~Laras- 8

9 1 0
                                    

"Semesta membiarkan aku terperangkap, harusnya aku mendengarkanmu"

💢💢💢

Laras menapakan kakinya di depan sekolah. Sebenarnya hari ini laras masih mengambil izin sekolah tapi karena merasa takut tertinggal materi sekolah membuat laras tetap kekeh untuk bersekolah.

Damar tidak mengetahui hal ini. Laras memilih untuk tidak memberitahu damar, sekolah masih sepi. Saat laras hendak memasuki kelas langkahnya tertahan  merasa ada sesuatu diatas kepalanya.

Air berbau tidak enak mengalir dari atas rambut sampai ke wajah laras. "Kemana aja lo? Mau kabur dari gue hah!" malika mendorong tubuh laras hingga laras terjatuh dan pinggangnya terkena engsel pintu.

"Ush ush lemah amat nih cewe, sini gue bantuin bangun" salah satu teman malika membantu laras berdiri namun baru setengah berdiri laras dijatuhkan kembali.

"Ih bau banget,, hahaha" tawa mereka pecah. Laras hanya tertunduk diam.

"Guys! Angkat cewe ini dan bawa dia kehalaman belakang sekolah" perintah malika kepada teman-temannya itu.

Laras sempat berontak tapi apalah daya dia sendirian sedangkan mereka berlima. Sesekali laras mengepalkan tangannya namun dengan sangat bersabar laras mengurungkan niatnya.

"Oke lepasin dia" mereka semua sudah berada di halaman belakang sekolah. Laras masih berdiri tegak hanya menundukan kepalanya.

"Lo berani sama gue?" tanya malika sambil mencengkram dagu laras.

Tatapan laras datar tidak ada ekspresi sama sekali. Tidak ada rasa takut, yang laras khawatirkan adalah damar tau hal ini.

"Eh bangsat gue lagi ngomong sama lo!" bentak malika. Ekspresi laras masih sama.

"Udah si ka abisin aja" seru seorang gadis, salah satu teman malika.

"Sini telornya" gadis itu memberikan sebuah telor dan malika melempar telur itu tepat diatas kepala laras.

Bodoh sekali, laras tetap terdiam dengan ekspresinya itu.

"Astaga maaf ya aduh gak sengaja" ucap malika dengan nada alay.

Sudah, rasanya malika semakin jengkel dengan laras. Kenapa bisa laras hanya terdiam disaat dia diperlakukan seperti ini.

Malika menjambak rambut laras dengan keras. Kali ini laras menunjukan eskpresi kesakitan dan malika senang, senang melihat ekspresi itu.

"Ada yang mau nabok ini anak?" tanya malika kepada teman-temannya itu.

"Uh kebetulan tangan gue lagi mau nabok orang" gadis berambut pendek itu mendekati laras dan PLAK..

Satu tamparan, PLAK.. pipi laras terasa perih. Tapi tidak ada air mata yang keluar bahkan ekspresinya kembali datar.

"Berani-beraninya lo ngambil damar dari gue! Lo ngaca dong emang lo kaya? Gue rasa lo miskin deh, gue bilangin ya sama lo! Bakal gue pastiin hubungan lo gak akan berjalan mulus! Inget itu jablay!" malika mendorong tubuh laras dengan kuat dan tangan laras terkena pecahan beling yang berada disana.

Mereka semua pergi meninggalkan laras. Laras masih berada ditempat ia terjatuh. Tidak ada pergerakan dari laras, hanya ada tetesan air mata yang perlahan mulai menetes.

Dengan susah payah laras mencoba berdiri namun dia terlalu lemah. Pinggangnya terasa sangat sakit. Lalu penglihatannya mulai buram dan seketika gelap.

"Gimana udah sadar belum?" terdengar samar suara seorang perempuan ditelinga laras.

"Baru mau sadar" ucap seorang penjaga uks.

LARASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang