Calla POV
Kepalaku terasa begitu berat. Empat puluh soal matematika yang membuatku menelan ludah sudah ku kupas tuntas. Ah tidak, ada satu yang belum.
Aku tidak punya waktu untuk mengerjakannya. Berharap keajaiban datang. Satu soal terakhir tadi benar jawabannya. Lumayan akan ada reward dari miss Ghina guru matematika tercinta kami.
Berjalan gontai di hari Jumat setelah ujian matematika membuatku gerah. Di tambah aku harus menunggu bunda menjemputku.
Aku memainkan ponselku sembari menunggu bunda. Hari ini hari terakhir ujian penilaian akhir semester. Semoga semesta berpihak kepadaku. Nilai Raport ku bisa goal one Shot untuk tes besok saat akan kuliah.
Aku tersenyum saat ada beberapa kakak kelas lama a.k.a alumni yang baru turun dari mobil. Kalau boleh jujur wajahnya seperti para selebgram yang sering kulihat di Instagram.
Mereka menenteng sneli putih impianku. Ada kira-kira tujuh orang yang datang. Satu terlambat dan berjalan cepat. Tubuhnya tinggi, badannya tegap, kulitnya khas laki-laki Jogja.
Saat masuk ke Hall ada beberapa kertas yang tercecer. Aku memanggilnya.
"Kak barangnya jatuh." Teriakku. Tapi ia tidak berbalik.
Aku mendengus, mengambil beberapa kertas. Dimas Wiskara Ajisaka, S.Ked Gumamku.
Aku memutuskan mengembalikan ke orang tadi. Siapa tahu penting, aku berkeliling mencari mereka
Aku melihat gerombolan kelas 12 yang sedang sosialisasi di lapangan tengah.
Di belakang layar ada Kak Dimas tadi sedang membongkar mapnya.
"Permisi Kak." Ia mendongak. Menatapku aneh.
"Iya cari siapa?" Tanyanya. Damn suaranya sungguh ingin ku peluk. Serak berat basah. Hahaha
"Ini punya kakak ya? Tadi jatuh di Hall." Ucapku, ia tersenyum.
"Ah iya, aku cari nih. Penting banget soalnya." Kulihat wajahnya berbinar.
"Oiya Kak. Yaudah saya duluan ya." Ia mengangguk.
"Eh tunggu." Aku berbalik.
"Thanks ya dek?" Ia melihat nametag di seragamku.
"Calla." Ucapku akhirnya.
"Oh iya. Thankyou dek Calla." Aku mengangguk. Dia tersenyum kepadaku. Aku kembali ke Hall. Handphoneku bergetar.
Bang Elang
Haloo swwty hari ini ada pesiar nih. Lumayan bisa chat kamu.Aku tersenyum membaca pesan dari bang elang.
Me:
Wohaaa. Alhamdulillah. Jalan ke mana nih?Aku memasukan ponsel. Kulihat mobil bunda sudah di depan gerbang.
"Pulang Call?" Aku menoleh. Raiq menyapaku
"Wei iya bro. Duluan ya. Panas otakku habis Matematik." Candaku. Raiq tertawa.
Aku masuk ke mobil bunda, langsung menurunkan suhu AC. Agar lebih segar.
"Assalamu'alaikum gitu lho mbak." Aku hanya tertawa.
"Assalamu'alaikum bundahara sayangku." Bunda kini yang tersenyum. Terlihat makin muda dan cantik. Dengan balutan gamis warna denim. Dengan jilbab warna khaki membuat kulitnya makin terlihat putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matcha Greentea
Fiksi RemajaMatanya begitu tajam, membuatku selalu memikirkan tentang dia,dia dan dia. Waktu begitu cepat berlalu, melambai begitu saja. Mengajak dengan ramah. Sampai kita benar-benar bertemu.. Merajut rasa yang mulai tumbuh. Kamu ada, datang pada waktu yang...