Cowo itu berhasil mengikuti laras, ia mencengkal tangan laras. "Lepasin!!" ucap laras lirih dengan nada meninggi.
"Kamu salah paham".
"Aku gak buta dam. Aku ngeliat kamu peluk dia, kamu kasih dia barang. Apa itu yang dinamakan salah paham?!".
"Aku punya alasan kenapa aku lakuin itu semua" damar masih mencengkal tangan laras.
"Apa alasannya?" laras menatap tajam mata damar.
"Ayah nyuruh aku buat balikan sama malika. Aku udah nolak permintaan ayah tapi itu semua percuma, ayah tetep kekeh mau aku balikan sama malika" jelasnya sambil membalas tatapan laras.
Laras membuang muka kesembarang arah. "Jadi kita bakal udahan?".
"Gak. Aku gak mau kita putus. Kita tetep pacaran, biar aku yang urus ini semua".
"Kenapa papa kamu bisa kenal sama malika. Apa selama kalian pacaran kamu sering ajak malika kerumah kamu?".
"Ayahnya malika partner bisnis ayah aku. Kita pacaran juga karena terpaksa, lebih tepatnya malika yang cinta aku tapi aku gak cinta dia" penjelasan damar membuat laras tambah mengetahui banyak hal tentangnya.
Masa iya dijaman seperti ini orang tua masih memaksa anaknya untuk berpacaran dengan pilihan mereka. Laras memang tidak pernah berpacaran tapi bukan berarti laras tidak mengetahui jaman apa sekarang.
Damar memeluk laras. "Jangan pernah kamu pergi. Kamu udah masuk ke hati aku dan aku gak punya pintu keluar buat kamu" ucapnya tepat ditelinga laras.
Laras hanya terdiam, entah mengapa hatinya masih terasa perih walau damar sudah mencoba menenangkan laras.
Jika hari ini laras masih memiliki damar bagaimana nanti kedepannya yang laras sendiri tidak tau apa yang akan terjadi. Damar sudah membuat laras merasa sempurna sebagai perempuan paling beruntung didunia. Lalu apa damar juga akan membuat laras merasa perempuan paling hancur di dunia ini nantinya.
Semoga saja itu tidak akan pernah terjadi. Ia masih ingin disamping damar.
-_-
Vina mengakui satu hal. Laras memang aneh.
"Lo kenapa si perasaan dari tadi pagi sampe bel pulang sekolah bengong mulu" Dari bel masuk laras terlihat semakin murung. Raut wajahnya bisa dibilang tidak baik-baik saja atau tidak enak untuk dipandang.
"Siapa yang bengong" Tanya laras acuh tak acuh.
"Kucing dikantin kemarin bengong eh beberapa jam kemudian dia mati" Jawabnya jengah.
"Lo nyumpahin gue mati?".
Sepertinya otak laras sedang korslet. Apa yang dibicarakan sangat tidak nyambung dengan apa yang sedang dibahas.
"Yaampun laras lo kenapa dah. Coba cerita ke gue lo kenapa?".
Bayangkan sekarang mereka berdua berada dikelas. Hanya sisa mereka yang masih setia berdiri ditempat padahal bel pulang sekolah sudah berbunyi sepuluh menit yang lalu.
"Tadi gue ngeliat damar ngasih barang ke malika sambil meluk lagi" ia menjatuhkan tubuhnya ke kursi. Memandang kosong ke arah depan.
Vina mengelus pundak laras seakan bersikap paham dengan apa yang sedang laras rasakan. "Masa iya damar belum move on dari mak lampir. Pan damar yang mutusin si mak lampir itu kenapa dia jadi bersikap labil ababil gitu si" Kesalnya.
"Panjang ceritanya vin. Nanti aja gue jelasinnya dirumah lo" vina mengangguk mengerti.
"Yaudah yuk. Tapi jangan masang wajah mesem gitu lagi dong nanti disangka emak gue, gue ngejahatin lo lagi" Laras tersenyum simpul. Vina berhasil membuat senyum laras muncul tapi vina yakin luka itu masih terpampang dihati laras.
Setelah mereka beranjak pergi keluar dari kelas mereka tidak menyadari ada seseorang yang sedang menguping percakapan mereka.
"Bakal gue habisin lo sekarang juga" Ucapnya seraya melangkah pergi.
"Heh pengecut sini lo!" Pangil orang itu.
"Lo manggil gue apa?" Tanyanya dengan wajah tengil.
