Rio menatap bagai anak kecil yang sedang merajuk, memandang rosie yang tengah membereskan baju kedalam koper, ini sudah 1 minggu mereka dihawai dan hari ini adalah jadwal mereka pulang. Namun bukannya membereskan baju Rio malah diam dengan kekesalan karna tak bisa menyentuh rosie semalam.
"Cepat bereskan baju mu, kita akan pulang 2 jam lagi" rosie berucap tanpa melihat, ia fokus dengan barang miliknya. Rio menghela nafas ia berdiri dan membuka kopernya.
"Rosie..." Rio berucap,
"What?"
"Mau menanam?" Rosie melirik Rio, lelaki itu berucap dengan wajah menunduk, lelaki ini nampak ragu dengan ucapannya,
"Menanam saja sendiri" rosie segera tarik kopernya untuk ia bawa lantas menelpon bellboy untuk membawa kopernya menuju lobby.
"Kan lahannya diperutmu" RIo berucap, cukup geli mendengar perkataan aneh Rio, rosie menatap malas.
"Cari saja lahan yang lain, itu pun jika kau bersedia untuk mengorbankan adikmu untuk kupotong." Rosie berucap, sial. Gadis ini menyuruh atau mengancam?
"Aish jinjja? Ayolah rosie, milikku hanya tegang saat melihatmu, tidak ada lahan yang senikmat dirimu" Rio berucap, ia menurunkan kopernya berjalan untuk mendekati rosie.
"Rio, kau ingat apa yang kemarin aku katakan??? Jangan sampai kau jadi gembel karna tak bisa menahan." Rosie berucap ia buka pintu dan kebetulan sekali bellboy datang dengan trolley, rosie segera menaikan koper miliknya dan Rio ikut menaikan koper miliknya,
Lantas keduanya mulai berjalan kearah lobby, dan hell. Rio hanya bisa menahan hasrat ketika aroma parfum rosie terasa, Rio hanya bisa menelan ludah ketika ia melihat leher yang belum ia kecupi hari ini sial! God. Buat saja Rio jadi rumput yang bergoyang! Godaan rosie memang bisa membuatnya dimabuk kepayang.
•
•
Hening dalam pesawat, seluruh penumpang tampak terdiam ketika pesawat tengah melaju dilangit yang biru, semua nampak fokus pada apa yang mereka lakukan masing-masing, tidak kecuali Rio, dia hanya bisa menompang dagu, dengan gerak kepala yang tak bisa diam. Lebih tepatnya terus saja mencuri pandang pada rosie yang hanya diam melihat indah langit dijendela pesawat.
"Heh rosie, mau bermain game?" Karna frustasi terus diabaikan, Rio akhirnya mengaja hal yang sering mereka lakukan.
Rosie melirik kearah Rio,
"Apa taruhannya?" Nah ini. Ini adalah kebiasaan rosie, dia tak perduli dengan game apa yang akan dimainkan, gadis ini selalu percaya diri jika dia dapat memenangkan. Dan lebih penting adalah taruhan. Mengajak rosie bermain game cukup sulit karna jika taruhan tidak menarik dia akan menolak dengan segera.
"Jika kau menang kau boleh mengambil laptop yang baru ku beli 3 minggu lalu, "
"Maksudmu laptop yang seharga 200 juta itu???" Rio mengangguk mengiyakan. Ya meskipun itu laptop game nya yang berharga dia harus merelakan toh dia percaya dia akan menang.
"Cukup menarik, jika aku kalah?" Rosie berucap, sejujurnya ia memang iri pada Rio yang bisa membeli laptop yang hanya ada 3 didunia dan sistewart ini membeli laptop terakhir.
"Jika kau kalah, kau harus menarik ucapanmu dan mau bercinta denganku tanpa menunggu 30 hari." Sudah rosie duga. Ujung dari keinganan lelaki ini hanya 1 yaitu bercinta. Cih.
"Game apa yang akan kau mainkan?" Nah...kan jika begini rosie mulai suka dengan tawarannya. Haha. Lihat saja Rio akan memberikan game yang tak dapat rosie mainkan.
"Kita bermain kertas-gunting-batu!" Rio berucap dengan senyum sombongnya dan rosie terdiam sejenak. Bukan apa-apa dalam game ini rosie selalu kalah oleh Rio. Sial itu karna gadis ini selalu saja memakai kertas. Entah kenapa dengan pemikiran gadis cantik ini.