Calla POV
Susah payah aku membuka botol sprite yang sudah penuh dengan uang tabunganku. Esok hari adalah ulang tahun Bang Elang. Aku ingin membelikan sebuah kado untuk pacar pertamaku. Hari ini sebelum berangkat sekolah aku membuka celengan yang sudah ku kumpulkan beberapa bulan terakhir.
Kebetulan aku mendapat bocoran bahwa esok Elang akan pesiar di Magelang sana. Dan aku akan memberikan kejutan sederhana untuk hari ulang tahunnya.
Aku besok tidak sendirian, sebelum masuk ke batalyon penempatannya Bang Dipta masih mendapat masa bebas sampai esok Minggu. Jadi aku sudah meminta izin mbak Gita meminjam Bang Dipta untuk sehari esok.
Aku tersenyum puas melihat jumlah uang yang aku kumpulkan. Aku akan membelikan sepasang sepatu untuknya. Dan juga aku sudah menyiapkan hadiah yang ku buat dengan tanganku sendiri.
Aku melirik jam kamar sudah saatnya aku berangkat sekolah. Aku sengaja naik sepeda sendiri. Karena aku akan belanja bahan kue dan kado untuk Bang Dipta.
Aku belum bisa naik motor, aku takut akan jatuh. Jadi lebih baik naik sepeda sendiri.
Hari ini banyak sekali ulangan dari jam pertama. Aku sudah masuk kelas tiga SMA. Tahun terakhir yang pasti akan terasa begitu cepat. Jujur kehidupan SMA ku tak seindah kisah bunda dan ayah saat SMA. Aku tipe orang yang selalu pulang setelah bel.
Tapi aku cukup menikmati suasana sekolahku yang saat ini. Dan juga aku tipe orang yang tidak ribet untuk mendapatkan nilai.
"Call. Mau les bareng enggak di inten? Aku sama Beka udah mau daftar. Sampai sbmptn juga lho." Aku menggeleng.
"Belum izin ayah. Tapi mungkin iya juga sih." Jawabku pada Namira.
"Kalau jadi kan banyak temen dari sini gitu." Aku mengangguk.
"Kamu jadi ambil soshum? Yakin?" Namira mengangguk. Dia berbanding terbalik dengan aku. Dulu cita-cita awal saat di SMA ia ingin menjadi dokter gigi.
Tapi seiring berjalannya waktu semua mengubah cita-cita Namira menjadi seorang Akuntan.
"Sukses deh Nam. " Namira mengangguk. Ia tidak ribet sepertiku mentargetkan nilai raport harus baik. Karena ia tak ingin ikut seleksi nasional. Ia ingin ikut yang bersama. Katanya terlalu bermimpi ikut SNMPTN kalau dari IPA di jurusan yang ia inginkan.
"Iya aamiin. Kamu semangat ya calon ibu Persit." Aku terkekeh. Suka bener kalau ngomong.
"Hm mulai." Namira menoel hidungku.
"Nanti cari buku yuk Call." Aku menggeleng.
"Besok Minggu depan aja ya Nam. Aku hari ini mau cari kado. Sama buat kue juga." Wajah Namira langsung berubah usil.
"Cie yang mau kasih surprise." Aku terkekeh. Melanjutkan catatan biologi yang cukup banyak.
Pukul dua siang kelas kami bubar. Aku berjalan semangat menuju tempat parkir. Aku memilih mall yang dekat dengan daerah rumahku.
Hanya belakang rumah Budhe Galuh. Mall yang Cukup besar dan jangan lupakan diskonnya yang selalu besar. Tapi sayang, tidak ada bioskopnya. Jadi kurang begitu ramai seperti mall lain.
Sebelumnya aku mampir ke toko kue untuk membeli bahan rainbow cake. Spesial untuk bang elang tentunya.
Cuaca yang panas tak menghalangi langkahku. Aku mengikat rambutku ke atas. Mulai memilih bahan dan alat yang aku perlukan.
Berjalan di deretan loyang, aku melihat loyang bentuk huruf E. Aku tersenyum pasti lucu jika aku membuat kue yang berbentuk huruf E.
Cukup lama di toko kue. Hingga adzan ashar aku baru sampai jembatan Lempuyangan. Di dekat situ ada asrama Zeni Bangunan. Aku jadi ingat Elangku lagi.
Kayuhan kupercepat agar sampai di Galeria tepat waktu. Membuat kue ini pasti tidak mudah. Apalagi aku harus mengumpulkan tugas dari sekolah tepat waktu sebelum Maghrib.