Orang itu tersenyum seringai lalu, mendaratkan satu pukulan keras ke wajah yang ia panggil pengecut.
"Maksud lo apaan anjing nonjok gue" Orang itu pun membalas satu pukulan keras.
"Lo pikir gue gak tau kalo lo udah nyakitin laras?!" Ucapnya dengan wajah sinis.
"Apa urusannya sama lo, Lo siapanya laras. Lo cuma sebatas temen yang gak penting buat dia" Damar mendorong pundak orang itu.
Orang itu kembali tersenyum lalu mendaratkan satu pukulan lagi diwajah damar. Ia menarik kerah seragam damar.
"Lo dengerin omongan gue baik-baik. Gue gak akan ngebiarin orang pengecut kayak lo gini nyakitin laras. Sekali lagi lo lukain dia, bakal gue rebut laras dari tangan lo!" damar mengencangkan wajahnya, urat-urat diwajahnya terlihat sangat jelas.
Tanpa dikira, damar memukul orang itu tanpa ampun. Tidak ada perlawan dari orang itu ia terlihat seperti belum ambil aba-aba.
"Adit, orang yang ngarep jadian sama cewe gue. Lo bilang apa? Bakal rebut laras dari tangan gue. Gue gak akan ngebiarin lo ambil laras apa lagi ngemilikin laras. Laras itu punya gue dia cintanya sama gue, lo denger itu" ucapnya yang masih memukul adit.
"Damar!!!" Teriak laras kaget melihat kejadian yang ada dihadapannya.
Laras belari memisahkan damar dan juga adit yang ingin membalas pukulan damar.
"Udah dit udah jangan berantem lagi" laras masih mencoba melerai tapi notabetnya perempuan yang tidak mempunyai tenaga sekuat cowo jadi damar dan adit masih adu tonjok.
Vina mencoba membatu laras namun yang terjadi malah laras terkena pukulan dari tangan damar.
"Pukul gue! Kalian mending pukul gue aja. Ayok dit dam silahkan pukul gue" teriaknya ditengah-tengah mereka berdua.
"Kalian sadar gak si kalo kalian kayak anak kecil. Gak bisa apa nyelesain masalah gak pake otot!" setelah berucap, vina langsung merengkuh tubuh laras.
"Ngapain si lo dit berantem sama damar?" vina bertanya pada adit.
"Dia udah nyakitin laras, gue gak terima itu" Jawabnya sambil beranjak pergi.
"Lo juga dam kenapa lo nyakitin laras. Percuma lo mutus-" laras memegang pergelangan tangan vina, meminta vina untuk tidak meneruskan perkataannya.
"Lo gak ngerti apa-apa diem aja jangan sok tau sama kehidupan orang" Ucap damar dengan wajah yang dingin.
"Iya gue emang gak ngerti apa-apa tapi gue berhak marahin orang yang udah nyakitin sahabat gue. Laras itu beneran sayang sama lo. Liat laras, lo udah nonjok dia tapi dia cuma diem aja. Mana ada coba cewe sesabar dia" vina tak bisa menahan rasa kesalnya.
"Udah lo pulang aja sana biar gue yang anterin laras pulang" damar mengambil alih tubuh laras. Vina langsung melotot namun laras menganggukan kepalanya agar vina tidak mengomel.
"Awas lo kalo sampe laras nangis, gue bakal nyakar lo sampe tubuh lo sisa tulang doang" vina pun pergi. Damar berdegik ngeri.
"Maaf aku gak sengaja nonjok kamu".
"Jangan berantem lagi. Aku gak suka kamu nyakitin orang lain" Laras memeluk damar. Pelukan yang membuat damar merasa hangat ditubuhnya.
"Iya aku janji gak akan berantem tapi kamu mau kan maafin aku?".
Laras tersenyum simpul. "Iya aku maafin".
Damar langsung melepas pelukannya lalu mengarahkan tangan ke kepala laras. "Udah ah drama mulu udah kayak cerita novel aja. Mending kita jalan-jalan aja yuk" ajak damar langsung menggandeng tangan laras.
-_-
Huss huahh gimana seru gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
LARAS
RomanceRyan menatap laras. Wanita yang sangat ia cintai sedang terluka, laras membalas tatapan ryan dan menjatuhkan tubuhnya ke dalam pelukan ryan. "Aku harus apa? Kenapa aku terlalu percaya sama orang itu?! Sejuta janji yang dia kasih dan aku kasih semua...