"Kau baik-baik saja?" jennie bertanya pada sang adik ifar yang hanya diam memandang makanan, wajah rosie pun sedikit pucat, kini mereka berada direstoran untuk makan sebelum pulang.
"Hm. Aku baik-baik saja, hanya sedikit pusing" rosie berucap, ia minum jus mangga yang dia beli.
"Kau sakit? Padahal tadi kau tidak merasa pusing, makanlah dulu pasti itu karna kau lapar" jennie berucap, rosie hanya mengangguk.
Dia sudah makan tadi pagi. Namun entah kenapa melihat makanan yang seharusnya nikmat ini membuat rosie enggan untuk mencicipi, rasa mual yang terjadi 2 jam lalu terus membuatnya malas memakan apapun.
"Makan lah rosie nanti dingin" jennie kembali beucap, dalam hal ini jennie sedikit tidak peka dengan sikap rosie yang sedikit berbeda. Ah lebih tepatnya harusnya ia sadar kenapa siadik ifar ini banyak diam.
"Unnie kau makan saja, aku akan membungkus punyaku, dan memesankan makanan untuk rio" rosie berucap, ia memanggil pelayan lantas menyuruhnya untuk membungkus makanan diatas meja dan memesan makanan untuk dibawa pulang.
"Aw, sayang jangan bergerak selagi mom makan yah" rosie perhatikan jennie yang mengusap perutnya,
"Apa yang dilakukan calon keponakanku unnie?" rosie sedikit penasaran, jennie meneguk air sebelum ia menjawab.
"Dia menendang-nendang, kau tau anakku ini sangat aktif, kemari coba kau sentuh dia sedang menendangku disini" jennie berucap, ia tunjukan perut bagian kanan untuk rosie sentuh.
Sedikit geli dan gugup, rosie berdiri lantas ia duduk disamping jennie, dengan perlahan ia sentuh perut jennie dan...
"Ahh dia menendang unnie, hei, apa itu tak sakit? Kau benar dia sangat aktif" rosie berucap gemas, jennie tersenyum.
"Benarkan? Tidak hanya sedikit ngilu saja, anakku kan laki-laki, sepertinya dia ingin menjadi pemain taekwondo" jennie berucap, rosie tersenyum ia kembali duduk ketempat asalnya.
"Tinggal 1 bulan setengah lagi maka bayimu akan lahir, aku tak sabar melihatnya, apa dia akan sepertimu atau oppa" rosie berucap membuat jennie sedikit terdiam dan meembayangkan.
"Sudah pasti dia sepertiku."
•
•
Rio baru saja pulang, ia lirik keadaan rumah yang terasa sepi, apa rosie belum pulang? Pikirnya. Rio membuka sepatu dan menyimpannya dirak, lantas berjalan untuk mencari sang istri.
Rio buka perlahan kamar, ia lirik kamar mandi dan terdengar air mengalir, Rio tersenyum, jika dipikirkan kembali sudah 1 minggu ia tak menjamah rosie. Rio membuka jas miliknya dan menyimpannya ditempat biasa.
Ia berjalan menuju pintu kamar mandi, lim yakin rosie tak menguncinya, dengan perlahan Rio membuka kamar mandi. Sudah rio bilang ini tidak dikunci.
Rio pikir ia akan melihat rosie mandi, namun nyatanya gadis itu hanya berdiri didepan washbashin lantas hanya bagian wajah yang basah."God. Astaga. Kau mengagetkanku!" rosie berucap kaget ketika wajah Rio muncul di kaca, Rio hanya terkekeh, ia masuk dan peluk rosie dari belakang.
"Ku pikir kau sedang mandi," Rio berucap, ia hirup harum leher gadis ini.
"Rio, minggir" rosie berucap, ia berusaha melepas diri dari pun peluk kecup yang Rio lakukan.
"Ayo bermain sebentar" Rio berucap, ia longgarkan pelukan dan membiarkan rosie untuk berbalik melihat kearahnya.
"Lebih baik kau mandi, stelah itu kita bermain" rosie berucap, sejujurnya ia masih rasakan pening dan mual,
Rio lihat bagaimana rosie sedikit mendorongnya dan berjalan keluar dari kamar mandi,