Mungkin hari ini akan menjadi hari yang panjang dan melelahkan untukku. Tapi semangat masih berkobar dan membara. Untuk yang tercinta, tentu Elang namanya. Hehe
"Eh mbak Senja." Aku terkekeh mendengar sapaan Pak Gono, tukang parkir langganan ku dan Daffa.
"Haloooo pak Gono" sapaku begitu ceria.
"Aduh lagi seneng bahagia banget mbak Senja." Aku tersenyum ke arah Pak Gono.
"Iya dong pak kapan lagi lihat saya secerah ini hehe." Pak Gono tersenyum. Membantuku menyebrang jalan yang sangat ramai menjelang petang ini.
Aku sedikit tergoda dengan jajanan yang berjejer ataupun bau masakan dari setiap kedai. Ih nanti jajan kalau sudah punya uang lagi.
Aku langsung naik ke arah sports station. Tujuan utamaku adalah memilih sepatu Running untuk Bang Elang. Walaupun ia baru bisa memakainya nanti setelah dari Akmil atau hanya saat IB di rumah.
Berbagai macam model memanjakan mata. Ada banyak warna juga yang menarik perhatianku. Cukup lama memilih belum ada yang cocok. Aku bergeser ke counter lain.
Huh ternyata berjalan saat lapar membuat ku lemas. Aku memutuskan untuk kembali turun. Membeli minuman yang murah meriah goceng dapat.
Aku melirik jam tangan, sudah pukul setengah empat lebih. Aku belum dapat kado untuk Bang Elang.
Sekali lagi naik ke atas, semoga dapat apa yang aku cari.
"Eh tau nggak besok penatarama Akmil itu ulang tahun loh." Aku mendengar bisikan-bisikan dari kelompok anak kuliahan di belakangku.
"Eh iya e. Ganteng Banget, katanya pacarnya anak Magelang cantik." Ucap perempuan berbaju merah.
"Ngawur, dia kan pacarnya yang membawa baki paskibra nasional itu kok. Yang fotonya viral di Instagram TNI itu." Aku terkekeh.
"Ah tapi katanya temanku. Tetangganya kok yang pacarnya." Dasar Mbak-mbak. Jelas aku yang pacarnya. Suka mengada dan mengaku yang tidak- tidak.
Aku tidak ambil pusing omongan orang tadi. Yang penting saat ini adalah mencari sepatu untuk bang Elang.
"Mari kak silahkan." Teriak salah satu pegawai toko.
Aku tersenyum membalas sapaan mereka.
Mataku langsung terpaku pada sepatu yang berada di ujung. Warnanya hijau army. Terlihat cocok jika dilihat dari jauh.
Saat aku melihat harganya. Cukup membuatku tercekik. Uangku masih kurang untuk membelinya.
"Udah ambil aja kalau mau yang itu. Nanti aku tambahin kurangnya." Aku tersenyum malu. Itu suara Bang Dipta. Benar saja, manusia itu sudah muncul di belakang ku bersama mbak Gita.
"Iya Call. Ambil aja nggak papa. Cocok buat Elang kok." Aku terkikik. Mbak Gita mengambil sepatu yang ku pegang. Membawanya ke kasir.
"Bang kurangnya aku ganti besok pas udah di kasih uang jajan sama ayah ya." Bang Dipta mengangguk.
"Makasih ya mbak Gita Bang Dipta. Hehe." Mbak Gita memelukku. .
"Sama-sama adekku sayang. Ikut makan yuk." Aku menggeleng cepat.
"Aku harus buat kue mbak. Lain kali ya. Makasih sebelumnya." Aku melambaikan tangan ke arah mereka. Di luar mendung sudah menggelayut. Aku segera membayar parkir dan mengayuh pedal dengan semangat.
Sesampainya di rumah Bunda sudah menunggu di depan.
"Kok baru pulang mbak. Bunda telfon juga nggak di angkat. " Aku hanya tersenyum dan mencium pipi bunda. Masuk ke dalam rumah. Mengusap peluh di wajahku. Perjuangan satu sudah terlewati
Tinggal kedua ketiga dan yang lainnya.
🍵🍵🍵
Akhirnya bisa up juga.
Belum bisa sesuai request nih.
Bongkar nya besok aja ya gaes.
Apakah part ini oleng?
Next part 200 vote? Hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Greentea
Teen FictionMatanya begitu tajam, membuatku selalu memikirkan tentang dia,dia dan dia. Waktu begitu cepat berlalu, melambai begitu saja. Mengajak dengan ramah. Sampai kita benar-benar bertemu.. Merajut rasa yang mulai tumbuh. Kamu ada, datang pada waktu yang...