Guys aku repost karena ada bagian yang salah sebut nama.
Sulit woeyyy bedain bang Elang bang Dipta wkwkwkw
Semoga suka.... Btw Wattpad error' 😭
Author POV
Dipta berhenti tepat di belakang mobil Bina. Sepertinya Bina baru saja keluar, terlihat dari mobilnya yang berada di luar. Daffa ada di beranda rumah sedang menyikat sepatu. Dipta turun lebih dulu, Calla masih saja melamun.
"Kok cepet bang?" Tanya Daffa. Dipta hanya mengangguk. Membukakan pintu untuk Calla. Calla tersadar dari lamunannya. Membersihkan sisa air mata yang masih menggenang di pelupuknya.
Daffa langsung bangkit dari duduknya. Calla yang berjalan gontai pasti membuat Daffa bertanya-tanya.
"Mbak?" Wajah Daffa berubah. Sepatunya ia jatuhkan begitu saja. Calla langsung menghambur ke pelukan Daffa.
"Elang jahat Daff." Hati Daffa mencelos, memeluk erat kakaknya. Pemandangan ini membuat Daffa ikut merasakan sakitnya.
Dipta ikut mengusap punggung Calla. "Kenapa mbak. Bang Elang kenapa?" Tanya Daffa mencoba mencari sebab kakaknya menangis.
"Aku jadi bahan taruhan sama mereka. Dia nggak tulus sama aku Daff." Calla menjawab dengan sesenggukan. Tangan Daffa mengepal. Matanya memerah penuh kilat kemarahan.
Dipta yang melihat perubahan wajah adik kecilnya mengusap punggung Daffa. Sambil berbisik kata sabar. Agar Daffa tak tersulut emosi.
"Mbak salah apa sama dia Daff." Calla meracau. Tangisnya masih saja ada. Hingga Bina keluar dengan tergesa-gesa.
"Bun" sapa Dipta pada Bina. Bina memberi kode. Apa yang terjadi dengan anak perempuannya. Calla mengurai pelukan dari Daffa dan langsung menangis kencang di pundak Bina.
"Semua akan baik-baik saja. Cerita sama Bunda sayang."
🍵🍵🍵
Dipta POV
Masih di rumah Calla, aku sudah berganti dengan kaos milik Daffa. Kini kami berkumpul di kamar Calla. Ia enggan berbicara tentang semuanya pada Bunda. Masih memeluk Bunda dan menangis. Daffa terus mengusap tangan kakak perempuannya.
Bunda juga tidak banyak bicara, beliau mengusap lembut rambut anaknya. Ayah Aksa masih menjalankan tugas. Aku sudah menjelaskan semuanya via WhatsApp pada Ayah.
"Mbak udah dong nangisnya. Makan yuk. Tadi belum makan kan?" Calla menggeleng.
"Sakit Bun." Lirih Calla. Aku bisa melihat pancaran luka di mata Bunda.
"Iya Bunda tahu. Cerita sama Bunda, biar lega biar sakitnya berkurang sayang." Mengalirlah cerita pilu Calla.
"Elang cuman jadiin mbak bahan taruhan sama temennya. Dan kalau Elang bisa dapetin Calla. Dia dapat mobil dari temennya Bun."
"Apa Calla semurah itu Bun?" Tangis Calla Aku bisa melihat wajah Bunda yang biasa teduh berkilat amarah.
"Salah Calla apa Bun? Salah mbak apa sama mereka." Tanya Calla masih dengan tangisnya. Air mata Bunda ikut menetes kala permata hatinya menangis. Begitupun dengan Daffa.
"Mbak nggak salah. Mereka yang jahat. Bunda nggak terima permata bunda menangis sederas ini. Bunda akan buat perhitungan dengan yang namanya Elang dan Erick." Calla kembali menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Greentea
Teen FictionMatanya begitu tajam, membuatku selalu memikirkan tentang dia,dia dan dia. Waktu begitu cepat berlalu, melambai begitu saja. Mengajak dengan ramah. Sampai kita benar-benar bertemu.. Merajut rasa yang mulai tumbuh. Kamu ada, datang pada waktu yang...