Intuisi

980 82 52
                                    

Tambrauw, 26 April 2020

"Sam badan lo panas banget" ucap Shani

"Engga apa-apa Shan, udah ga usah khawatir" ucap Sam mencoba menenangkan Shani

"Bentar gue ke sungai dulu buat basahin sapu tangan, biar di kompres" Shani langsung bangkit dan berjalan ke arah sungai

Sam merasa tubuhnya benar-benar lemas, ia meringis saat Shani pergi. Sedari tadi ia harus bertahan untuk terlihat kuat menahan perih dari luka-lukanya. Maka saat Shani pergi adalah kesempatan baginya untuk bisa sedikit mengekspresikan rasa sakitnya.

Doooooor! Doooor!

"Argggggh" seseorang berteriak sesaat setelah suara tembakan terdengar dilepaskan dari sebuah senapan. Sam dan Shani yang saat itu tengah berada di tempat berbeda langsung terkejut.

"Shani" Sam bangkit dan langsung berusaha berjalan mencari Shani meskipun tubuhnya lemah

"Sam!" Shani langsung teringat pada Sam yang tengah demam di dekat pohon besar, ia cepat-cepat berlari dan saat tiba di Pohon ternyata Sam sudah tidak ada. Begitupun Sam yang panik saat melihat Shani tidak ada di dekat Sungai.

"Shani, Shaaaan" Sam panik dan berusaha mencari Shani dengan menyusuri sungai. Sementara Shani langsung mengelilingi pohon berusaha mencari Sam, jantungnya sudah berdebar. Ia berpikir bahwa yang tadi tertembak adalah Sam.

Mereka berdua saling mencari, dengan jantung yang berdebar, dengan keringat dingin yang bercucuran. Di tengah gelapnya malam hanya cahaya dari ponsel yang membantu mereka untuk mencari jalan.

"Tuhaaaan" Shani menggigit bibirnya, air matanya sudah mengalir deras, sendirian di tengah hutan benar-benar membuatnya ketakutan. Bagi Shani yang takut kegelapan maka ini adalah sebuah siksaan terberat.

Sam berjalan mundur ketika melihat langkah kaki seorang pria mendekat ke arah sungai. Perlahan ia terus mundur dan kembali ke dalam hutan. Ia berusaha mencari Shani kembali, mengandalkan penerangan seadanya. Berpacu dengan derap langkah kaki musuh yang rasanya begitu dekat.

"Shan lu dimana Shan" gumam Sam sepanjang jalan yang mulai panik, ia teringat bagaimana Gracia sangat mencintai Shani sebagai sahabatnya. Jika Shani hilang maka sama saja Sam membuat Gracia kehilangan sahabat terbaiknya.

Sudah satu jam ia mencari Shani dengan sisa tenaganya, hingga ia hampir saja frustasi. Hingga akhirnya ia menemukan seseorang yang tengah duduk bersandar pada sebuah batu besar. Suara isakannya membuat Sam mendekat dan ia sadar bahwa itu perempuan.

"Shani" ucap Sam hati-hati dengan senapan yang sudah ia siapkan di tangannya. Khawatir jika ini hanya sebuah jebakan.

"Sam!" Shani langsung bangkit dan berlari ke arah Sam hingga laki-laki itu menurunkan senjatanya dan bisa bernafas lega.

"Gue cariin lu Shan! Gue pikir lu yang ketembak" Sam langsung memeluk Shani dengan erat

"Sama, gue pikir lu yang ketembak" Shani juga kini mengeratkan pelukannya pada Sam

"Lo baik-baik aja kan Shan?" Sam mengarahkan senter di ponselnya untuk mengecek kondisi Shani dan ia melihat Shani tak terluka sedikitpun sehingga ia bisa bernafas lega

"Engga ko, badan lo makin panas Sam" Shani memeriksa tubuh Sam yang semakin demam

"Engga ga apa-apa" jawab Sam masih mencoba tetap bersikap cool

"Engga gimana? Lo ga bisa bohongin dokter tentang kondisi kesehatan lo" Sam terdiam, benar juga yang Shani bilang, rasanya terlalu bodoh jika harus berbohong tentang kondisi tubuhnya pada Shani

Ocean and SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang