Keping Tujuh

5.3K 606 8
                                    

Calla memandang takjub penampilan Genderang Suling Canka Lokananta di depannya. Calla duduk di dekat Daffa di panggung kehormatan.

"Kedip mbak lihatnya." Calla menepis tangan Daffa yang mengusilinya saat sedang fokus melihat sang penatarama.

Bunda dan ayahnya duduk paling depan, berdiri menerima penghormatan dari sang penatarama. Lelaki pujaan anak tercintanya.

"Bagus ya mbak ini gambar yang Daffa ambil." Daffa menunjukkan foto sang penatarama yang hormat di depan ayah mereka.

"Tentu, kan calon menantu!" Tanpa sadar Calla berucap. Daffa langsung menoleh.

"Eh maksud Mbak, kan menantu idaman ayah yang tentara tentara gitu." Calla meralat ucapannya. Wajah Daffa sudah menahan senyum.

"Ehehe ketahuan ya Mbak Calla. Jangan-jangan emang bener ada pacar mbak Calla ya?" Calla langsung menggeleng cepat. Bina menoleh ke arah dua anaknya yang ribut.

Daffa dan Calla saling menyenggol dan tersenyum. Hanya dengan tatapan lembut saja sudah bisa membuat Daffa dan Calla menurut. Karena Bundanya tidak akan bisa marah.

"Nanti kalau selesai foto ke sana ya Mbak." Ucap Daffa.

"Iya, nanti ketemu dulu sama Bang Dipta." Daffa mengangguk, menikmati pemandangan Elang sedang naik
Ke atas drum yang di susun seperti pyramid.

"Memang luar biasa keren. Ayah dulu sekeren itu ya mbak. Pantas saja Bunda bisa cinta mati sama ayah. Aku besok mau punya istri seperti Bunda, lembut santun dan setia." Calla berdecih mengejek adiknya.

"Eleh, itu karena ayah tampan. Coba kamu, mukanya pas-pasan aja gaya belagu." Calla tertawa puas setelah mengejek adiknya. Itu hanya bercanda, menurut Calla. Daffa tak kalah tampan dari Ayahnya. Daffa garis wajahnya lebih manis dari sang Ayah yang garang dan tegas. Wajah Bundanya yang mendominasi. Kulitnya juga putih seperti Calla, tidak akan hitam jika terkena paparan sinar matahari.

"Eleh mbak bilang aku ganteng di ig waktu itu." Calla hanya senyum sambil menoel pipi sang adik. Bukti cinta dan sayang Calla dengan Daffa.

"Bang Dipta" teriak Calla saat laki-laki tinggi itu melewati panggung kehormatan. Calla melambaikan tangan pada abang kesayangannya. Laki-laki yang menjadi penampung rasa takutnya.

Calla mendekati Bundanya mengajak turun, ke dalam untuk berfoto. Calla ingin memiliki foto dengan taruna, pasti Aiyra si Gitar kelas sebelas IPA 2 akan setengah mati sulit bernafas melihat foto Calla.

"Iya-iya nunggu ayah dulu." Benar kata bundanya. Jika ia turun kesana sekarang. Ia akan berdesakan, dengan ayahnya jalannya akan sepi dan lengang. Betul saja, kini Calla bisa berdiri di samping manusia tinggi Pradipta Bayu Bimantara.

Mengambil beberapa foto, tidak banyak. Karena Pradipta tidak suka di foto. Dan kini Aksa tengah berfoto berdua dengan Taruna tingkat empat yang sebentar lagi akan praspa.

Bergantian dengan Bina yang kini mengapit lengan suaminya. Mengambil foto tegap berdiri di samping Dipta.

Calla hanya tersenyum, matanya berkeliling melihat dan mencari sosok yang ia cari. Tepat saat itu, ayahnya ingin berfoto dengan penataramanya. Seperti gayung bersambut, dengan semangat dan senyum Calla mengikuti ayah dan Bundanya di belakang.

Apa yang terjadi selanjutnya? Tentu debaran Calla yang tak bisa ia hentikan. Calla tersenyum malu-malu, saat mengambil foto Daffa bersama laki-laki yang  membuat hari-harinya kacau akhir-akhir ini.

"Jadi ya kita foto akhirnya." Calla mengangguk, menahan wajahnya yang merah tersipu. Wangi yang Calla suka menguar menembus Indra penciumannya.

"Coba mbak Calla gaya bebas." Calla menurut perintah Daffa. Dengan sigap Elang berganti posisi, merangkul pundak Calla membuat Calla berkeringat dan lemas seketika.

Matcha GreenteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang