Epilog : Sirna

2.2K 96 122
                                        

Nonton deh itu videonya asli dengerin lagunya!

Jakarta, 08 Mei 2021

Shani terbangun dari tidurnya, dadanya benar-benar terasa sesak ketika mimpi itu datang kembali padanya. Hari ini seharusnya merupakan hari bahagia bagi dirinya, siapa yang tak bahagia ketika memasuki hari pernikahan. Shani akhirnya bangkit dari tempat tidurnya ketika Gracia mengetuk pintu kamarnya.

"Ci" ucap Gracia lirih dan Shani langsung memeluk Gracia dengan erat

"Ge" Air mata Shani kini kembali pecah, mimpinya menikah dengan Sam membuat hatinya benar-benar hancur berantakan.

"Sabar Ci sabar, kamu kuat" Gracia ikut menangis dan berusaha menenangkan Shani.

Shani menatap mata Gracia, jelas kini terlihat sorot mata Sam disana. Sorot mata yang selalu membuatnya tenang, mata itu kini sudah beralih pada Gracia, sahabatnya sendiri.

"Gre, jaga mata ini ya" Shani mengelus mata Gracia dengan lembut

"Kamu belum jawab Ci ini mata siapa"

"Kasih aku waktu Gre, aku belum siap" ucap Shani yang kembali terisak

"Ok Ci ok, sekarang Ci Shani tenang ya" Gracia memeluk Shani dengan erat. Shani merasa tubuhnya benar-benar lemas. Sesungguhnya Ia hanya ingin mengurung diri sendirian di kamarnya, tapi Ia harus melaksanakan keinginan terakhir Sam. Apapun yang terjadi hari ini harus dilaksanakan.

Shani akhirnya duduk di meja rias, tatapan matanya kosong. Air mata sudah terlihat menyelimuti kedua bola matanya. Gracia yang melihatnya hanya bisa terdiam dan menggenggam tangan sahabatnya itu. Papa Shani yang sudah memakai jas juga tak sanggup menahan air matanya, beliau bahkan harus menahan agar penyakit jantungnya tidak kambuh hari ini.

"Kamu cantik sekali Nak" ucap Papa Shani sambil menatap Shani yang sudah selesai dengan riasan tipis di wajahnya. Shani langsung memeluk Papanya dengan erat, air matanya kembali mengalir ke pipinya.

"Jangan nangis, ada Papa, kamu kuat ya Nak, kamu kuat" ucap Papa Shani seraya memeluknya dengan erat

Shani menggandeng erat Papanya, Ia berjalan ke gedung pernikahannya dimana Ia akan segera bertemu Sam disana. Air mata tak berhenti mengalir dari matanya sepanjang Ia berjalan ke gedung pernikahannya. Kakinya kini benar-benar terasa lemas ketika tim pedang pora sudah berjajar. Tujuh pasang Taruna sudah siap dengan pedangnya, Dyo terlihat berusaha tegar saat menjadi Danton dan memimpin barisan.

"I love you Nak, Papa selalu ada buat kamu" Papa Shani memeluk dan mencium kening anak perempuan semata wayangnya itu lalu menyerahkan Shani pada laki-laki yang hari itu gagah dengan seragam pelautnya. Air mata Shani kembali mengalir ketika menggandeng laki-laki itu.

"Tenang ya, Shani" ucap laki-laki itu yang kini berjalan dengan menggandeng Shani, satu persatu pedang mulai diangkat untuk bisa membentuk gapura yang menyambut dua orang itu. Suara Sangkakala dan keyboard terdengar mengiringi langkah mereka hingga akhirnya Shani tiba di depan sebuah peti yang membuat dirinya langsung ambruk memeluk peti itu.

Semua tamu tak kuasa untuk menahan air matanya, bahkan Veranda dan Chika harus ditahan Vino dan juga Sakti. Tuhuh Veranda benar-benar lemas dan hampir tak sadarkan diri.

"Sam, kenapa harus pergi Sam" Shani kembali terisak di atas peti mati Sam. Deva yang tadi menggandeng Shani langsung memeluk Shani dengan erat.

Acara dilanjutkan dengan upacara kematian sebagai penghormatan terakhir bagi Sam sebagai pelaut. Gracia yang berdiri di barisan tamu juga tak sanggup menahan air matanya. Laki-laki yang pernah menemaninya selama sepuluh tahun kini sudah terbujur kaku dalam peti mati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ocean and SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang