Langit Jakarta - Perth, 20 Desember 2019
"Gre, lo kenapa sih ngelamun terus liatin jendela, kaya penumpang lo" Feni menepuk bahu Gracia yang sedari tadi melamun di kursi pramugarinya
"Ngantuk gue" Jawab Gracia asal, tapi ia selalu gagal jika ngeles, wajahnya terlalu polos
"Mana ngantuk, lo aja malem tidur cepet ya Gre, payah" Timpal Feni
"Ah I see paling lu inget si Pelaut kan tuh ngeliatin laut di bawah, masih belum bisa move on lu Gre? After one year?" Feni mengangkat alisnya dan menatap Gracia
"Ih apaan deh, gue udah move on ya dari dia, lagian ngapain mikirin dia" jawab Gracia yang terlihat sedikit sewot
"Oh ok move on haha" goda Feni yang memang tak percaya
"Gue move on ya Fen dari dia, gue jalan sama Vino tuh kemarin-kemarin" jawab Gracia yang mencoba meyakinkan Feni
"Eh gue ga perlu penjelasan itu loh hahaha" Feni langsung tertawa, Gracia memang tak ahli berbohong
"Gue cuman mikir aja, kenapa sih gue mesti kenal dan pacaran sama dia dulu, diketinggian 30.000 kaya gini gue tiba-tiba inget pertama kali ketemu dia" ucap Gracia seraya menghela nafasnya
"And I hate it" lanjutnya dengan suara lirih, disini sudah jelas bahwa pernyataan move on dari Gracia tadi hanyalah lelucon
"Jangan pernah nyesel dengan masalalu lo Gre, gimanapun lo berdua pernah saling sayang. Jangan saling mencibir lah, dulu lu berdua pernah beradu bibir loh" celutuk Feni diikuti tawanya yang khas
Gracia langsung melirik Feni dan menepuk jidat sahabatnya itu.
"Gila lu dasar" ucap Gracia yang kembali menoleh ke jendela pesawat. Tapi ia kini jadi teringat pertama kali bertemu bahkan saat pertama kali mereka beradu bibir seperti yang Feni bilang tadi.
Gracia memejamkan matanya dan kenangan itu kembali terbayang di kepalanya.
"Lo tau ga Fen gimana pas gue pertama kali kenalan sama dia? Dia itu dari dulu emang cinta banget sama laut, gue aja ketemu dia karena dia abis free dive" ucap Gracia sambil memejamkan matanya
"Oh ya? Dia mengamalkan sendiri warisan dari nenek moyang ya berarti, terus gimana tuh pas awal kenalan? Kaku juga?" Tanya Feni penasaran hingga akhirnya Gracia mulai bercerita
Flashback
Bali, 20 Desember 2008
"Loh, lo Samudera anak kelas sepuluh satu kan?" Gracia menunjuk Samudera yang tengah duduk di sebuah minimarket yang berada di jalanan Kuta
"Iya ko tau nama gue? Lo satu sekolah sama gue juga kan?" Samudera mengerutkan dahinya, ia memang pernah melihat orang tersebut di sekolahnya
Gracia menghela nafasnya, siapa juga yang tak kenal Samudera , idola para perempuan di sekolahnya, apalagi jika Samudera sudah memakai seragam Pecinta alamnya atau tengah bermain basket di lapangan sekolah.
"Tau lah, gue Gracia, anak sepuluh sepuluh" Gracia mengulurkan tangannya, ia tau jika Samudera pasti tak tau namanya
"Oh ok, gue Samudera, kelas kita awal ke akhir ya" Samudera meraih tangan Gracia dan menjabatnya
"Iya deh iya yang pinter emang jadinya kelas sepuluh satu, nilai gue masuk sekolah itu emang pas-pasan iya" Gracia pura-pura memasang tampang kesal hingga Samudera merasa bersalah
"Eh bukan gitu maksudnya tuh" Samudera berusaha menjelaskan
"Hahaha becanda elah kaku amat, sama siapa kesini?" tanya Gracia karena tidak melihat orang lain bersama Samudera
KAMU SEDANG MEMBACA
Ocean and Sky
Hayran KurguOcean and Sky adalah kisah sebuah hubungan yang terjalin selama 10 tahun. Hubungan yang membawa mereka menjelajahi beberapa wilayah di Indonesia dan juga beberapa negara. Hubungan itu juga yang menjadi saksi perjuangan mereka mencapai cita-citanya m...