Laras menangis sejadi-jadinya. Damar membiarkan laras terus menangis, ia tau cuma itu yang bisa membuat laras merasa baikan.
"Kenapa malika segitunya sama aku?". Tangisnya terhenti.
"Shutt udah jangan diinget lagi" damar mengelus rambut laras.
"Aku malu tadi pasti keliatan banget".
"Shutttttt gak perlu ngerasa malu atau pun takut, aku ada disisi kamu jadi aku akan selalu lindungin kamu".
Laras melepaskan pelukannya. Lalu menatap lekat mata kekasihnya. Raut khawatir sangat nampak diwajah damar. Laras merasa bersyukur setidaknya damar datang tepat waktu tadi.
"Sini aku bersehin darah yang ada dihidung kamu" damar langsung meraih tissue dan arahkan tissue itu ke hidung laras.
Jantung laras berdetak dua kali lipat lebih cepat. Kegantengan damar terpampang jelas jika dari jarak sedekat seperti ini.
"Kamu gak akan ninggalin aku kan?" pertanyaan itu membuat damar menghentikan aktivitasnya.
"Kenapa? Apa ada hal yang buat kamu gak nyaman? Ceritain aja" damar tau jika laras berkata seperti itu berarti ada hal yang sedang ia pendam.
Laras tersenyum, ternyata damar sudah cukup memahaminya.
"Mama bilang ke aku kalo mama mau nikah lagi, aku gak mau mama nikah karna aku mau disurga nanti mama ketemu sama papa tapi aku tau mama bakal ngerasa jauh lebih baik kalo dia nikah lagi sama orang yang dia cinta, tapi aku takut nanti mama jadi gak sayang sama aku lagi" laras menundukan kepalanya sambil mengambil nafas dalam-dalam.
"Liat aku" perintah damar. Laras pun langsung menatap damar. "Gak ada orang tua yang gak sayang lagi sama anaknya, bagi mereka anak itu adalah nomor satu alasan kenapa mereka harus tetep bekerja. Rasa sayang mereka jauh lebih besar dibanding rasa sayang anak ke orang tua jadi kamu gak perlu khawatir" ucapnya sambil mengelus wajah laras.
Kata-kata damar selalu menenangkan hati laras. Dalam hatinya, laras sangat takut kehilangan damar. Semoga tuhan tidak membiarkan ketakutan itu menjadi kenyataan.
"Kamu gak mungkin keluar dengan kondisi baju tembus pandang gitu" ucapnya sambil melirik baju laras yang masih kelihatan tembus pandang.
Dengan cepat laras langsung menseltting jaketnya. Damar tertawa melihat ekspresi panik laras.
"Awas ya kamu kalo macem-macem" sinis laras.
"Kepdan kamu, aku gak akan ambil hak aku sebelum nikah" damar terkekeh pelan.
"Damar ih nakal!".
"Apa si sayang itu loh jangen sampe ada yang liat warna bhsmla" mulut damar dibekap menggunakan tangan laras.
"Udah ihh kamu mah malah ngeledekin" rengek laras.
"Lebpasin daulu" kata damar dengan kata yang belepotan karena mulutnya masih dibekap.
"Tapi jangan diledekin! Aku gak suka".
"Iyau laepesin daulu".
Akhirnya laras melepaskan tangannya.
"Cuma aku yang boleh liat kecantikan sama kejelekan kamu" ledeknya.
"Baru juga pacar udah bilang gitu, emang kamu yakin bakal nikah sama aku?".
"Yakin aja, kecuali kalo emang kamu gak mau nikah sama aku".
"Hahahaha tuh tai" tawanya pecah, damar suka itu. Laras mudah sekali untuk melupakan masalah.
"Awas ya kamu ketangkep aku cium" damar kalah cepat. Laras sudah lari ke sebrang meja, kini mereka kejar-kejaran diruang osis.
"Sini, kayak bisa aja" ledek laras.
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAS
RomanceRyan menatap laras. Wanita yang sangat ia cintai sedang terluka, laras membalas tatapan ryan dan menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan ryan. "Aku harus apa? Kenapa aku terlalu percaya sama orang itu?! Sejuta janji yang dia kasih dan aku kasih semua...