[J] delapanbelas

323 50 11
                                    

Kudengar sirene polisi bergema di tengah-tengah suara hujan yang deras. Beberapa orang berkumpul di halaman depan. Mereka berkerumun dengan perasaan ingin tahu. Menghalau hujan yang dingin hanya untuk saling berbagi informasi.

Kututup kelambu jendela yang memperlihatkan pandangan itu. Bergerak duduk di tepian ranjang. Rasanya kakiku masih lemas sekali. 

Kejadian terjadi begitu cepat. Bahkan masih bisa kurasakan bagaimana tercekatnya aku tiga puluh menit yang lalu. Ketika pria dengan jambang tak beraturan itu datang. Dengan membawa sebongkah kayu yang berhasil digunakannya untuk memecah kaca halaman belakang. Ketika dia mendekat dan aku yang tak bisa bergerak sama sekali. Dan ketika Jaehyun dalam keadaan basah kuyup datang. Lalu... 

Aku menghela napas. Membayangkan seandainya saja tidak ada orang yang akan membantuku. Pikiran-pikiran itu sempat datang. Apa aku akan berakhir seperti itu? Apa aku tidak bisa lagi melihat orang-orang disekitarku? Kemungkinan itu membuatku takut. 

Tapi dia datang. Dengan cepat membawaku ke dalam perlindungannya. Tangan kosongnya menyelamatkanku. 

Di tengah-tengah lamunan dengan pikiran yang kalut itu, suara pintu dibuka membuat kepalaku reflek menoleh.




"Polisi ingin kau—" dia menunjuk ke bawah. Aku mengangguk mengerti. Berdiri kaku dan mengikuti langkahnya yang membawaku ke lantai bawah— meski sedikit tidak yakin.

"Tidak apa jika kau tidak mau. Biar aku saja yang mengurusnya" ucap Jaehyun di dua tangga terakhir. 

Aku menggeleng. "Aku tidak apa-apa"

Seberapapun kacau keadaanku, polisi tetap membutuhkan kesaksian. Satu di antara dua yang duduk menanyaiku beberapa hal. Juga memastikan bahwa aku sudah baik-baik saja. Aku menjawab seadanya. Sesingkat yang sudah kuprekdisikan. Rasanya malas untuk berbicara— juga kupikir hal ini sebenernya tidak terlalu penting.

Beberapa polisi sisanya kuperhatikan sedang menertibkan kerumunan yang berkumpul di halaman depan. Menghimbau mereka agar kembali ke rumah masing-masing. Kudengar usaha mereka yang meyakinkan kerumunan disana bahwa suasana disini sudah kembali aman dan tidak perlu lagi khawatir. Kuharap begitu.

Mereka dari lapas setempat. Di depanku dan Jaehyun mereka mengatakan jika ada seorang buronan yang kabur sejak kemarin malam. Berjam-jam mereka terus mencari dan tidak menghasilkan apapun. Sampai seorang wanita yang juga penghuni distrik disini melaporkan perihal adanya pria asing yang terus berkeliling dengan menggenggam kayu di tangannya. Yang kuherankan, polisi bahkan tidak repot-repot melaporkan kepada masyarakat tentang hilangnya napi itu. Dengan dalih tidak ingin membuat khawatir. Tapi tetap saja itu tindakan ceroboh karena menyepelekan kewaspadaan.

Selama aku dihadapan polisi, Jaehyun duduk di sampingku. Paham dengan tubuhku yang tegang dia bergerak mengusap punggungku sesekali.

Malam ini akan menjadi malam yang tidak terlupakan. kejadian yang mengejutkan. Tidak hanya aku. Tapi juga bagi warga di sekitar. Mungkin label aman memang sudah keluar dari mulut polisi-polisi itu. Tapi perasaan was-was masih terus saja mengganggu.

