Keping Lima Belas

4.3K 490 34
                                    

~Kembimbangan Elang~

Elang POV

Denting lonceng makan malam sudah di Bunyikan oleh danmenkorps. Itu tandanya kita sudah bisa memulai makan malam.

Hari ini hari sial ku, aku duduk satu meja dengan macan Ibra dan Pradipta. Aku takut jika harus makan se bakul seperti nasib temanku kemarin.

"Makan aja porsi biasa desuh." Ucap bang Pradipta.

"Siap. Ijin terima kasih. Selamat makan mayor." Tidak ada percakapan selama makan. Aku tidak percaya bisa masuk di akademi ini. Bisa di bilang sebuah keajaiban. Kenapa?

Karena sebenarnya aku tak ingin jadi tentara. Dulu, iya itu dulu. Tapi kini sudah berjalan mau gimana lagi. Cukup di jalani saja.

"Gimana kau sama Calla itu? Masih kan berlanjut." Aku menelan susah payah nasi suapan terakhir ku.

"Siap, Ijin menjawab Mayor. Siap, saya masih menjalin hubungan dengan Calla mayor." Jawabku. Dipta menepuk pundakku dengan keras. Rasanya seperti di hantam Palu thor.

"Hahahaha, kamu ini kaku sekali. Harusnya kamu bucin kaya kalau kamu chat Calla itu lho Elang." Sial kenapa malah aku di permalukan.

"Siap salah Mayor."

"Kau jaga baik-baik itu adikku ya desuh. Harta berharga keluarganya. Awas kau bikin air matanya netes secuil kuku. Ku bunuh kau nanti." Lagi-lagi aku menelan ludah. Kenapa aku harus terjebak di situasi seperti ini.

"Siap. Tidak akan mayor. Saya akan menjaga Calla dengan segenap hati dan jiwa raga saya." Jawabku mencoba mencairkan suasana.

Satu meja tertawa, lalu mereka memoles kepalaku. Tidak sakit, hanya untuk candaan.

Makan malam di akhiri dengan doa. Aku berjalan ke pavilium. Melewati kamar bekas mantan Presiden RI Bapak SBY yang sekarang di tempati Ibra dan Pradipta CS.

Semua berjalan lancar hingga apel malam. Besok Long weekend, kami mendapatkan IB selama tiga hari.

Aku menatap langit-langit kamar. Calla terus berada dalam bayangan ku.

"Lek ib balik Jakarta yuk." Erick membuat lamunanku Ambyar.

"Kayanya gue di Jogja deh." Balasku.

"Wettttt. Inget perjanjian lo bro. Cepat atau lambat lo harus buat cewek itu sakit hati." Aku mendengus.

"Kenapa sih lo pengen banget Calla sakit hati. Perasaan perjanjian kita di awal cuman untuk dapetin dia." Protesku.

"Lo Inget? Dulu gue pernah di tolak cewek?" Aku mencoba mengingat-ingat lagi. Kapan dan di mana. Setahuku tidak ada yang menolak pesona taruna kaya raya semacam Erick. Hartanya saja tidak habis delapan turunan.

"Wait, yang mana?" Tanyaku bingung.

"Dulu waktu gue SMP, dan Calla masih SD, saat keluarga gue masih tinggal di desa. Dia nolak gue mentah-mentah. Bahkan dia mempermalukan gue dihadapan orang lain. Jadi kenapa gue bikin taruhan itu. Karena gue pengen dia sakit hati kaya gue dulu." Aku mengacak rambutku frustrasi.

"Nggak bisa. Gue udah terlanjur sayang sama Dia. Gue udah cinta beneran sama dia Rick." Erick tersenyum licik.

"Yang kalah kemarin?" Aku mengepalkan tanganku. Aku menyesal harus terjebak dalam permainan ini.

Dulu memang di dekat Calla aku tak bereaksi apapun. Menjalin kasih dengan anak SMA. Bahkan menurutku dulu Alisa lebih segalanya di banding Calla.

Tapi berjalannya waktu, karma datang kepadaku. Calla seorang yang luar biasa bagiku. Dia yang rela berkorban untuk hubungan abal-abal selama hampir satu tahun ini.

Matcha GreenteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang