Keping Tiga Belas

4.4K 499 52
                                    

Calla POV

Hari ini satu bulan semenjak ib terakhir Bang Elang. Tiga puluh kali matahari terbit tanpa ada temu dengan Bang Elang.

"Mbak lurus ya." Teriak Daffa dari depan. Aku mengangguk, kegilaan kami muncul subuh tadi.

Selepas jamaah di masjid, aku dan Daffa nekat bersepeda ke Magelang. Selain berolah raga. Siapa tahu bisa bertemu Bang Elang saat pesiar.

Saat ini kami sampai di daerah Borobudur , jam masih menunjukkan pukul enam pagi. Kabut masih bergelayut manja, menunggu sinar matahari terbit.

"Mampir depan tulisan  Borobudur mbak,foto  di sana. Di buat story." Usul Daffa saat kami sampai di pintu masuk. Aku menuruti usul adikku itu.

Hitung-hitung untuk pamer dengan ayah bunda yang sedang bersantai bersama cucu dan cicit robert di rumah.

Kabar baik, ayahku sudah pindah tugas ke Jogja, lebih dekat dengan kami. Ah bahagianya.

Ayah bertugas menjadi Danrem 072/Pamungkas. Mengemban tugas yang cukup berat. Tapi aku yakin ayah bisa dan mampu.

Setelah berfoto kami melanjutkan perjalanan. Lima kilometer setelah Borobudur handphoneku bergetar berkali-kali. Aku memilih menepi, melihat dari siapa panggilan ini.

Aku tersenyum, melihat nama yang tertera pada layar datar yang ku pegang ini. Nama Elang menghiasi pagiku rupanya. Daffa juga berhenti menengok ke arahku. Aku mengacungkan ponsel. Lalu dia mengangguk.

"Halo assalamu'alaikum." Ucapnya dari seberang sana.

"Waalaikumsalam." Jawabku.

"Calla, hari ini pesiar." Ucapnya ceria. Aku tersenyum. Melihat jam yang melingkar pada pergelangan tanganku. Jam menunjukkan pukul tujuh.

"Waw, aku lagi di Borobudur nih. Bentar lagi masuk daerah Magelang. Pakai sepeda sama Daffa." Dari seberang sana aku bisa mendengar bising-bising suara temannya.

"Kebetulan, saya ingin ketemu." Aku mengangguk. Padahal ia tidak bis melihat anggukanku.

"Rencananya kami mau ke Artos." Aku melihat penampilanku. Keringat bercucuran. Celana olahraga ketat, kaos polo yang sudah bau keringat.

"Aku kucel, habis olah raga. Masa ke mall." Keluhku. Di seberang sana ia terkekeh.

"Nggakpapa, kamu Tetep cantik kok." Wajahku seketika memerah.

"Aku sampai Artos sekitar pukul sepuluh. Kami apel pesiar dulu." Ucapnya lagi.

"Oke. Nanti kita berkabar lagi. Aku mau sarapan sama Daffa." Ucapku lagi.

"Iya, hati-hati sweety."Aku langsung menutup telfon. Mendekat ke arah Daffa.

"Dek. Bang elang ngajak ketemuan nih." Daffa tersenyum meledek ku.

"Iya aku anterin, tapi harus target dulu sepedanya baru boleh ketemu."  Aku mendengus. Daffa memang ingin bersepeda sampai pusat kota Magelang.

"Ya elah, kan Artos juga Magelang Daffa." Keluhku.

"Yaudah sana mbak berangkat sendiri." Ucap Daffa mengancam ku.

"Iya iya ayo sekarang berangkat." Daffa menjulurkan lidahnya ke arahku.

"Sarapan dulu dong mbak,nggak capek apa?" Aku memukul helmnya.

"Oh ya tentu tidak dong ya mbak. Kan mau bertemu pujaan hati. Pasti beda lagi." Sial, Daffa kembali mengejek ku.

Kami kembali bersepeda, mencari sarapan segar untuk mengganjal perut.

🍵🍵🍵

Matcha GreenteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang