Keping Dua Belas

4.9K 536 38
                                    

Ting ting

"Selamat datang di Calla Florist." Ucapku menyambut pelanggan yang datang. Hari ini aku menggantikan Mbak Claudia karena ia harus uas dadakan. Mahasiswa semester akhir yang sedang mengejar target wisuda dan membayar uang semester ini begitu semangat.

Aku tersenyum saat seorang laki-laki seusia tiga tahun di atasku berdiri di depan mesin kasir.

"Saya Calla Kak, ada yang bisa di bantu?" Tanyaku seceria mungkin.

"Kalau pesan bunga lewat sini atau gimana?" Tanyanya.

"Bisa Kak, bisa saya bantu di sebelah sini." Wajahnya terlihat makin ceria.

"Saya mau beli buat pacar, yang cocok untuk hadiah sidang ya dek. Terus di buat yang besar. Sebesar cinta saya ke dia." Aku tersenyum. Ternyata usia kakak ini lebih dari perkiraan ku.

"Wah, sangat bisa. Silahkan duduk Kak. Bisa pilih di katalog itu Kak." Aku menunjukkan satu buku. Berisi foto-foto koleksi bunga dari awal hingga puluhan tahun ini.

"Saya ikut deh. Yang penting bagus." Aku mengangguk. Mengambil ikatan mawar dan beberapa Krisan. Tak lupa aku juga mengambil beberapa tangkai Baby breath.

Aku merangkai bunga dengan hati-hati.

"Oh iya Kak, kalau kata bunda saya. Baby Breath ini cocok loh untuk mengungkapkan rasa cinta."

"Wah iya? Terus kalau mawar?" Tanyanya antusias.

"Banyak maknanya Kak. Ada yang bisa berarti cinta yang suci. Ada juga yang mengartikan kebencian. Jadi kalau mau pilih mawar jangan di kasih warna kuning."

"Kalau yang aman apa dek?" Aku tersenyum lagi.

"Putih merah, aman Kak." Dia mengangguk, mengamati sekeliling.

"Kamu yang punya toko ini ya dek?" Aku menggeleng.

"Ini punya orang tua saya Kak. Hari ini saya ganti jaga. Ada yang tidak masuk."

"Wah bagus banget, Pantes namanya sama kaya kamu." Aku tersenyum lagi.

"Nama saya ini doa dari ayah Kak." Dia mengangguk.

Ting....

Bel pintu terbuka berbunyi.

"Selamat datang di Calla Florist." Ucapku tanpa menengok. Mbak Alil sudah berdiri di depan kasir.

"Nah ini Kak buketnya sudah jadi. Special untuk yang tersayang." Ucapku.

"Terima kasih ya Dek Calla. Pacarku pasti suka." Mas-mas tadi pergi meninggalkanku. Aku kembali ke meja kasir.

"Ini udah Ready Mas?" Mas Erwan mengangguk.

"Matcha Greentea atas nama Kak Elang." Teriakku lalu memencet bel di meja.  Namanya mengingatkan ku dengan bang Elang. Sudah dua pekan kami tidak bertemu seusai malam akrab.

Jantungku berdegup kencang, yang berjalan di depanku bukan elang yang lain. Melainkan Elangku.

"Sa..satu matcha Greentea ya Kak." Kak Elang tertawa.

"Makasih ya." Aku mengangguk. Dia duduk di kursi bar depanku.

"Ini matcha terenak yang pernah aku makan." Aku terkekeh.

"Minum kalik." Sanggaku. Ia tertawa lagi.

"Iya maksudnya itu." Bang elang meminum matcha Greentea sambil memandangku.

Matcha GreenteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang