Tidak ada yang semenyenangkan ini selain melihat bungamu mekar di musim semi. Butuh beberapa bulan untuk bunga seperti ini menjadi tumbuh cantik.
Pekarangan rumah menjelma taman bunga pagi ini. Udaranya sejuk. Sepertinya akan cocok jika aku mulai ke pasar bunga lagi dan menanami bunga di petak tanah yang masih kosong.
"Kita cukup giat memberinya pupuk. Iya kan?"
Aku menoleh. Mendapati pria itu dengan cangkir kopi dalam genggaman. Seulas senyum kuberikan padanya seraya mengangguk.
Karena tidak ada kegiatan lain yang kulakukan yang akan menyibukkanku semenjak aku telah melakukan sidang dan menunggu masa wisuda— aku mengisi waktu luang dengan berkebun.
Tapi sepertinya aku tidak cocok dengan segala macam tumbuhan jenis sayuran. Aku tidak mengerti kenapa hanya sayuran yang tidak bisa tumbuh di lahan kami. Padahal air dan pupuk yang kuberikan... Jumlah dan kadarnya sama. Tapi selalu berakhir sayuran-sayuranku layu dan beberapa di antaranya dimakan ulat.
"Bunga krisan ini mirip dengan bajumu." ucapnya sambil mendekat. Berdiri sejajar denganku. Aroma kopi dari cangkirnya langsung menguar.
Aku menunduk. Memperhatikan motif dress yang kukenakan hari ini. Bukankah cocok sekali pakaian ini dengan musim semi.
Dua bulan sejak kejadian itu... Semua benar-benar berubah total. Meski memilih bertahan dengan apapun keadaannya. Dia suamiku. Di hadapan tuhan aku sudah berjanji akan selalu mengasihinya. Akan sangat tidak baik jika aku mempermasalahkan persoalan orientasi Johnny padahal dari yang kulihat seberusaha itu dia untuk menutupinya. Maksudku, tidak ada yang tahu hal ini kecuali aku dan Jaehyun.
Kami... Seperti biasa. Namun berbeda pada hal-hal tertentu. Tidak ada lagi hal-hal intens antara kami. Tidak ada lagi percakapan sebelum tidur yang selalu kusukai. Tidak ada kecupan dahi sebelum dia pamit untuk pergi.
Rasanya.. Kami seperti pasangan yang hanya berbagi ranjang. Dua manusia yang terjebak dalam satu ikatan.
"Sepertinya dia baru saja landing." ucapku pada satu tarikan napas.
Aku menoleh ke arah Jaehyun yang menatap jam tangannya kemudian mengangguk.
Beberapa hari belakangan, Johnny menjadi topik yang selalu kuhindari. Membohongi diriku sendiri seolah tidak ada apa-apa.
Tapi hari-hariku akan terus berlanjut. Mencoba menjadi seproduktif mungkin untuk menghalau pikiran-pikiran negatif yang nantinya memenuhi isi kepala. Mencoba memahami sudut pandangnya.
Sering terpikir olehku mengenai alasan kenapa dia melakukan ini. Mengapa ia tidak memberitahuku sejak awal. Tapi tak ada jawaban yang kuterima. Karena aku tidak pernah bertanya dan dia juga tidak berminat menjelaskan.
Aku tidak memberitahu siapapun persoalan ini. Bahkan ibuku ataupun mama. Aku tidak ingin suamiku dipandang sebelah mata. Aku tidak mau masyarakat memandang suamiku tidak sama.
Kadang aku berharap... Aku menginginkan waktu hanya berdua dengannya. Membicarakan tentang ini. Membahasnya antara suami dan istri. Tapi aku terlalu payah untuk memulainya. Terlalu lemah jika senantiasa menemukan hal-hal lain yang dia sembunyikan. Dan merasa tidak siap untuk itu.
Perlahan kurasakan tangan melingkar di perutku. Menarikku mendekat untuk berada dalam dekapannya. Tak ada penolakan. Gestur seperti ini memang kubutuhkan saat ini.
Aku maupun Jaehyun sama-sama diuntungkan dalam situasi ini bukan? Dia yang kesepian karena baru saja bercerai dari istri pemarahnya. Dan aku yang menyedihkan denganㅡ
"Kau akan baik-baik saja." bisiknya.
Aku menghela napas. Aku tahu.
"Kau ada bersamaku," lanjutnya.
Rasanya campur aduk, tidak dapat menjelaskannya. Sementara Jaehyun tetap mempertahankan posisinya, aku menatap muram bunga-bunga krisan putih didepanku.
***
Tidak ada berita semenyenangkan ini semenjak beberapa hari sampai kudengar jika Mia tengah hamil. Menariknya berita itu hadir bersamaan dengan adanya cincin yang tersemat di jari manis Daisy. Ya, akhirnya Lucas melamarnya.
Kemudian di udara yang sejuk sore ini, aku bersama Mia dan Daisy berkumpul di taman biasa kami bertemu. Menunggu kehadiran Ten yang mengabari akan sampai dalam sepuluh menit. Meski aku tahu pria itu sepertinya masih bergulir di ranjangnya mengumpulkan niat untuk mandi.
"Sebenarnya setelah menikah nanti, aku ingin berbulan madu ke Hawai." Daisy cemberut. Tangannya sibuk berkutat dengan sesuatu di ponselnya.
Aku dan Mia saling berpandangan dan tersenyum.
"Yang terpenting, bukan dimana kau berada. Tapi siapa yang menemanimu disana." Jawab Mia mengelus bahu Daisy.
Seratus persen benar.
"Akan lebih nilainya jika tempat dan orangnya sama-sama persis seperti yang kuinginkan." kilah Daisy. Meletakkan ponselnya dan mencomot biskuit durian. "Tapi aku begitu mengenal pria itu. Dia dengan masalah masa lalunya. Kupikir dengan mencintaiku itu akan membuatnya lupa. Tapi ternyata tidak." lanjutnya.
Satu pelajaran penting yang kupelajari dari persoalan Daisy. Bahwa ketika kau mencintai seseorang, seseorang yang kau cintai sebelumnya tidak akan pernah hilang seluruhnya dalam dirimu. Dia akan tetap ada. Bersama memori tersendiri neski dalam ruang terkecil di hatimu.
Apalagi dalam kasus Lucas, yang begitu rumit dengan mantan kekasihnya dulu.
Entah bagaimana keputusannya, kuharap Daisy dan Lucas benar-benar dewasa dalam menyikapinya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved J | NCT Fanfiction
Fanfiction(15+) "about emptiness to complement each other. about time being used in vain" ---------------------------