Yuta masih memainkan surai hitam Changkyun, dimana si pemilik sedang tertidur di sampingnya. Changkyun tertidur setelah kelelahan menangis, meminta maaf dan memohon agar Yuta tidak pernah meninggalkannya. Sekarang yang Yuta pikirkan adalah langkah apa yang harus ia lakukan, melihat bagaimana keadaan Changkyun membuatnya sedikit khawatir pada anak-anak terutama pada Na yang sepertinya mulai berpikir terlalu jauh ia harus melakukan sesuatu sebelum masalah yang terlihat begitu sederhana berubah menjadi lebih kompleks. Dan hal pertama yang harus Yuta lakukan adalah mendapatkan Na agar Changkyun tidak mendapatkan serangan dadakan yang pasti akan anak itu lakukan. Dan Na adalah cerminan dari Changkyun untuk sesuatu yang lebih kompleks seperti saat ini, meski Na adalah duplikat dirinya.
" Ciicie kami datang! "
" ssttt"
Na dan Loan berhenti di tengah jalan saat melihat Yuta menaruh telunjuk di bibir, meminta mereka untuk tidak menciptakan keributan.
Neo tersenyum, mencium Yuta lalu mendekati ke arah Changkyun ingin melakukan hal yang sama kepada Jiijie nya namun Yuta menggeleng.
" Jiijie baru saja tertidur"
Yuta memperhatikan Na yang mengangguk tanpa minat setelah mencium Yuta tanpa menoleh ke arah Changkyun.
" aku ingin ke luar, Naa bantu aku.. "
" tapi dokter meminta agar Ciicie diam.. "
Neo menutup mulutnya saat Yuta menatap dengan tatapan ancaman, ia akhirnya membantu Yuta untuk melepas pelukan Changkyun dan menggantinya dengan Loan yang tersenyum senang karena merindukan sang ayah.
" aku akan disini"
Tentu saja Neo tahu apa yang Yuta pikirkan, ia berharap suatu saat nanti ia bisa menjadi seorang yang hebat seperti kedua ayahnya.
.
.
.
Yuta meminta Na duduk di bangku taman sementara dirinya menggunakan kursi roda. Memandang taman yang menyejukkan dengan bunga Mawar tertata rapi.
" apa tidak ada yang ingin kau jelaskan?"
Na menggeleng, ia tahu alasan Yuta membawanya ke taman. Yuta secara tidak langsung mengajaknya berbicara, agar apapun yang mengganggu di dalam pikirannya bisa terucapkan. Yuta juga akan melakukan hal yang sama pada saudara-saudaranya, jika merasa sedikit saja mereka mengeluarkan perilaku tidak wajar dari biasanya yang entah mengapa bisa Yuta sadari dengan cepat, setelah itu Yuta akan menjauhkan mereka dan mengajaknya bicara empat mata seperti sekarang.
" Jiijie… dia tidak peduli padamu, dia menolak mendengar apapun tentangmu… aku benci mendengar Jiijie tidak mau menjawab panggilanku, aku takut terjadi sesuatu padamu dan kau akan meninggalkanku sendiri hiks… "
Yuta menghela nafas, membuka tangannya agar Na bisa memeluknya. Memangku tubuh Na yang menangis meski keadaan tubuhnya sendiri masih belum bisa dikatakan membaik, tangannya mengelus surai hitam yang sudah dua hari dimiliki oleh anaknya karena tipuan dari Mark.
" tidak ada yang seperti itu sayang, Jiijie punya alasan yang belum bisa Na pahami. jiijie tidak bermaksud seperti apa yang Na pikirkan… "
" tapi Jiijie benar-benar mengatakan itu! Hiks aku tidak mau lagi! Tidak!"
" maafkan Jiijie oke? Ciicie mohon"
Na menggeleng, bocah itu menangis keras memeluk leher Yuta hingga sedikit repot. Hey, di pangkuannya itu bocah berusia 14 tahun yang sedang dalam masa pertumbuhan jadi bisa dibayangkan bagaimana repot Yuta dan kursi roda yang ia kenakan karena harus menahan bobot Na juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Protagonis
FanficHold my hand, never lose and make it down Kita memiliki kisah yang sama, tanpa tahu kemana arah takdir membawa kita. Kita sama-sama terluka dan memilih mati karena tidak ingin merasakan luka untuk entah keberapa kian kalinya. Aku menggantungkan...