Lisa berjalan lunglai ke arah dapur rumah nya,
Ia lapar
Sangat lapar.
"Ah andai saja aku menuruti kata yuqi untuk berbelanja makanan dulu", katanya sambil mendesah pelan.
Kini ia sedang lapar, ditambah barusan saat ia menonton televisi, banyak reporter yg mengabarkan akan ada pemadaman bergulir malam ini.
"Ah bagaimana ini? Apa aku harus mati kelaparan dalam kegelapan malam ini?", cibir nya.
Lisa menghentakkan kaki nya pada lantai yg tak bersalah, apa ia harus keluar rumah?
Tapi ia sedang malas...
"Geez! Bagaimana pun akhirnya aku juga tetap harus keluar dari istana mini ini".
Lisa segera memakai mantel tebal nya dan melangkah kan kakinya keluar rumah.
.
"Totalnya 5000 won", kata penjaga kasir toserba itu kepada Lisa.
"Ini uang nya, kamsahamnida", Lisa berjalan keluar dan memilih duduk di salah satu kursi yg disediakan di depan toserba tsb.
Lisa meneguk habis sebotol soju. Ia sengaja memilih minuman beralkohol itu saat ia melihat ternyata penjaga kasir toserba ini mirip Sehun.
"Sialan", katanya sambil menendang kecil di udara layak nya anak kecil yg kesal karna mainan nya rusak.
Lisa mendegus sebal ketika rintikan2 salju mulai berjatuhan dari langit malam Seoul.
Geez! Ia lupa sekarang sudah saat nya memasuki musim2 bersalju di Korea, dan sial nya Lisa tidak memakai mantel yg cukup tebal supaya tulang2 nya tidak serasa rematik ketika diterpa angin malam.
Lisa mengeratkan mantel nya saat merasakan angin2 itu mulai merasuk ke sela sela mantel dan baju nya lalu mulai menggelitik tubuh nya bebas.
Ia memejamkan matanya lama, lalu membuka nya perlahan dan menatap kursi2 kosong di sekelilingnya.
Bodoh
Tidak ada manusia bodoh yg akan keluar rumah dan lebih memilih meminum soju di toserba sambil mengeratkan mantel tipis menghadapi ganas nya angin malam Seoul.
Drrt.... Sret.
"Argghhh!!!SIALAN!", Lisa berteriak kesal saat lampu toserba dan lampu jalan di hadapan nya mati.
Sial, jika disini juga mati lampu lalu apa gunanya ia kesini?
Bangsad.
Lisa mengusap wajah nya frustasi saat mendapati sekeliling nya gelap gulita, tidak terlihat apapun, ia tidak bisa melihat apapun. Rasanya seperti ada kain hitam yg menutup kedua mata indah nya.
Lisa benci kegelapan.
Ia tidak takut dengan apa yg akan muncul dari kegelapan, oh man ia sama sekali tidak memiliki rasa takut pada hantu atau monster dan semacam nya. Ia hanya takut akan kenangan dan memory yg akan muncul saat kegelapan menelan nya.
"Lis!"
Lisa termenung saat ia mendengar suara yg sangat tidak asing di telinganya.
Perlahan ia menoleh ke arah jalanan kosong di depan nya, tempat suara itu berasal.
"Sehun?"
Lisa terkejut, ia mematung tepat di detik ketika iris mata nya menangkap bayangan pria tinggi dengan kedua bahu lebar nya yg tegap.
Pria di hadapan nya itu berjalan mendekat ke arah nya, mengikis jarak diantara mereka. Semakin Sehun maju, semakin jantung Lisa berdegup kencang.
"Apa yg kau lakukan disini, eoh? Kenapa duduk di tengah kegelapan?", tanya Sehun ketika jarak mereka dekat.
