~Laras- 7

20 1 0
                                    

Terbangun dari tidurnya. Laras membenarkan posisinya kini menjadi duduk. Sadar jika disampingnya terdapat ryan dia mengelus pelan rambut ryan agar ryan tidak merasa terganggu.

Laras tersenyum hangat, melihat ryan sedang tidur seperti ini seakan dunia sedang berdamai dengan hatinya. Apakah terlalu naif jika laras mengatakan bahwa dia tidak mencintai ryan, entalah.

Setelah merasa puas menikmati pemandangan itu laras memutuskan untuk beranjak dari kasurnya dan pergi menuju kamar mandi.

Masuk ke dalam kamar mandi laras melihat terdapat banyak obat di laci. Laras mengambil obat itu, merasa tidak asing dan pernah melihat obat yang ia pegang.

"Laras didalam bukan?" itu seperti suara ryan, ah mungkin ryan sudah bangun.

"Iya aku di dalam" ucap laras sambil teriak.

"Bajunya udah aku siapain di atas kasur ya, aku tunggu di bawah"

Apa ini? Baju apa? Laras tidak lupa untuk membawa baju saat masuk ke dalam kamar mandi tapi kenapa ryan malah menyiapkan baju.

"Aku bawa baju ganti kok" sahut laras.

"Udah pake baju yang dari aku aja".

"Yaudah iya sana keluar".

"Iya princess" terdengar suara membuka pintu artinya ryan sudah keluar.

Selesai mandi laras keluar menggunakan baju mandi. Ia melihat sebuah hodie berwana pich. Terasa pas ditubuh dan terlihat sangat cocok.

Perlahan laras melangkahkan kakinya menuruni anak tangga. Terlihat ryan dan rita sedang berbincang hangat di meja makan.

"Hy sayang, gimana keadaan kamu?" rita yang melihat kehadiran laras langsung mendekati gadis itu dan mengecup kening laras.

Laras tersenyum, "Mendingan kok bun" sahut laras.

Ryan yang melihat dua perempuan di depannya sedang bercengkrama merasa senang. Senyum itu, senyum yang selalu laras pancarkan didepan semua orang. Ryan tau betul senyum laras mampu membuat semua orang yang melihatnya merasa sangat hangat.

"Kamu duduk disamping ryan ya, mau pake selai apa?" kini rita mengambil dua helai roti tawar.

Laras pun duduk disamping ryan dan ryan mengelus pelan pundak laras.

"Mau selai coklat aja bun" jawab laras.

Akhirnya rita menyelaikan dua helai roti itu dengan selai coklat dan setelah selesai rita memberikan roti kepada laras.

Mereka menikmati kebersamaan dimeja makan. Merasa seperti mempunyai keluarga yang hangat. Perasaan bahagia terpancar diwajah laras.

Laras dan ryan kini berada dibalkon kamar.

"Obat ini? Kamu masih pake?" laras menunjukan obat yang berada ditangannya kepada ryan.

Tersentak dengan apa yang laras katakan. Ryan mencoba mengambil obat itu dari tangan laras namun gerakan tangan ryan kalah cepat.

"Jawab kenapa kamu masih pake obat ini?" kini suara laras getar.

"Aku butuh penenang" jawab ryan.

"Jadi selama aku dimakasar kamu pake obat ini?!" dengan nada yang lirih dan wajah datar, terlihat bahwa laras sangat marah kepada cowo itu.

"Iya, aku pake obat itu tapi gak sering, cuma kalo aku ngerasa gak bisa tenangin diri sendiri aja".

"Kamu ingkar janji sama aku, ini sama aja kamu ngelakuin hal yang udah dilakuin papa yan!" laras menahan air matanya dan suara laras agak sedikit parau.

LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang