Keping Dua Puluh Enam

4.7K 660 80
                                    

PS.... Banyak kata kasarnya hehe 😁 maafkan

Dipta POV

"Lo harus tetep lanjutin taruhan ini Lang. Dan bikin Calla sakit hati." Aku berhenti di belakang Calla. Calla menjatuhkan paper bag yang ia bawa.

"Jadi selama ini aku cuman jadi bahan taruhan aja?" Elang dan Erick menoleh. Aku melirik ke arah Calla yang terlihat kuat. Mencengkeram erat kue yang ia bawa.  Dua orang di depanku hanya diam. Kulihat Erick tersenyum licik sekilas. Taruna satu itu memang incaran kakak asuh. Gayanya yang angkuh dan pembangkang membuat ia menjadi terkenal.

"Call aku bisa jelasin." Emosiku memuncak saat melihat air mata Calla jatuh. Selama ini aku bisa kecolongan sikap busuk Elang. Ia hanya menjadikan Calla bahan taruhan murahan.

"Jahat ya kamu. Bisa-bisanya. Maksudnya apa ha?" Itu suara Calla.  sudah mengepal siap untuk menonjok wajah Elang yang kurang ajar.

"Enggak kaya gini Calla. Aku bisa jelasin." Aku semakin geram dengan laki-laki di depanku yang katanya seorang taruna.

"Emang Lo cuman bahan taruhan mereka adik manis." Aku menoleh, melihat perempuan yang pernah kutemui di malam akrab tahun sebelumnya. Mungkin Dia pacarnya Elang

"Gue yang pacarnya Elang. Dan Lo itu cuman bahan taruhan biar Elang dapat mobil." Calla masih diam. Semua orang memperhatikan kami. Termasuk orang tuanya Elang. Aku yakin mereka malu dengan kelakuan anaknya.

"Cowok Macem apa kamu?" Tanyaku dengan nada yang keras. Sedikit maju untuk menonjok wajah Elang yang sok ganteng.

"Bang udah." Calla menahanku. Aku paling tidak bisa melihat perempuan menangis. 

"Biarin Call. Nggak bisa di biarin." Aldo datang menengahi aku dan Elang. Hampir saja tanganku ini mendarat di pipinya.

"Ijin Kasuh biar saya selesaikan." Ucapnya menengahi.

"Urus tu temen Lo. Kalau gue bukan tentara. Udah mati Lo di tangan gue." Aku masih mengepalkan tangan. Aku masih berfikir dua kali untuk menonjok wajahnya di tengah umum.

"Call aku bisa jelasin." Ucap Elang lagi.

"Udah nggak usah banyak bacot Lo Lang. Nyesel gue ngenalin Calla sama Lo. Dan Lo Rick. Urusan kita belum selesai. Jangan harap tidur Lo di Akmil nyenyak. Dan jangan harap kalian bisa praspa tahun ini. Inget itu." Ucapku sambil terus menunjuk wajah dua taruna di depanku ini.

Calla menahan lenganku.

"Mulai sekarang kita putus. Dan jangan pernah lagi muncul di hadapan aku. Aku benci sama kamu." Ucap Calla.

Plakkk...

Aku sedikit kaget melihat sikap Calla, belum pernah ia sekasar ini. Ia menampar wajah Elang yang diam. Tak sekalipun pernah kulihat sebelumnya Calla main tangan. Air matanya terhenti di ujung matanya.

"Eh dasar anak kurang ajar." Teriak perempuan pacar Elang.

Byurrrr....

Perempuan itu menyiram Calla dengan minuman yang ada di atas meja. Semua menatap Calla.

Emosiku memuncak, aku langsung menarik Calla pergi dari sini.

"Lo urus temen lo. Jangan harap besok ada pesiar buat kalian semua. Inget itu." Aku berteriak. Semua taruna yang datang hanya diam dan mengumpat. Aku berjalan keluar dari Caffe. Berhenti sebentar di depan dua perempuan yang menahan air matanya jatuh.

"Maaf Bu sudah kasar. Tapi kelakuan anak ibu yang kurang baik terhadap adik saya. Saya nggak main-main dengan ucapan saya Bu."

"Atas nama Elang saya minta maaf nak." Calla diam menahan dingin. Terlihat dari wajahnya yang mengigil.

Matcha GreenteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang