Keping Dua Puluh Empat

4.5K 555 150
                                    

Elang POV

"Aku nggak bisa kaya gini terus Lang. Udah hampir satu tahun. Pokoknya aku mau kalian putus." Alisa berteriak di depanku. Seakan dia yang paling aku cintai.

"Well kalau kamu nggak bisa. Oke nggak masalah Al. Aku bisa lepas kamu sekarang. Aku juga kesini karena satu hal. Aku mau ngomong, kalau aku udah nggak bisa lagi lanjutin hubungan ini. Aku udah cukup muak sama sifat posesif kamu. Dan aku rasa aku juga udah bener-bener jatuh cinta sama Calla." Ucapku tak kalah ketusnya dengan perempuan di depanku.

Hari ini kami berdiri di depan kosnya. Aku sengaja menemuinya sesaat sebelum pergi ke Artos untuk merayakan hari ulang tahunku hari ini.

Mama dan Papa sengaja datang dari Jakarta menyewa salah satu caffe di dalam Artos untuk acara kami.

Tentunya khusus untuk teman-teman dekatku. Sengaja aku  tidak mengundang Calla karena ini di area Magelang. Bisa gawat kalau semua terjadi. Tapi sebagai gantinya aku akan mengajaknya pergi sore nanti atau esok hari.

"Pokoknya aku nggak bisa melepas kamu lang. Jangan bilang karena kamu cinta Calla itu?" Nafas Alisa memburu.

"Sorry Al bukan urusan kamu. Jadi berhenti urusin urusan aku. Ngerecokin aku. Apalagi sampai kamu gangguin Calla. Awas kamu." Aku mengancam Alisa.

"Lang, dia itu masih SMA nggak pantas buat kamu." Ucap Alisa lagi. Aku tersenyum miring.

"Semakin kesini aku makin yakin kalau kamu nggak pantes untuk aku pertahankan Al." Jawabku. Alisa masih

"Dia emang masih SMA tapi dia lebih dewasa dibandingkan kamu yang udah umur Al. Maaf kita sampai di sini, makasih udah jadi temen dan pacar yang baik." Lanjutku.

"Nggak Lang. Nggak bisa. Kalau aku nggak bisa dapetin kamu. Nggak ada orang lain juga yang bisa dapetin kamu." Aku meninggalkan Alisa. Ia mengejar ku.

"Elang" teriaknya.

Pagi-pagi emosiku sudah membengkak. Satu masalah terlepas, kini hanya Calla yang ada di hidupku. Aku hanya perlu menyembunyikan semuanya. Tanpa perlu Calla tahu tentang taruhan ini.

Melanjutkan kembali cintaku bersama Calla. Aku bisa melihat tangis di wajah Alisa dari kaca spion. Tak peduli lagi dengannya.

Aku sudah cukup muak dengan sikapnya selama ini. Ia adalah perempuan matre yang hanya ingin hartaku saja. Padahal aku belum mempunyai uang.

Ia selalu minta ini dan itu setiap bertemu. Aku mencoba untuk sabar. Tapi tidak lagi saat ini.

Aku melirik pesan yang anda di handphone ku. Melihat wajah dari profilnya. Tersenyum. Itu Calla dengan senyum hangat menggandeng tanganku.

Call,aku tak ingin kehilanganmu. Ucapku dalam hati.

Aku melihat lagi pesannya. Dia adalah anak yang romantis dan penuh cinta. Mungkin karena didikan orang tuanya. Aku bisa melihat pancaran cinta darinya untukku.

Barakallah fii umrik bang Elang Sayang hehe. Udah dua puluh satu bang. Semoga makin dewasa dan taat sama agama ya bang. Tambah sukses dan semua doa baiknya di jawab sama Allah. Makasih ya bang Elang udah jadi bahagianya Calla. Iloveyou ❤️

Pesan singkat dari Calla yang membuatku semangat sepanjang harinya. Mungkin ini yang namanya karma. Karena telah mempermainkan perasaan Calla. Aku jadi jatuh dalam permainan ku sendiri.

Mungkin juga setelah ini aku memilih mengaku kalah dan menyerah dari taruhan ini. Aku tidak ingin lebih lama menyakiti Calla. Aku ingin setelah ini kita selalu baik baik saja. Dan permainan ini tidak pernah lagi terbongkar.

