengan calon istri orang. Yang ada malah mendapat sorotan tajam dari calon Fany.
Selayaknya pria pada umumnya, patah hati juga menimpa Kang Fikri, efeknya juga tak jauh berbeda. Kang Fikri manusia biasa, hatinya butuh waktu menata kembali setelah usahanya beberapa tahun terakhir berujung sia-sia.
Keputusan kembali ke ndalem yang paling tepat usai dirundung kecewa. Mengedarkan pandangan pada beberapa ruangan ndalem yang tampak sepi hingga titik pandangnya tak sengaja menangkap sosok pria berusia setengah abad dengan wajah teduh duduk tenang di atas sebuah karpet warna cokelat di ruang yang terdapat jajaran lemari dengan barisan kitab yang tersusun rapi di dalamnya. Sontak langkah Kang Fikri berhenti di hadapan pria itu. Berjalan pelan mendekat lalu memposisikan diri duduk di sampingnya. Entah menyadari kehadiran Kang Fikri atau tidak, pria berusia lanjut itu masih setia pada aktivitas sebelumnya, mengusap dua buah kotak perhiasan dengan debu yang tampak menempel di bagian luarnya.
Tak ada obrolan, dua pria beda generasi itu masih pada aktivitas masing-masing. Kang Fikri dengan mata tak lepas dari tangan pria di sampingnya yang mengusap kotak perhiasan tersebut dengan sebuah kain dan pria itu masih menggerakkan kain dalam genggaman tangan mengusap kontak di depannya . Kang Fikri terperanjat ketika merasakan sentuhan dari pria dengan tangan masih membawa kain menyentuhnya pelan. "Le, Abah mau cerita sama kamu soal perhiasan ini." Membuka dua kotak perhiasan yang masing-masing berisi sebuah cincin. Satu kotak berisi cincin emas dan satunya lagi berisi cincin perak. Usai Kang Fikri melihatnya, tak lama kotak itu ditutup kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Hati (End)
SpiritualProses Revisi Spinoff My Future Gus, Aku berada di tempat ini untuk mencari ilmu, melupakan luka yang pernah tertoreh dahulu. Menggapai cinta yang sebenarnya, cinta pada sang pemilik setiap hembusan nafas. Namun ditengah kobaran semangat mencari ilm...