Neo menatap adik keduanya yang tidak bisa diam, berjalan seperti sebuah setrika dengan wajah khawatir tercetak jelas di ekspresi wajahnya. ia juga bisa melihat si bungsu meraih tangan kakaknya berharap apa yang ia lakukan bisa menenangkan sang kakak.
" kita telepon Jiijie saja?"
Usul Loan, ia mengulurkan ponsel Yuta yang ada padanya. Neo mengangguk lalu meraih ponsel Yuta untuk menghubungi Changkyun setidaknya ia tahu jika ayahnya yang satu itu bekerja di rumah sakit dimana tidak jauh dari tempat persidangan dimana mereka memaksa mengikuti Yuta dengan segala cara sehingga kemungkinan yang terjadi Changkyun tidak memerluhkan waktu lama untuk tiba di tempat mereka..
" tidak diangkat, mungkin sedang sibuk"
Na menatap kesal pada ponsel Yuta, ia merebut ponsel itu dari tangan kakaknya.
" Jiijie tidak memiliki jadwal siang ini, seharusnya ia berada di rumah. Pagi ini aku melihatnya, ia tahu Ciicie tidur di sofa karena menunggunya pulang tapi dia membiarkan Ciicie begitu saja di ruang tamu. Pagi tadi pun aku melihat Jiijie pergi, terlihat tidak ada niat untuk membangunkan Ciicie"
Anak tengah keluarga Hwang itu terus memperhatikan Yuta yang sedang mempersiapkan materi di ruang sidang. Yuta memang terlihat biasa-biasa saja, namun wajahnya terlihat jelas jika ia sedang menahan sakit.
" yeoboseo?"
Suara lembut di seberang panggilan menyapa Na. Bocah itu kenal dengan suara wanita yang menjawab panggilan di ponsel ayahnya.
" dimana dokter Daniel?"
Na menggunakan penekanan dalam nada bicaranya, membuat kedua saudaranya yakin jika bocah itu sedang menahan amarahnya. Na adalah seseorang yang ceria dan pandai untuk membangun suasana menyenangkan untuk orang-orang di sekelilingnya, ia mengcopipaste Yuta dengan sangat baik meskipun Changkyun adalah keluarga biologisnya. Sejak ia tahu dan mengerti jika ia tidak ada hubungannya apapun dengan sang Ciiicie, pemuda Na itu tidak merubah kepribadiannya. Meski kecewa namun Na tidak pernah menyesal menjadi anak dari Yuta ada ataupun tidaknya hubungan darah dengan Yuta..
" maaf, dokter Da--"
" Yuta??? Katakan padanya aku sedang tidak ingin mendengar apapun darinya. Katakan juga padanya jika aku tidak akan pulang untuk beberapa waktu, aku tidak peduli dengan apapun yang berkaitan dengannya untuk saat ini"
Suara Changkyun yang memotong ucapan asisten terdengar sedikit jauh dari ponsel meski begitu tidak mengurangi rasa kecewa yang tumbuh dari seorang di seberang sambungan, ya suara Changkyun terdengar begitu jelas di telinga Na.
" Hina noona, katakan padanya. Setelah ini, apapun yang terjadi aku tidak akan menghubunginya lagi. Baik nanti atau di masa depan... "
Neo tidak mengerti dengan nada bicara adiknya yang terdengar begitu kecewa. Na mengakhiri panggilan pada Changkyun dan mencoba menghubungi seseorang yang ia harap bisa membantunya.
Bocah itu terlalu kecewa mendengar ucapan yang ayahnya katakan, sebuah penolakan yang tidak ia ketahui alasannya. Bahkan meski dalam mimpi pun ia tidak akan pernah berpikir aku bisa melupakan apa yang baru ia dengar. Tidak ada kata-kata dan tidak ada ekspresi ceria yang dapat menunjukkan bagaimana seorang Na merasa tidak apa-apa, ia kecewa-marah dan kecewa dalam satu waktu. Ia tahu kehidupan orang dewasa memang tidaklah mudah namun bukan berarti orang dewasa harus menjadi egois. Mendapati orang yang ia hormati mengatakan hal yang tidak seharusnya, menolak mendengarkan apa yang ingin ia katakan membuat Na berpikir singkat. Dia hanya seorang bocah yang ingin didengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Protagonis
FanficHold my hand, never lose and make it down Kita memiliki kisah yang sama, tanpa tahu kemana arah takdir membawa kita. Kita sama-sama terluka dan memilih mati karena tidak ingin merasakan luka untuk entah keberapa kian kalinya. Aku menggantungkan...