Namun Lisa tak kunjung mengeluarkan suara, ia masih setia menatap kedua iris mata hitam pekat yg memancarkan kehangatan, kedua iris mata yg ia rindu kan bertahun tahun ini. Kedua iris mata yg selalu memandang nya penuh dengan cinta dan kasih sayang, iris mata yg selalu menatapnya damai dan membuat nya tenang saat ia kalut, kedua iris mata yg dengan yakin mengatakan 'aku mencintaimu'
"Hey, aku berbicara dengan kekasih ku", kata Sehun sambil tersenyum dan melambaikan tangan nya di depan wajah Lisa.
"H-ha? Ini aku Lisa", kata Lisa gagu.
Sehun terkekeh mendengar kata kata Lisa, "Tentu saja aku tau kau Lisa,sayang".
Kekehan halus Sehun mampu mengundang tawa riang Lisa, ia begitu bahagia melihat Sehun di hadapan nya saat ini.
Ia persis seperti Sehun nya yg dulu--iya, seperti Sehun 3 tahun lalu?
Lisa mengernyit, "S-sehun?".
"Hm?".
"Darimana saja kau? Kenapa kau memakai seragam sekolah?".
"Aku? Apa maksudmu? Tentu aku baru saja pulang dari sekolah".
Deg
"S-sehun? S-sehun!?", Lisa berteriak histeris.
Apa ini semua?
Apa ini mimpi?
Tapi kenapa terasa sangat nyata?
"Sstttt...tenang sayang", kata Sehun sambil mengelus puncak kepala Lisa.
Lisa terus menangis, ia menggenggam erat tangan Sehun. Ia tak ingin melepaskan genggaman Sehun untuk yg kedua kalinya.
"Jebal! Kalau ini mimpi, aku berharap aku tak akan pernah bangun lagi!", kata Lisa sambil memandang langit, berharap ada dewa yg mendengar permohonan nya.
"Ssst... Jangan berbicara seperti itu Lisa-ya, bukan kah besok kau harus bangun pagi dan bekerja? Hm?", senyum Sehun tulus.
Tapi Lisa tetap menangis, ia menggeleng kuat, "Jangan tinggalkan Lisa sendirian Sehun-nnie, jebal".
Sehun hanya tersenyum dan mengecup kening Lisa, lalu ia berjalan mundur hingga genggaman tangan Lisa terlepas.
"Sehun! Jebal! Bawa aku! Bawa aku kembali ke masa mu! Kumohon!", Lisa berteriak sambil menangis dan berusaha berlari menggapai Sehun yg semakin menjauh, tapi seperti ada rantai di kaki nya yg membuat nya tak bisa melangkah.
"Aku mencintai mu", kata kata terakhir yg dapat didengar Lisa sebelum Sehun benar benar menghilang di telan kegelapan.
.
"SEHUN!".
"Kamjagiya!", kata pria penjaga kasir itu sambil memegangi dada nya.
"Aish jjinja! Hey nona, kalau kau bukan peminum yg baik, jangan mabuk2 an disini! Mabuk dan tidurlah di rumah",ketus penjaga kasir itu.
Lisa hanya duduk dan mengucek mata nya yg sedikit perih.
"Ada dimana aku?", tanya nya yg semakin membuat penjaga kasir itu kesal.
"Kau ada dimana menurutmu?".
"Ha? Dimana".
"Kamar ku".
"APA!?".
"Ck! Tentu saja kau ada di teras toserba! Ini sudah malam, apa kau tidak ingin pulang? Atau kau di usir dari rumah? Atau jangan jangan justru kau tidak punya rumah? Ah sorry nona, kalau begitu aku terpaksa har--
"Kau terlalu banyak bicara. Terima kasih sudah membangunkan ku", sela Lisa sambil berdiri dan berjalan menjauhi toserba itu.
"Sial, tadi itu hanya mimpi".
jan lupa voment.❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Go [END]
Fanfiction"Klo lo cinta nya sama dia, pergi aja. Gak usah khawatirin gue, gue emang nggak baik baik aja. Tapi gue ikhlas kok" - Lisa. ⚠Mengandung kata kasar⚠ ⚠Alur cerita? Gajelas, tergantung mood Author⚠