Suasana benar-benar bisa tenang setelah beberapa jam berikutnya. Jalanan kembali sepi. Senyap seperti biasanya. kerumunan warga dengan rasa ingin tahu itu sudah pergi. Mereka kembali pada kesibukannya masing-masing. Sementara aku masih terjaga di atas ranjang ini sampai menjelang pagi. Berselimut tebal memandang jendela yang belum kututup sama sekali.

Jaehyun beberapa saat lalu menawarkan untuk membuatkanku susu. Dalih agar aku cepat tertidur. Aku mengiyakan meski benda itu akhirnya tidak kusentuh sama sekali. Mungkin minuman itu juga sudah dingin.

Pria itu masih menonton televisi kurasa. Entahlah tapi samar-samar aku bisa mendengarnya dari atas sini. Apa dia juga tidak bisa tidur sepertiku?

Menoleh pada susu yang terletak di atas meja aku menatap diam untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya menyingkap selimut dan keluar kamar. Turun melewati tangga dan menemukan televisi dalam keadaan menyala. Tapi hal yang kusadari kemudian adalah bahwa Jaehyun sudah tertidur di atas sofa dengan meringkuk seperti anak kecil.

Aku menghampirinya. Mengambil remot didekat tangannya untuk kemudian mematikan televisi.

Udara sedang dingin. Apalagi ditambah dengan lubang besar dari kaca yang menganga di halaman belakang sana. Sisa-sisa pecahan kaca tadi polisi yang membantu membersihkan.  Sementara aku akan pergi ke toko kaca besok untuk membereskan kekacauan ini.









Dengan inisiatif sendiri aku pergi menuju kamar pria itu untuk mengambil selimut. Melebarkannya di atas tubuh yang tertidur itu. Menariknya hingga batas leher dan sekelebat memperhatikan wajahnya yang damai. Dari jarak sedekat ini aku bisa mendengar deru napasnya yang teratur.

Setelah kukira selesai aku mencoba berdiri sebelum sesuatu mengurungkanku— menyuruhku tetap di posisi semula. Tiba-tiba saja aku merasa dejavu.

Aku menoleh mendapati Jaehyun masih terpejam. Tapi tangannya yang menggenggamku dan membawanya kearah bibirnya seolah menyatakan kalau dia sedang terjaga.

Tidak lagi.





"Jae—"

"Tetaplah disini"

Aku menelan ludah. Berusaha menarik tanganku. tapi seperti yang sudah kuduga, dia mencekalnya dengan erat.

Beberapa kali aku tetap berusaha sampai akhirnya menyerah. Menyadari rasa hangat yang menjalar di buku tanganku yang terkena napasnya.

Keadaan tetap seperti itu hingga dia membuka matanya. Tidak selebar itu— tapi aku masih dapat menangkap netranya. Sayu...

Aku tidak tau harus berkata apa. Benar-benar terpaku seperti orang bodoh. Duduk diam di hadapannya. Sampai kusadari ketika bibirnya melayangkan kecupan di atas sana kemudian kembali terpejam. Duniaku rasanya berputar. Semua di sekelilingku mendadak senyap. Dan meski menggelikan jika kuakui, suasana ini membuatku berada ke dalam sensasi yang baru. Sesuatu yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Sesuatu yang salah tapi menggiurkan.

Ketika netra itu tiba-tiba kembali terbuka dan deru napasnya yang kusadari semakin mendekat, aku memilih tidak bergerak dan tetap terpaku pada mata itu. Tangannya yang besar menangkup wajahku. kemudian yang kutahu...  Ini adalah hal yang baru. Dan apa yang kupilih,

Aku memilih ikut lebur di dalamnya. Alih-alih menghindar dan mengabaikan.





Tbc.

Maaf ya kalau membuat kalian menunggu terlalu lama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maaf ya kalau membuat kalian menunggu terlalu lama. Semoga ini ga jauh dari ekspetasi.
Akan kuusahakan untuk jd lebih baik lagi. Mohon dukungannya:)))

Goodnight❣️

-Imberlevis

My Beloved J | NCT FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang