Keping Tiga Puluh Enam

4.5K 636 49
                                    

Perkenalan dan perpisahan adalah dua kata yang saling berhubungan. Dimana ada perkenalan pasti setelahnya ada perpisahan. Begitupun dengan kami, rasanya tiga hari tidak cukup untuk bercerita dengan teman baru kami.

Dari yang tidak kenal menjadi tidak kenal. Dari yang awalnya lawan menjadi kawan. Itulah mereka, Monitya , Sandira dan Arya.

Lawan kami di semifinal debate yang di selenggarakan Akpol Semarang. Yang dari lawan jadi kawan cukup dekat.

Tim Taruna Nusantara B yang pada kesempatan ini menjadi juara tiga lalu di posisi kedua ada SMA Negeri 3 Semarang.. Dan Alhamdulillah, Allah seperti memberikan jalan untuk kami. Bisa kembali mempersembahkan piala juara satu untuk almamater tercinta.

Kami menjadi tim Oposisi pada topik yang cukup mudah. Dari hati kamipun jelas sudah oposisi dengan topik tersebut.

Dan pastinya dengan bangga aku kembali membawa piala best speaker pada lomba debate kali ini. Yang jelas aku bisa menikmati leker gratis seminggu full di depan masjid syuhada Kotabaru.

Kini kami bagai kesatuan dengan tiga siswa TN. Monit asal Bandung, Sandira dari Jakarta. Sedangkan Arya asal Pekanbaru.

Seperti tak terpisahkan, rasanya tidak ingin kembali ke sekolah kalau kata Julian. Memang begini rasanya, di awal merasa bosan tapi akhirnya tidak ingin pulang.

"Besok kapan-kapan harus meet up lho ya Calla." Ucap Arya dengan begitu antusias.

"Iya dong harus. Adekku mau daftar TN juga nih tahun ini." Jawabku.

"Besok ketemu di UGM pokoknya Call." Monit memang mendaftar ke UGM jurusan kedokteran.

"Siap. Sama-sama berjuang ya." Kekehku.

"Calla bukannya kamu yang pacar anak Akmil ya?" Untung aku tidak sedang makan .  Bisa terdesak aku mendengar kata pacar anak Akmil.

"Seriously?" Sandira langsung menatap ku kaget saat mendengar penuturan Arya.

"Udah putus lama kok. Udah jangan bahas itu dong gengs." Ucapku.

"Iya udah mending cerita lagi dong kak kehidupan asrama di sana. Kayanya menarik. Gimana kalau aku besok daftar Akpol deh biar bisa asrama juga." Ucapan Julian membuat semua orang tertawa.

Kami berpisah di sore hari. Untuk persiapan malam akrab nanti. 

🍵🍵🍵

Aku, Julian dan Kaisa sudah siap berkumpul memakai batik seragam dan rok sekolah. Tidak bersiap seperti sekolah lain. Begitupun dengan SMA Taruna Nusantara. Mereka memakai batik warna biru dan seragam sekolahnya.

Dan kulihat dari Krida Nusantara juga memakai baju batik identitas mereka. "Nggak mau pisah sama temen-temen di sini Mbak." Keluh Kaisa.

"Iya nih mbak. Mbak Calla nggak nyesel kan ikut ini." Aku mengangguk. Memang tidak jadi menyesal ikut lomba di sini.

Selain kemarin bertemu dengan Tante Dewi istri Om Yudha yang kelewat baik. Bayangin di masakin macem-macem. Pokoknya hidup kami jadi terjamin selama di Semarang.

Dan di hari terakhir kami tadi  berjalan-jalan bersama dengan peserta yang lain. Kami  berwisata ke Lawang Sewu,dan Sam Poo Kong yang ada di Semarang. Katanya kalau sudah ke Semarang tanpa ke Lawang Sewu itu rasanya seperti sayur tanpa garam. Hambar.

Bahkan Kaisa sudah jelas dapat cemceman anak Akpol guys. Dan dengan bangganya dia bisa duduk di sebelahnya malam ini. Aku cukup puas duduk di samping Julian yang terlihat masam. Melihat pujaan hatinya mendapatkan gebetan baru.

Pasti kalian sudah mengira kisahku dan Kak Jevo mula benci jadi rindu. Oh tentu tidak, beliau adalah mentor baru bagi kami tim debate. Pengalamannya luar biasa. Dan perpisahan malam ini bukan menjadi akhir kisah kami tim debat bersama Kak Jevo.

Sudah saling menyimpan kontak, dan silaturahmi kami in syaa Allah akan selalu terjalin baik. Begitupun dengan peserta lainnya. Dari SMA Negeri 3 Semarang pun kami juga dekat.

"Kai,Calla,Julian. Terima kasih ya sudah memberikan saya kesempatan mengenal adik-adik yang skill debatnya luar biasa. Saya begitu terkesima saat dengan lantang dan gagah kalian serempak bilang POI. Rasanya merinding." Kami semua terkekeh.

"Wah saya yang bangga bisa kenal Bang Jevo. Cerdas luar biasa. Doakan ya Bang bisa menjadi bagian dari sekolah ini dua tahun lagi." Julian sudah berkaca-kaca.

"Aamiin. Kami tunggu baktimu di sini." Kak Jevo terkekeh.

"Dan akhir dari perjalanan saya menjadi tim debat sekolah di tutup dengan indah. Bisa mengenal banyak orang baru di sini. Pengalaman dan ilmu yang saya dapat di sini akan saya kenang terus Kaka. Terima kasih atas sharing dan bimbingan kak untuk kami " ucapku pada kak Jevo yang di balas anggukan.

"Iya betul kak. Terima kasih ya sudah memberikan kami tips yang banyak membuat kami yakin bisa melewati masa masa minder bertemu jagonya Semarang." Kaisa sudah berkaca-kaca berbicara dengan Kak Jevo.

"Sama-sama, dari adek sekalian saya bisa banyak belajar juga kok. Pokoknya sampai sekolah nanti tetap semangat berlatih untuk Kaisa dan Julian. Dan untuk Calla, selamat menikmati masa pensiun. Semangat UN nya ya " kami semua mengangguk.

Mengambil foto bersama dengan latar tulisan Porsimaptar yang berjejeran rapi. Tak lupa di acara malam ini kami saling memeluk dengan teman-teman baru.

"Sampai jumpa lain waktu ya mbak Sandira. Besok kalau ke Jogja harus duet sama Mbak Calla. Suaranya sama-sama bagus." Aku langsung mencubit lenga Kai. Aku paling tidak bisa bernyanyi di depan umum. Tidak percaya diri, lebih baik jadi penyanyi kamar mandi saja. Walaupun kaya orang lain suaraku tak kalah dengan Raisa. Iya dia Raisa Andriana dan aku Raiso Nyanyi.

"Iya Khai. Pokoknya harus ke Jogja besok deh. Gue pengen banget jajan gudeg gitu pagi-pagi." Kai tersenyum.

"Pas mba, rumahku dekat Wijilan. Nanti aku bisa antar ke sana. Iya kan Mbak Calla" aku setuju dengan Kai.

"Betul pokoknya kami tunggu kalian singgah di Jogja. Aku siap nganterin kalian ke manapun." Ucapku meyakinkan mereka.

Kami saling memeluk satu sama lain. Setelah secara ini kami akan langsung pulang ke Jogja. Ayah yang menjemput kami.

Acara demi acara terlewati. Dan ini adalah akhir dari perjuanganku sebagai tim debat sekolah. Di tutup dengan dua piala yang kubawa pulang.

"Mbak maaf ya" aku bingung saat Kai tiba-tiba meminta maaf.

"Maaf kenapa Kai?" Kai menunjukkan handphonenya padaku. Kak Jevo memang meng-upload foto Porsimaptar malam ini. Slide pertama adalah foto kami berempat, dan slide kedua adalah foto kami berdua.

"Emang dulu masalah apa sih sampai Mbak Calla bisa putus?" Tanyanya begitu hati-hati. Mungkin takut aku tersinggung.
Ada hujatan terhadapku di kolom komentar di postingan Kak Jevo.

Baru juga putus sama ijo udah gandeng coklat

Kasian Kak Elang di tinggalin sama anak SMA

Jahat bgt sih dedek Calla, udah gandeng yang baru aja.

Wah ni cewek gitar bgt.

Wow ada yang baru nih.

Anak SMA aja udah belagu nempel sana nempel sini.

Masih ada banyak lagi yang tak bisa ku baca. Karena terlalu menyakitkan seakan Elang yang menjadi korbanku. 

"Ngga papa kok Kai malas aja harus buka luka lama. Sakit banget kalau di ingat." Kekehku. Aku jadi teringat luka yang timbul akibat Sabtu kelam itu.

"Sabar ya mbak." Aku mengangguk. Menatap ke depan, mau buka hati saja banyak ujiannya. Gimana nanti saat hati sudah kembali di buka.

🍵🍵🍵

Menurut kalian gimana sih ceritanya. Aku kadang suka takut kalau kelewat batas nulisnya. Btw dah mau ending gaes 🥰

Matcha GreenteaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang