Pagi ini rasanya berat sekali untuk turun dari ranjang. Dari balik gorden masih dengan berbaring aku memperhatikan gerimis yang sedang turun. Udara seperti ini bukankah sangat cocok untuk tetap bergelung di dalam selimut.
Tapi Johnny harus sarapan. Mau tidak mau aku bangun. Mandi dalam waktu yang singkat dan turun ke dapur. Kemudian memasak brokoli saus mayo beserta udang tumis kesukaan Johnny.
Pertengahan memasak ketika menunggu udang matang dering telpon rumah berbunyi.
Bergegas kukecilkan kompor dan berjalan menghampirinya.
"halo?" ucapku.
"err, Eve"
Dahiku mengernyit. Hapal sekali dengan suara di seberang sana.
"Daisy?"
"iya"
Kenapa dia menelepon menggunakan telpon rumah alih-alih ke ponsel?
Seolah bisa membaca pikiranku dia mengatakan, "aku sudah menelepon lewat ponselmu tapi tidak bisa"
Oh aku baru ingat benda itu kehabisan baterai.
"sebenarnya aku ingin minta maaf" kudengar Daisy menghela napas. "aku sendiri tidak tahu kenapa berbuat seperti itu. konyol—" dia tertawa sumbang. Bersamaan dengan itu pintu di dekat ruang keluarga terbuka.
Sangat menjengkelkan. Kenapa pria itu harus keluar disaat seperti ini. dia memasang wajah bingung terlihat ingin mengurungkan diri untuk keluar kamar. Tapi pasti akan canggung sekali jika dia sampai melakukan itu. Dan sepertinya dia cepat menguasai diri. Tangannya menutup pintu dengan pelan.
"maksudku kau dan Jaehyun. Kau benar, lagipula dia tampan— pasti tidak akan mencari wanita bersuami hehe"
Jaehyun melangkah dengan lurus. Entah apa yang dibicarakan Daisy selanjutnya aku tidak bisa menangkap. Semuanya terdengar samar. Fokusku beralih dengan cara jalan Jaehyun yang terkesan santai.
Setelah mengatakan itu semalam hingga membuatku terjaga— mengejutkan dia terlihat sesantai itu. Atau mungkin memang percakapan tadi malam tidak terlalu ada artinya baginya.
Sepertinya memang aku yang terlalu mengambil perasaan. Atau dia hanya ingin mengujiku? Jika memang begitu dia kelewatan.
"Eve kau disana?"
Sontak fokusku beralih. "huh? ya. Aku disini"
"jadi apa kau mau memaafkanku?"
Aku tersenyum terpaksa. Lagipula bermusuhan dengan Daisy tidak membuat keuntungan apapun. "ya, kenapa tidak?"
"eum, well kalau begitu kau harus mendatangiku di kampus nanti"
"i will"
"jangan menghindar"
"oh, ingat siapa yang menghindar kemarin?"
Dia tertawa, "kau sedang apa?"
"memasak"
"apa Johnny sudah sehat? Bagaimana dengan Jaehyun?"
"dia sudah sehat. Akan kumatikan teleponnya. Aku tidak mau udangku gosong" balasku cepat.
"baiklah-baiklah"
Kututup telepon dari Daisy dan kembali ke penggorengan. Johnny terlihat turun dari tangga setelah itu. Wajahnya terlihat segar dan super tampan meski hanya dengan kaos putih polos dan celana santai.
Bergerak mengambil piring dan meniriskan udang, aku tersentak ketika sebuah tangan tiba-tiba melingkar di perutku.
Cepat sekali. Dia langsung mengendus rambutku dan berbisik, "morning" di telingaku. Sejak kapan dia jadi se-cheesy ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved J | NCT Fanfiction
Fanfiction(15+) "about emptiness to complement each other. about time being used in vain" ---------------------------