"aaaak..."
"aku kenyang"
"satu suapan lagi"
"sudah lima kali kau mengatakannya"
Aku mendengus. Menyerah, meletakkan semangkuk bubur di atas nakas. Mungkin Johnny memang benar-benar sudah kekenyangan.
"kau butuh apa?"
"aku akan muntah kalau kau memasukkan sesuatu lagi kedalam mulutku," ucapnya.
"buburku tidak enak?"
"Eve, kau sudah merawatku dengan baik. Sekarang istirahatlah, aku sudah tidak apa-apa."
Kata-kata semacam ini membuatku jengah. Daridulu Johnny selalu berkata baik-baik saja.
"sebenarnya aku tidak ingin jadi bossy. Tapi kau tidak memberiku pilihan. Kau seperti ini bukan yang pertama kalinya, ingat? Jadi sebelum kondisimu lebih drop dari ini sepertinya kita harus membuat jadwal pekerjaanmu"
"sekertarisku sudah melakukannya"
"tidak. Aku ingin menentukannya sendiri. Aku ingin kau membatalkan semua klien untuk sebulan ini dan kau akan istirahat saja di rumah"
Johnny tertawa serak. Tubuhnya bangkit untuk duduk. "Eve, aku bukan pemilik kantor"
"tapi kau bisa bilang pada atasanmu untuk cuti sebulan ini"
"tidak dengan jadwalku yang sedang padat"
"aku hanya tidak ingin kau sakit, Johnny," aku memelas.
Sesuatu di mata Johnny mendadak sendu. Dia melihatku sejenak sebelum mengangguk dan meraihku untuk memeluknya.
Bagus. Ini berhasil.
Langkah selanjutnya, aku akan mulai mengatur pola makannya dalam beberapa hari kedepan. Sepertinya dia butuh banyak asupan buah dan sayur. Sudah pasti jika tidak sedang bersamaku, Johnny akan memakan masakan-masakan instan.
Tapi pertama-tama aku akan membuat to do list terlebih dahulu. Menulis deretan pekerjaan yang akan kulakukan hari ini. Dan mendesis kesal begitu menyadari cucian kotor yang sangat menumpuk.
***
"kau butuh bantuan?"
Aku sedikit terkejut saat Jaehyun tiba-tiba muncul. dia memahami gerakanku untuk kemudian memberi jarak.
"tidak perlu, aku bisa melakukannya sendiri"
Beberapa hari ini— setidaknya setelah hari itu, aku merasa sedikit menjauh darinya. Menjauh dalam artian memberi jarak. Berusaha membuat sedikit saja interaksi dengannya. Sedikit aneh— tentu saja. Sebab beberapa hari kebelakang kami seperti teman dekat yang apa-apa saja melakukannya berdua. Memasak, membersihkan rumah, menonton film, bercerita tentang apapun. bahkan dia selalu membelikanku makanan di luar pada malam hari, lalu tiba-tiba saja aku mendadak bicara sesingkat mungkin.
Jaehyun cepat membaca situasi. Dia paham dengan apa yang sedang kulakukan. Jadi timbal baliknya dia menjadi sedikit canggung akhir-akhir ini. Atau kalau bisa kutafsirkan dia sedang bertanya-tanya dalam dirinya. Berkali-kali dalam empat hari terakhir kutemukan dia selalu mengurungkan niatnya yang ingin bicara.
"mungkin aku bisa sedikit membantu"
Dia belum pergi. Aku masih menggerakkan spatula untuk membalik daging berusaha terlihat sesibuk mungkin.
Jemari kakiku bergerak-gerak mencoba memikirkan sesuatu. Dan syukurlah ada ide yang muncul tidak lama kemudian.
Mataku beralih. Menatap Jaehyun dibelakangku. Tidak repot-repot membalikkan badan. "baiklah, kau bisa menyirami bunga-bungaku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved J | NCT Fanfiction
Fanfiction(15+) "about emptiness to complement each other. about time being used in vain" ---------------------------