Saat di perjalanan pulang, Vani seperti di ikuti oleh seseorang dari arah belakang.
Di dalam hatinya sudah berkecamuk pikiran yang aneh-aneh.
Ia takut jika orang itu adalah begal yang akan membegal sang pengemudi ojol.
"Mas, mas itu di belakang kaya ada yang ngikutin deh." kata Vani pada pengemudi ojol.
"Aduh mba, jangan nakut-nakutin dong daerah sini rawan loh." kata sang pengemudi ojol yang juga sedikit takut.
"Itu coba liat spion deh mas!" perintah Vani yang segera di laksanakan oleh pengemudi ojol.
"Waduh iya mba, dari tadi motornya ngikutin terus."
"Yaudah berdoa aja ya mba, siapa tau begalnya lagi kena hidayah ga jadi nge-begal," ucap pengemudi ojol yang di amin-kan oleh Vani.
Ketika sudah sampai di depan rumah, Vani langsung memberikan helm hijau khas ojol sekaligus memberikan ongkos pada pengemudi ojol.
"Mas nya hati-hati ya siapa tau tadi orangnya masih ngikutin." kata Vani mengingatkan.
"Iya mba makasih udah perhatian, hehe" ucap pengemudi ojol sambil nyengir.
"Hehe iya sama-sama mas," ucap Vani sambil sedikit tertawa, dan segera beranjak membuka pintu gerbang.
Saat Vani baru membuka pintu gerbang, terdengar suara mesin motor yang baru di matikan.
Vani menoleh ke sumber suara dan melihat motor yang digunakan adalah motor yang sedari tadi mengikutinya.
Vani memperhatikan pengemudinya yang masih menggunakan helm serta jaket.
"Woy sapa lo?" kata Vani sambil sedikit berteriak.
Tanpa menjawab orang yang di teriaki Vani tadi membuka helm-nya.
'Kalo sampe macem-macem gue teriak sekenceng kencengnya' batin Vani.
"Ini gue," kata orang itu santuyy.
"Elo? Ngapain coba dari tadi ngikutin gue." kata Vani pada orang itu yang ternyata adalah Marselino.
"Tadi gue niatnya mau ke rumah lo,"
"Pas di jalan gue ngeliat lo naik ojol yaudah gue ikutin," lanjut Marsel.
"Gue kira tadi yang ngikutin gue begal." ucap Vani
"Yee enak aja gue di samain sama begal,"
"Lagian lo udah tau daerah situ rawan begal ngapain lewat situ?" tanya Marsel.
"Mau lewat mana lagi coba? Jalan satu-satunya ya cuman itu." Vani mendecak sebal.
"Hehe iya-iya, sekarang kenapa jadi lo yang marah? Kan harusnya gue yang marah." kata Marsel yang membuat Vani sedikit bingung.
"Hah?"
"Iya lah gue marah, kenapa tadi kaga nyuruh gue jemput lo aja? Malah naik ojol, pake ngucapin ati-ati lagi ke si ojol." kata Marsel yang kini sudah ber-akting marah.
"Dih emang lo siapa gue perlu marah ke gue?" tanya Vani yang berhasil membuat Marsel seperti tertohok hatinya.
"Gu.. gue.."
"Apa, ga bisa jawab kan." kata Vani sambil berbalik badan hendak masuk ke dalam rumahnya.
Marsel segera menarik pergelangan tangan Vani sehingga membuat Vani berbalik badan menghadap Marsel
"Gue mau lo jadi pacar gue Van," kata Marsel, seketika membuat jantung Vani berdegup kencang.
Vani masih terdiam mendengar perkataan Marsel barusan ia bingung harus menjawab apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Veron [SELESAI✔]
FanfictionGy, gue tuh sayang sama lo masa lo ga peka sih sama yang gue lakuin selama ini. ~Athallah Gue ga pinter ngebikin lo ketawa, tapi gue bakal berusaha bikin lo bahagia Gy. ~Valeron Sesusah itu kah hidup, harus milih mana yang bener-bener pas buat hidup...