Biarkan rapat seakan tidak terjadi apa-apa.

Pukul sebelas aku sampai di Armada Town Square Magelang. Mall sejuta taruna Akmil di saat weekend dan ada film baru.

Aku langsung menuju tempat di gelarnya acaraku. Aku melihat mama papa sudah menunggu. "Selamat ulang tahun ya sayang. Semoga makin dewasa dan jadi yang lebih baik lagi." Aku tersenyum melihat orang tuaku datang. Aku memeluk papa dan mama. Mereka membawa kue ulang tahun dan kado. Terlihat dari bungkusnya.

"Makasih ya pa ma sudah jauh-jauh dari Jakarta untuk aku. Doain Elang sukses terus." Mama memelukku lagi. Di ikuti papa juga.

"Sukses terus jangan bikin Papa kecewa. Kamu harapan kita." Aku tersenyum mengangguk. Adikku perempuan yang masih cukup muda. Usia SMP jadi cukup jauh usianya.

"Abang, selamat ulang tahun ya. Semoga Abang sehat terus. Makin sering pulang ke Jakarta dan sayang sama aku terus." Aku terkekeh membalas pelukan Naomi. Iya nama adikku Naomi.

"Ilih, iya Abang rajin pulang nantinya. Kamu semangat sekolahnya ya. Nanti Abang akan sering pulang ke Jakarta." Dia mengangguk. Aku mengacak rambutnya.

Kini waktunya meniup lilin yang di bawa mama. Ada kue kesukaan ku setiap ulang tahun. Rainbow cake yang besar. Aku memanjatkan doa-doa yang kuharap di tahun ini.

Lalu meniup lilin dan semua bertepuk tangan mengucapkan selamat kepadaku. Ada dua puluh orang yang bisa bergabung siang ini.

Aku menyalami mereka satu persatu. Bercanda selagi ada banyak waktu luang bagi kami sampai sore nanti.

"Loh pacar mu nggak ikut lek. Si cantik senja itu?" Aku menggeleng. Dia Aldo poltar garang teman dekat dari Dipta.

"Nggak lek. Besok lah aku kesana." Dia hanya mengangguk.

"We iya bro. Selamat ulang tahun ya. Sukses terus. Semangat dua ratus hari menuju praspa he." Aku membalas uluran tangannya.

"Thankyou mayor andalanku." Kekehku menepuk pundaknya.

"Gue kesana dulu ya Lek. Enjoy this party bro." Aku kembali berjalan ke arah kerumunan teman-teman ku.

"Wet met ultah mayor andalan ku." Aku menyalami Erick yang makin stil.

"Thanks bro. Makasih ya kadonya." Ucapku.

"Yoi. Tapi kayanya kado tambahan di pending dulu abis praspa ya bro." Aku menggeleng.

"Nggak Rick. Kayanya nggak perlu lagi kita teruskan permainan ini." Erick langsung bangkit.

"Nggak, nggak bisa gitu Lang, Lo nggak bisa seenaknya aja. Ini udah jadi perjanjian kita di awal." Aku berdecak kesal.

"Lo harus tetep buat cewek itu sakit hati Lang. Nggak bisa seenaknya aja main jatuh cinta sama dia. Kan gue udah kasih tau Lo. Jangan sampai jatuh cinta sama dia." Aku melihat wajah Erick juga tak kalah emosinya denganku.

"Nggak baik Rick nyimpan dendam. Sorry gue nggak bisa lagi ngelanjutin pertaruhan ini. Calla segalanya buat gue. Dan sekarang gue udah bener-bener jatuh cinta sama Calla. Jadi please jangan paksa gue lagi ya." Aku memohon pada Erick.

"Lo harus tetep lanjutin taruhan ini Lang. Dan bikin Calla sakit hati." Teriak Erick yang membuatku was-was. Pasalnya di sekelilingku banyak orang.

"Jadi selama ini aku cuman jadi bahan taruhan kalian?"

Oh Tuhan. Salah apa hanbamu ini.

🍵🍵🍵

Wadaw siapa yang datang?

Terimakasih untuk dukungan teman teman. Jangan lupa vote dan komen ya😍

Next update 300vote ya🥰🥰

Matcha GreenteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang