Changkyun terbangun di pagi hari, melihat ke arah nakas untuk melihat waktu. 06.30 AM, masih terlalu pagi untuk jadwal kerjanya yang memang belum ditentukan mengingat ia baru saja pindah kerja, Changkyun juga mengajukan waktu istirahat selama 2 hari agar ia bisa menghabiskan waktu dengan anak-anaknya, karena sudah dipastikan jika Yuta akan langsung sibuk setelah persidangan yang melibatkan adik bungsu Kim. Changkyun tersenyum melihat Yuta masih tertidur, semalam Yuta menceritakan apa yang telah terjadi padanya, tentu saja pertemuan dengan orang-orang yang menjadi bagian masa lalu tidak akan terhindarkan. Namun setelah berbicara lama akhirnya mereka sepakat untuk tetap berada di jalan mereka saat ini, tidak ada waktu untuk kembali terluka dan bersedih.
Manik mata Changkyun dimanjakan oleh pemandangan manis di dapur, saat ia keluar dari kamarnya dan Yuta. Ketiga anaknya sedang mencoba membuat sarapan dengan si bungsu yang mengarahkan apapun yang ia baca di ponsel yang memang sengaja Yuta dan Changkyun berikan untuk mereka. Si sulung sibuk dengan gulungan nasi yang terlihat cukup bisa dimakan, lalu si pinky yang sibuk mengomel setelah mencicipi sup yang sedari tadi menjadi kekuasaannya.
“ Jiijie?”
Ucapan si bungsu membuat kedua kakaknya menghentikan aktifitas nya.
“ selamat pagi anak-anak”
“ pagi jiijie”
Changkyun duduk di samping anak bungsunya setelah memberikan ciuman singkat di pipi masing-masing anaknya. Si bungsu memberikan secangkir kopi yang ia buat dengan singkat, terlalu manis karena si bungsu menggunakan susu miliknya yang memang berasa manis. Namun Changkyun tetap meminumnya sebagai rasa terimakasih untuk perhatian sang anak.
“ jadi apa yang kalian lakukan di dapur pagi-pagi seperti ini? setahuku selain Loan, kalian sangat sulit untuk dibangunkan”
Na tersenyum sekilas sebelum mendekati Changkyun dengan wajah khawatirnya.
“ apa Ciicie baik-baik saja?”
Ketiga anak dibawah umur itu terlihat khawatir sembari sesekali melihat ke arah kamar Changkyun dan Yuta, dokter muda itu tahu jika anak mereka mengkhawatirkan Yuta setelah melihat sang ciiciie menangis tanpa suara kemarin.
“ tidak apa, kami tidak apa-apa. Jangan khawatir”
“ bagaimana kami tidak khawatir jika apa yang kami lihat adalah kalian berdua tidak baik-baik saja . Kenyataan dimana kalian berdua tertekan, bukan suatu yang menyenangkan untuk kami lihat. Bisakah kalian tidak bersembunyi dengan topeng ‘aku baik-baik saja’ di hadapan kami? kami mungkin tidak mengerti masalah kalian, namun setidaknya kami bisa menghibur kalian”
Oke, catatan penting untuk Changkyun yang tersadar jika si sulung memang semakin lama semakin terasa benar-benar mewarisi sifat Yuta yang penuh dengan ambisi dan rasa ingin tahu tinggi. Juga jangan lupakan rentetan kata yang bocah itu katakan, Changkyun benar-benar salut dengan duplikat Yuta yang ada pada dirinya.
“ lawanmu adalah aku, Neo-ya. Dokter muda itu tidak akan melawanmu meski kau mengatakan kalimat panjang lebar…”
Yuta bersandar di ambang pintu dengan senyum meremehkan yang tentu saja ia arahkan pada anak pertama dan Changkyun. Na dan Loan berlari mendekati dan memeluk Yuta, mencoba menyamakan tinggi mereka dengan Yuta yang memang masih lebih tinggi dari bocah-bocah kelebihan energy itu.
“ kalau begitu aku akan menjadi jurinya”
putus Changkyun, menggoda si sulung yang kini menggaruk tengkuknya dengan ekspresi malu-malu.
“ aishh sudah pasti aku kalah”
Gumanan Neo terlalu keras untuk tidak didengar oleh seisi rumah, kontan mereka tertawa bersama. Yuta pun menggeleng, ia merentangkan tangannya agar Neo bisa masuk ke dalam pelukannya sama seperti yang adik-adiknya lakukan. Tentu saja kesempatan itu tidak bocah itu sia-siakan karena terkadang mereka merasa jika menyentuh Yuta itu terlalu mahal syaratnya tidak semudah yang terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Protagonis
FanficHold my hand, never lose and make it down Kita memiliki kisah yang sama, tanpa tahu kemana arah takdir membawa kita. Kita sama-sama terluka dan memilih mati karena tidak ingin merasakan luka untuk entah keberapa kian kalinya. Aku menggantungkan...