Di tempat makan, seperti orang kesetanan aku memesan banyak sekali menu.
Selagi menunggu makanan datang, aku memandangi sekitar. Melihat dari jauh jembatan di atas air. Memandang lalu lalang kendaraan disana. Lalu ke beberapa sekumpulan pemuda di samping kananku yang tengah sibuk berbincang dengan kekasihnya. Tanpa mau menanggalkan genggaman tangan masing-masing."kau tidak merindukan Nora, Jaehyun?"
Mungkin refleks, tapi aku juga bingung kenapa hanya itu yang saat ini muncul di kepalaku.
Jaehyun mendongak. terlihat menimbang sesuatu.
"kadang-kadang." jawabnya singkat.
Daripada bilang iya atau tidak, dia hanya memilih jawaban itu.
Pasti sulit. Bukan hanya baginya. Tapi juga Nora. Aku belum sempat menghubunginya sejak dua hari terakhir ini. Bukannya ingin ikut campur. hanya saja timbul rasa yang tidak bisa kujelaskan dari dalam hati. seperti sebuah dorongan untuk menguatkan kedua belah pihak. Apa ini dinamakan empati?
Ketika makanan datang, kami tak banyak bicara. Dia menyantap makanannya dengan tenang. Sedangkan aku, menyesal telah memesan makanan sebanyak ini.
Kupikir tadi aku begitu lapar. Tapi saat melihat semua makanan ini disajikan dan ketika telah mengabiskan beberapa diantaranya, rasanya aku akan muntah jika memasukkan satu suapan lagi ke dalam mulut.
"you're such a mood" Jaehyun mengelap bibirnya dengan tisu.
Aku meringis, "i'm full"
"ini" dia memberikanku tisu.
Aku memang memalukan aku tahu. Entah kenapa bisa menjadi serakus ini.
"ayo pergi dari sini" ucapku tidak tahan lagi. Sudah muak melihat makanan di depanku.
Mungkin terdengar gila. Karena aku mengajak Jaehyun keluar dengan hanya berjalan kaki. Di tengah udara yang sedingin ini. Tapi Jaehyun lebih gila lagi karena menyetujuinya.
Aku hanya sedang ingin merasakan udara seoul. Lagipula distrik tempat dimana rumahku berada dan warung makanan tadi tidak terlalu jauh.
"your nose turning red" Jaehyun menahan pergelanganku saat kami mulai berjalan. Refleks aku menggosok hidungku yang rasanya sedikit mampet.
Dia melepas syalnya dan memberikannya padaku. Aku memasangnya dengan tidak enak hati. Tapi enggan menolak juga karena memang sedingin itu udaranya.
"kau tidak dingin?" kembali ku gosok hidungku.
Dia bergidik, "lebih baik kau tidak sakit"
Aku mengernyit, "kenapa?"
"karena aku butuh sarapan setiap paginya"
Lalu kami tertawa. Bersama beberapa percakapan lainnya hingga kami sampai di rumah.
Yang kusadari malam itu, Jaehyun merupakan pribadi yang hangat. Tipe pria yang mudah berteman dengan siapapun. Kami menghabiskan waktu dalam percakapan panjang. Bahkan sampai lupa jika malam sudah terlalu larut.
Jika dibayangkan, rasanya adalah dua kepribadian yang sama sekali berbeda. Melihatnya sedekat dan sehangat ini dengan dia yang beberapa hari lalu berwajah masam dan berteriak pada istrinya.
●
"dia pergi lagi?!!!"
aku menutup mata dengan level kesabaran diambang batas. Mendengar teriakan Daisy sepagi ini benar-benar membawa pengaruh buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved J | NCT Fanfiction
Fanfiction(15+) "about emptiness to complement each other. about time being used in vain" ---------------------------