Rosie nampak menghela nafas kesal, mereka baru saja sampai hawai, sudah 1 jam setelah mereka sampai dan kini berada dihotel yang sudah ibunya pesan, cukup risih dengan hiasan honeymoon, seisi ruangan begitu sangat romantis namun itu begitu menyebalkan bagi rosie.
"Buka bajumu, " Rio berucap, rosie hanya mendengus kesal, sial. Dia lelah namun lelaki ini meminta untuk melayaninya.
"Bisakah kita tidur dulu? Aku lelah rio, sebenarnya seberapa besar nafsu mu itu!" Nada sedikit menyentak, Rio hanya menatap dengan tangan yang membuka kaos,
"Sebesar dunia, dan setinggi langit di angkasa, ayo rosie, jangan menolak, ingat melayani suami diranjang adalah hal yang mutlak." Dengan suara layaknya sang penasehat, Rio berucap begitu menyebalkan di mata rosie.
"Tapi aku lelah. Aku ingin tidur, besok pun kita ada tour, sudahlah stewart besok lagi saja" rosie berucap, ia mulai berdiri untuk mengambil piyama.
"Come on rosie. Make love with me." Rio berucap, mendekat untuk membujuk agar rosie mau dia jamah.
Astaga. Bisakah rosie berharap jika dia datang bulan hari ini???? Cih. Rio sangat susah untuk ditolak dia akan memaksa sampai keinginan nakalnya ini terlaksanakan.
"No rio, "rosie berucap, namun Rio memeluknya dari belakang, mengekang tubuh lantas memberi kecupan pada leher,
"rio, shh, "
"Layani aku rosie, ayolah sayang" Rio berucap, membisik goda membuat tubuh rosie bergidik seketika,
"Kau! 1 pelepasan dan berhenti!"
•
•
•
"Oh god! Jam berapa sekarang?" Rosie berucap, nafas yang terengah-engah, ia lihat jam dinding menunjukan pukul 3 pagi, sial. Berapa lama mereka bercinta?.
"Shhh...rio turunlah, dan tidur disamping, berat bodoh! " rosie kembali berucap, menyentak lemah Rio yang malah tertidur diatasnya,
"Yaa, ngomong-ngomong rosie, punyaku masih tegang, ayo bermain 1 ka-"
"Apa kau ingin aku memotong punya mu itu hah???? Menyingkir aku tak bisa bernafas!" Rosie berucap dengan tangan ia dorong kedua bahu Rio.
"Aku bercanda, kau ini sensi sekali" Rio berucap, ia kecup singkat bibir rosie, melumat pelan, lantas tidur disamping nya.
"Terserah, aku lelah." Rosie berucap, ia menarik selimut lantas mulai menutup mata,
Rio tersenyum ia lihat rosie yang mulai tertidur menyamping membelakanginya, Rio dekati rosie lantas memeluknya, sedikit kaget, rosie membuka mata sejenak, lantas menutup kembali dengan ukiran senyum yang begitu manis. Rio tau? Tentu tidak, keduanya memang selalu menyembunyikan senyum manis yang menandakan jika mereka nyaman dengan keadaan.
"Hei, rosie, apakah kau pernah menyangka jika kita benar-benar menikah?" Rio berucap pelan,
"Tidak, aku tak pernah menyangka jika permainan ini membuatku menjadi istrimu, sangat menyebalkan tapi itu resiko kekalahan." Rosie berucap,
"Kau benar, tapi harusnya kau bersyukur kau kalah dan menikah denganku, " rosie membuka matanya,
"Why? "
"Itu karna, mana ada lelaki yang mau meminang gadis, aneh, keras kepala, egois, pemarah, kasar, selalu ingin menang sendiri, dan menghabiskan banyak uang. Untung aku menikahimu, jadi kau tidak akan menjadi perawan tua selamanya" Rio berucap sombong dengan kekehan diakhir kalimat, membuat rosie memukul dada Rio dengan sikunya,