Terdengar bunyi langkah kaki di belakangku. Tapi aku tidak berniat untuk menoleh. Bukan karena aku tidak mau bertegur sapa dengan siapa itu. Tapi...
"Eve?"
Aku meringis. Tidak lagi.
"Aku—"
"Bisakah kita tidak membahas tentang itu?" bagus. Kenapa suaraku terdengar seolah sedang kesal?
Tapi kalimat itu meluncur begitu saja. Aku maupun dia langsung terdiam. Sampai kapan aku akan terus berada di situasi seperti ini dengannya. Untuk pertama kalinya aku merasa muak dengan kehadirannya. Tidak sepenuhnya seperti itu. Tapi karena terus-terusan membuatku bingung, Aku memikirkan betapa bagusnya jika aku... Sendirian?
Jaehyun merapatkan bibirnya. kulihat dia menggenggam cangkir putih yang aku yakin berisi bubuk kopi di dalamnya. Dia bergerak mengusap tengkuk sambil berjalan mendekat. Aku mulai memandang kebawah ketika menemukan telinganya memerah.
"Aku mau meminta air hangat," ucapnya setelah diam untuk beberapa saat.
Aku mengangguk kaku. Menggeser tubuhku dari pantry untuk membiarkannya mengambil air. Bibirku tersenyum masam. Benar-benar pagi yang kurang mengesankan.
Sementara dia menyeduh kopi aku lanjut menyambung kegiatanku mengirisi wortel. kudengar dia menghela napas, bunyi dentingan sendoknya yang tengah mengaduk cangkir disertai.. Suara tiupan yang keluar dari bibirnya.
Eve, fokus! Aku mengerjap.
"Erghh, apa kau suka wortel setengah matang atau—" sekali lagi, aku ingin mengumpat. Rasanya aku jadi banyak mengumpat akhir-akhir ini. Suaraku terdengar parau. Berusaha menelan ludah yang terasa tercekat di tenggorokan— aku merasa payah.
Jaehyun duduk. Gerakannya santai seperti biasa. Kulihat ada bekas kopi di sudut bibirnya yang segera dihilangkannya dengan punggung tangan.
Sepagi ini dia sudah maskulin dengan sweatshirt abu-abu dan celana katun panjang. Tidak ada jadwal mengajar di tanggal merah ini. Jadi dia bersantai di rumah.
"Aku suka setengah matang"
Aku mengangguk.
Jaehyun seperti Johnny. Kurang lebih seperti itu. Tidak suka bepergian. Lebih memilih menghabiskan waktu senggang berada di rumah. Di atas sofa beludru yang nyaman. Membaca buku hingga berlembar-lembar yang menyebabkan leher tegang.
"Siapa dosen pembimbingmu?"
"Mrs Donna"
"Kapan kau mulai bimbingan?"
Aku mendongak, kurasa aku baru bilang padanya seminggu lalu mengenai aku dan Mrs Donna yang akan bertemu mulai minggu depan. Apa dia lupa?
"Aku sudah menghubunginya. Kita akan bertemu minggu depan."
Dia mengangguk. Menyesap kopinya, "Lebih cepat lebih baik. Hubungi aku jika butuh bantuan."
Suasana menjadi cair begitu saja. Tidak sekaku beberapa menit yang lalu ataupun kemarin dan kemarinnya lagi. Bahkan dia membantuku memasak hingga kami menyelesaikannya tepat pukul sembilan pagi. Meletakkan apron diatas pantry aku melihat Jaehyun yang mencuci cangkir bekasnya minum.
Aku akan berganti pakaian selagi menunggu Johnny yang masih berada di jalan. Sepertinya dia akan sampai beberapa menit lagi. Kalau aku tidak salah menghitung, pesawatnya landas tigapuluh menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved J | NCT Fanfiction
Fanfic(15+) "about emptiness to complement each other. about time being used in vain" ---------------------------